Kitab 1 Korintus 11:23-34 membahas tema Perjamuan Tuhan, yang merupakan salah satu sakramen terpenting gereja Kristen. Komuni adalah kesempatan bagi orang percaya dalam Kristus untuk berkumpul dalam persekutuan dan mengingat pengorbanan Yesus di kayu salib, seperti yang Dia perintahkan dalam Lukas 22:19 : “Dan dia mengambil roti, dan ketika dia mengucap syukur, dia memecahkannya, dan memberi itu kepada mereka, dengan mengatakan, : Ini adalah tubuhku, yang diberikan untukmu; lakukan ini sebagai peringatan akan aku.”
Namun sayangnya, gereja Korintus berperilaku tidak pantas selama perayaan Perjamuan Tuhan, dan rasul Paulus harus memanggil mereka keluar. Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menyelidiki implikasi dari Perjamuan Tuhan dan bagaimana kita harus mendekatinya dengan hormat dan hormat.
Pentingnya Perjamuan Tuhan
Perjamuan Tuhan adalah waktu sakral ketika gereja berkumpul untuk memperingati kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Dengan berbagi roti dan anggur, orang percaya mengingat pengorbanan Kristus dan memperbaharui iman dan komitmen mereka kepada-Nya.
Dalam 1 Korintus 11:23-26 , Paulus menjelaskan penetapan Perjamuan Tuhan oleh Yesus Kristus dan menekankan pentingnya hal itu bagi gereja: “Sebab aku menerima dari Tuhan apa yang juga telah kuajarkan kepadamu: bahwa Tuhan Yesus, pada malam Ia dikhianati, dia mengambil roti; dan setelah mengucap syukur, dia memecahkannya dan berkata, Ambil, makanlah; inilah tubuhku yang hancur untukmu; lakukan ini untuk mengenangku. Dengan cara yang sama dia juga mengambil cawan itu setelah makan malam, sambil berkata, Cawan ini adalah wasiat baru dalam darahku; lakukan ini, sesering Anda meminumnya, untuk mengenang saya. Karena setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai dia datang.”
Ayat di atas menyoroti pentingnya Perjamuan Tuhan sebagai cara untuk mengingat pengorbanan Yesus di kayu salib dan mewartakan kematian-Nya sampai Dia datang kembali.
Perjamuan Tuhan dengan hormat
Perayaan Perjamuan Tuhan adalah tindakan sakral yang menuntut rasa hormat dan hormat. Sayangnya, gereja Korintus memperlakukan Perjamuan dengan tidak benar, seperti yang ditunjukkan oleh Paulus dalam 1 Korintus 11:20-22 : “Ketika kamu berkumpul di satu tempat, bukan Perjamuan Tuhan yang kamu makan. Karena saat Anda makan, masing-masing mengambil makan malamnya sebelumnya; dan ada yang lapar, dan ada yang mabuk. Apakah Anda tidak memiliki rumah tempat Anda dapat makan dan minum? Atau apakah Anda membenci gereja Tuhan dan mempermalukan mereka yang tidak memiliki apa-apa? Apa yang harus saya katakan kepada Anda? haruskah aku memujimu? Dalam hal ini saya tidak memuji Anda.
Paulus menarik perhatian gereja Korintus terhadap sikap mereka yang tidak sopan dan egois selama Perjamuan Tuhan. Alih-alih berfokus pada tujuan sakral dari perjamuan itu, mereka lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan fisik mereka sendiri.
Sayangnya, sikap ini masih terlihat di beberapa gereja saat ini. Beberapa orang memperlakukan Perjamuan Tuhan seolah-olah itu hanyalah makanan biasa, tidak memperhatikan makna rohaninya. Yang lain mengalihkan perhatian atau berbicara selama perayaan, bukannya berfokus pada persekutuan dengan Tuhan dan dengan saudara-saudara.
Tetapi Alkitab menasihati kita untuk memperlakukan Perjamuan Tuhan dengan hormat dan hormat. Dalam 1 Korintus 11:27-29 , Paulus memperingatkan bahwa mereka yang mengambil Perjamuan Tuhan dengan cara yang tidak layak akan membawa penghakiman atas diri mereka sendiri: “Oleh karena itu, barangsiapa makan roti atau minum cawan Tuhan dengan cara yang tidak layak, ia bersalah atas tubuh dan darah Tuhan. Karena itu biarlah seseorang memeriksa dirinya sendiri, dan makan roti ini dan minum dari cawan ini; karena dia yang makan dan minum dengan tidak layak makan dan minum kutukan bagi dirinya sendiri, tidak membedakan tubuh Tuhan.”
Ayat-ayat ini menyoroti pentingnya mendekati Perjamuan Tuhan dengan kerendahan hati, pertobatan, dan rasa hormat. Kita harus memeriksa hati kita dan mengakui segala dosa atau sikap egois sebelum kita makan malam.
Perjamuan Tuhan dan Kesatuan Gereja
Selain untuk mengenang pengorbanan Yesus di kayu salib, Perjamuan Tuhan juga memiliki tujuan mempersatukan gereja dalam persekutuan. Dalam 1 Korintus 10:16-17, Paulus menulis, “Bukankah cawan berkat yang kita ucapkan adalah partisipasi dalam darah Kristus, dan roti yang kita pecahkan adalah partisipasi dalam tubuh Kristus? Karena roti itu satu, kita yang banyak menjadi satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dari roti yang satu itu.”
Ayat-ayat ini menekankan bahwa saat kita mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, kita bersatu sebagai satu tubuh di dalam Kristus. Perjamuan bukan hanya pengalaman individu, tetapi ekspresi persekutuan kita dengan Tuhan dan dengan saudara-saudara kita di dalam Kristus.
Oleh karena itu, penting bagi gereja untuk memperlakukan Perjamuan Tuhan sebagai waktu persatuan dan persekutuan, daripada membiarkan perpecahan dan konflik mengganggu pengalaman ini. Dalam 1 Korintus 11:18-19 , Paulus menunjukkan bahwa gereja di Korintus terbagi menjadi beberapa faksi, yang menghalangi perayaan Perjamuan Tuhan mereka: “Pertama, saya mendengar bahwa ketika Anda berkumpul sebagai sebuah gereja, ada perpecahan di antara Anda, dan sampai batas tertentu saya percaya begitu. Sebab harus ada perselisihan di antara kamu, supaya diketahui siapa di antara kamu yang berkenan.”
Ayat-ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya mencari persatuan dan kerukunan di dalam gereja, khususnya pada perayaan Perjamuan Tuhan. Kita harus bekerja untuk mengatasi perpecahan atau konflik apa pun dan bersatu di sekitar tujuan yang sama untuk menghormati dan menyembah Tuhan.
Arti Perjamuan Tuhan
Sejauh ini, kita telah berbicara tentang pentingnya Perjamuan Tuhan sebagai perayaan yang sakral dan persekutuan. Tapi apa arti yang lebih dalam dari Perjamuan Tuhan? Apa yang Yesus maksudkan ketika dia berkata, “Lakukan ini sebagai peringatan akan aku”?
Untuk memahami arti dari Perjamuan Tuhan, akan sangat membantu jika kita melihat konteks di mana Yesus menetapkan Perjamuan itu. Dalam Lukas 22:14-20 kita membaca:
“Ketika saatnya tiba, Yesus dan para rasulnya sedang duduk di meja. Dan dia berkata kepada mereka: “Aku sangat ingin makan Paskah ini bersamamu sebelum aku menderita. Karena Aku berkata kepadamu, Aku tidak akan memakannya lagi sampai itu digenapi dalam Kerajaan Allah.” Menerima piala, dia bersyukur dan berkata: “Ambil ini dan bagikan satu sama lain. Karena aku berkata kepadamu, aku tidak akan minum lagi dari buah anggur sampai kerajaan Allah datang.” Mengambil roti, mengucap syukur, dia memecahkannya dan memberikannya kepada para murid, sambil berkata: “Inilah tubuhku yang diberikan untuk kamu; lakukan ini sebagai peringatan akan aku.” Dengan cara yang sama, setelah makan malam, dia mengambil cawan itu, sambil berkata, “Cawan ini adalah perjanjian baru dalam darahku, yang dicurahkan untukmu.”
Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa Perjamuan Tuhan ditetapkan oleh Yesus selama perayaan Paskah Yahudi. Pada kesempatan itu, Yesus mengambil roti dan anggur dan menguduskannya sebagai lambang tubuh dan darahnya, yang akan dikorbankan di kayu salib.
Dengan cara ini, Perjamuan Tuhan adalah pengingat akan pengorbanan Yesus di kayu salib menggantikan kita. Ketika kita makan roti dan minum anggur, kita mengingat kematian Yesus dan kasih-Nya bagi kita. Perayaan ini juga mengingatkan kita akan janji keselamatan yang kita terima melalui kematian dan kebangkitan Yesus.
Dalam 1 Korintus 11:24-26 , Paulus menyoroti pentingnya Perjamuan Tuhan sebagai pengingat akan pengorbanan Yesus: “Dan setelah mengucap syukur, dia memecahkannya dan berkata, Ambillah, makanlah; inilah tubuhku yang hancur untukmu; lakukan ini untuk mengenangku. Dengan cara yang sama juga, setelah makan malam, dia mengambil cawan itu, berkata, Cawan ini adalah Perjanjian Baru dalam darahku; lakukan ini, sesering Anda meminumnya, untuk mengenang saya. Karena setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai dia datang.”
Selain sebagai pengingat akan pengorbanan Yesus, Perjamuan Tuhan juga merupakan kesempatan untuk memperbaharui komitmen kita kepada-Nya dan kepada komunitas orang percaya. Dalam 1 Korintus 10:16-17 , Paulus menulis, “ Cawan ucapan syukur yang kita ucapkan, bukankah itu merupakan bagian dari darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecahkan merupakan persekutuan dalam tubuh Kristus? Karena kita banyak, adalah satu roti dan satu tubuh; karena kita semua makan roti yang sama”.
Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa Perjamuan Tuhan adalah saat bersekutu dengan Allah dan dengan komunitas orang percaya. Dengan makan roti dan minum anggur, kita menyatakan kesatuan kita dengan Kristus dan dengan orang percaya lainnya. Ini adalah saat ketika kita mengingat bahwa kita adalah bagian dari satu tubuh, yaitu gereja, dan bahwa kita memiliki misi yang sama untuk membawa Injil ke dunia.
Penegasan dalam Perjamuan Tuhan
Sejauh ini, kita telah berbicara tentang pentingnya Perjamuan Tuhan dan maknanya yang dalam. Namun ada aspek penting yang perlu kita perhatikan: penegasan selama perayaan Perjamuan.
Dalam 1 Korintus 11:27-29 , Paulus menulis, “Karena itu barangsiapa makan roti ini, atau meminum cawan Tuhan dengan cara yang tidak layak, ia bersalah terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu biarlah seseorang memeriksa dirinya sendiri, lalu makan roti ini dan minum dari cawan ini. Karena siapa pun yang makan dan minum dengan tidak layak makan dan minum penghakiman untuk dirinya sendiri, tidak membedakan tubuh Tuhan.
Ayat-ayat ini menyadarkan kita akan pentingnya mendekati perayaan Perjamuan Tuhan dengan hormat dan pengertian. Kita harus memeriksa diri kita sendiri dan mengakui segala dosa atau konflik yang mungkin menghalangi persekutuan kita dengan Tuhan dan orang percaya lainnya. Kita tidak boleh berpartisipasi dalam perayaan Perjamuan Tuhan secara ringan atau dangkal, tetapi dengan kerendahan hati dan rasa hormat.
Penting juga untuk diingat bahwa Perjamuan Tuhan adalah waktu yang sakral dan harus diperlakukan dengan hormat. Kita harus menghindari perilaku yang dapat dianggap tidak sopan atau tidak pantas selama perayaan Perjamuan Tuhan.
Peringatan Paulus
“Karena itu, banyak yang lemah dan sakit di antara kamu, dan banyak yang tidur. Karena jika kita menilai diri kita sendiri, kita tidak akan dihakimi. Tetapi ketika kita diadili, kita didisiplinkan oleh Tuhan, agar kita tidak terkutuk bersama dunia. Jadi, saudara-saudaraku, ketika kalian berkumpul untuk makan, saling menunggu. Jika ada yang lapar, biarkan dia makan di rumah, agar kamu tidak berkumpul bersama untuk penghukuman. Adapun hal-hal lain, saya akan memesannya ketika saya datang kepada Anda.
Ayat-ayat ini merupakan pengingat penting bagi gereja di Korintus – dan bagi kita hari ini – tentang pentingnya mendekati Perjamuan Tuhan dengan hati yang tulus dan bertobat. Dalam ayat-ayat ini, Paulus mengingatkan kita akan pentingnya membedakan tubuh Kristus selama perayaan Perjamuan Tuhan. Dia menyebutkan bahwa banyak orang Korintus yang lemah, sakit atau bahkan mati karena mereka tidak melihat tubuh Tuhan.
Kurangnya pemahaman ini kemungkinan besar terkait dengan cara jemaat Korintus merayakan Perjamuan Tuhan, yang tampaknya tidak teratur dan mementingkan diri sendiri. Alih-alih menunggu satu sama lain dan berbagi makanan dengan penuh kasih, beberapa makan dan minum berlebihan, sementara yang lain kelaparan dan dipermalukan.
Paulus memperingatkan kita bahwa jika kita tidak membedakan tubuh Tuhan, kita akan didisiplinkan oleh Tuhan sendiri agar kita tidak dihukum bersama dunia. Dia menasihati kita untuk menunggu satu sama lain dan tidak makan atau minum secara berlebihan, jangan sampai kita bertemu bersama untuk penghukuman.
Singkatnya, ayat-ayat dari 1 Korintus 11:30-34 menunjukkan kepada kita bahwa sangat penting untuk membedakan tubuh Kristus selama perayaan Perjamuan Tuhan. Kita harus menyadari pentingnya perayaan ini dan sikap kita terhadapnya agar kita dapat menghormati Tuhan dan diberkati dalam perjalanan kita bersama-Nya.
Kesimpulan
Singkatnya, Perjamuan Tuhan adalah perayaan sakral yang mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus di kayu salib dan memperbaharui komitmen kita kepada-Nya dan komunitas orang percaya. Ini adalah waktu persekutuan dengan Tuhan dan orang percaya lainnya dan pengingat bahwa kita adalah bagian dari satu tubuh.
Namun, penting untuk mendekati merayakan Perjamuan Tuhan dengan hormat dan pengertian, memeriksa diri kita sendiri dan mengakui dosa atau konflik yang dapat menghalangi persekutuan kita dengan Tuhan dan orang percaya lainnya.
Semoga kita selalu mengingat makna yang dalam dari Perjamuan Tuhan dan merayakannya dengan kerendahan hati, rasa hormat dan kasih satu sama lain. Semoga Tuhan membantu kita untuk memiliki hati yang tulus dan bertobat selama perayaan Perjamuan Tuhan, sehingga kita dapat sepenuhnya mengalami kasih karunia dan belas kasihan-Nya dalam hidup kita.
Selain Perjamuan Tuhan, Alkitab mengajarkan kita bahwa persekutuan dengan Allah dan dengan orang percaya lainnya adalah aspek mendasar dari kehidupan Kristen kita. Dalam Kisah Para Rasul 2:42 kita membaca, “Dan mereka tetap setia dalam pengajaran dan persekutuan rasul-rasul, dalam memecahkan roti dan dalam doa.” Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa persekutuan adalah aspek sentral dari kehidupan gereja mula-mula.
Persekutuan dengan orang percaya lainnya dapat mendorong, memperkuat, dan menantang kita dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Dalam Ibrani 10:24-25 , kita membaca: “Dan marilah kita memperhatikan satu sama lain, untuk saling mendorong dalam kasih dan perbuatan baik, dengan tidak meninggalkan jemaat kita bersama-sama, seperti kebiasaan beberapa orang, tetapi saling menegur; dan semakin banyak saat Anda melihat hari semakin dekat.
Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa persekutuan dengan orang percaya lainnya adalah cara penting untuk mendorong dan memacu satu sama lain dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Itu juga mengingatkan kita akan pentingnya tidak meninggalkan komunitas orang percaya, tetapi saling menasihati dan bertemu secara teratur untuk ibadah, pengajaran, dan persekutuan.
Kesimpulannya, Perjamuan Tuhan adalah perayaan sakral yang mengingatkan kita akan pengorbanan Yesus dan memperbaharui komitmen kita kepada-Nya dan komunitas orang percaya. Ini adalah waktu persekutuan dengan Tuhan dan orang percaya lainnya dan pengingat bahwa kita adalah bagian dari satu tubuh. Tetapi selain merayakan Perjamuan Tuhan, Alkitab mengajarkan kita bahwa persekutuan dengan orang percaya lainnya adalah bentuk dorongan dan rangsangan yang penting dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Semoga kita menghargai persekutuan dengan Allah dan sesama orang percaya dan merayakan Perjamuan Tuhan dengan hormat, kerendahan hati, dan kasih satu sama lain.