Pelajaran Alkitab: Doa Bapa Kami – Berhubungan dengan Tuhan melalui Doa
Doa adalah salah satu cara paling ampuh untuk terhubung dengan Tuhan. Itu adalah sarana yang dengannya kita dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhan kita kepada-Nya, dan juga mendengar suara-Nya. Doa memungkinkan kita membangun hubungan pribadi dan intim dengan Bapa surgawi kita. Yesus, dalam pelayanan-Nya di bumi, mengajar murid-murid-Nya sebuah doa yang dikenal luas sebagai Doa Bapa Kami. Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan mengeksplorasi doa ini secara rinci, memeriksa setiap ayat dan memahami makna yang mendalam dan praktis yang terkandung dalam kata-katanya.
Pentingnya Doa Pribadi
Sebelum kita menyelami Doa Bapa Kami, penting untuk memahami pentingnya doa pribadi. Doa adalah kunci untuk menjalin hubungan yang intim dengan Tuhan karena doa memungkinkan kita untuk bebas berbagi dengan-Nya dan mencari bimbingan, penghiburan, dan penyediaan-Nya. Alkitab mendorong kita untuk berdoa tanpa henti dan menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada-Nya (1 Tesalonika 5:17; 1 Petrus 5:7). Melalui doa, kita dikuatkan dan diperbarui dalam iman kita, menemukan perlindungan di hadirat Allah.
Yesus Mengajarkan Doa Bapa Kami
Dalam kitab Matius 6:9-13, kita menemukan ajaran Yesus tentang doa Bapa Kami: “Kamu, berdoalah seperti ini: ‘Bapa kami, yang ada di surga! Terpujilah namamu. Kerajaan-Mu datang; Jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga. Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Maafkan kami hutang kami, karena kami memaafkan debitur kami. Dan jangan membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari kejahatan, karena milikmu adalah Kerajaan, kekuatan dan kemuliaan selamanya. Amin.’” (Matius 6:9-13)
Dalam doa ini, Yesus memberi kita sebuah model untuk membimbing kita dalam komunikasi kita dengan Tuhan. Setiap kalimat berisi kebenaran kunci dan asas yang membantu kita membangun hubungan yang intim dengan Bapa surgawi kita.
Mendekati Tuhan sebagai Bapa
Dengan memulai Doa Bapa Kami dengan kata-kata “Bapa kami yang ada di surga!” , Yesus mengajak kita untuk mendekat kepada Allah sebagai Bapa yang penuh kasih yang hadir dalam hidup kita. Pendekatan ini mencerminkan hubungan intim yang Tuhan ingin miliki dengan kita. Mengenali Allah sebagai Bapa kita mengingatkan kita akan kebapaan-Nya dan menguatkan kita dengan kepastian akan kasih dan perhatian-Nya yang tanpa syarat bagi kita.
Alkitab berulang kali meyakinkan kita tentang sifat kebapaan Allah. Dalam Roma 8:15 kita membaca: “Sebab kamu tidak menerima roh yang membuat kamu menjadi budak ketakutan lagi, tetapi kamu menerima Roh yang menjadikan kamu anak laki-laki, yang melaluinya kami berseru, ‘ya Abba, ya Bapa’” . Ungkapan yang intim ini, “ya Abba, ya Bapa”, memungkinkan kita untuk memanggil Tuhan dengan kepercayaan dan keintiman, mengetahui bahwa Dia mendengar kita dan menyambut kita sebagai anak-anak-Nya.
Pengudusan dan Pengejaran Kerajaan Allah
Dalam kalimat doa berikutnya, Yesus berkata: “Dikuduskanlah namamu. Kerajaan-Mu datang; jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga.” Kata-kata ini mengungkapkan ketundukan kita pada kedaulatan Allah dan pengejaran kita akan kerajaan dan kehendak-Nya dalam hidup kita.
Menguduskan nama Tuhan berarti menghormati Dia dan mengakui kekudusan-Nya. Ketika kita mencari pengudusan nama Tuhan, kita menginginkan karakter dan kemuliaan-Nya dinyatakan kepada dunia melalui kita. Itu adalah panggilan untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi dan mencerminkan gambar Kristus di semua bidang kehidupan kita.
Selain itu, dalam mencari Kerajaan Allah, kita menempatkan kehendak-Nya di atas kehendak kita sendiri. Kami menyadari bahwa rencana Tuhan lebih unggul dari rencana kami dan kami ingin hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Sikap tunduk ini memungkinkan kita untuk mengalami kepenuhan tujuan Tuhan dalam hidup kita.
Ketergantungan Harian pada Tuhan dan Makanan Harian Kita
Dalam Doa Bapa Kami ayat 11 kita menemukan ungkapan, “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Kata-kata ini mengingatkan kita akan ketergantungan kita yang terus-menerus kepada Tuhan untuk semua kebutuhan kita, baik fisik, emosional, maupun spiritual.
Ungkapan ini mengajak kita untuk memercayai Tuhan sebagai penyedia yang setia. Sama seperti Tuhan memelihara bangsa Israel di padang gurun dengan menyediakan manna setiap hari (Keluaran 16:4), Dia juga berjanji untuk menyediakan kita dengan limpah. Kita perlu ingat bahwa hidup kita ada di tangan kasih Tuhan, dan Dia akan menjaga kita dalam segala hal.
Dalam ayat ini, kita berbicara kepada Tuhan, mengakui dia sebagai penyedia segala sesuatu, termasuk makanan kita sehari-hari. Dengan membuat petisi ini, mereka mengungkapkan kepercayaan dan ketergantungan mereka kepada Tuhan, meminta Dia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Ungkapan “roti setiap hari” menyoroti pentingnya mencari persediaan harian kepada Tuhan, mengakui bahwa Dia adalah Pemberi setiap pemberian yang baik. Itu adalah pengingat untuk bersyukur atas makanan yang kita terima, karena tahu itu berasal dari-Nya.
Namun, permintaan “roti harian” melampaui kebutuhan fisik. Itu juga dapat diartikan sebagai pencarian makanan rohani dan emosional, karena hidup tidak hanya ditopang oleh makanan fisik, tetapi juga oleh Firman Tuhan dan persekutuan dengan-Nya. Yesus memberi tahu kita dalam ( Matius 4:4) , “Tetapi dia menjawab dan berkata, Ada tertulis, Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”
Dengan berdoa “Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya,” orang percaya mengungkapkan kepercayaan mereka kepada Tuhan sebagai penyedia, rasa syukur mereka atas pemberian makanan, ketergantungan mereka setiap hari kepada-Nya, dan pencarian mereka akan pasokan di semua bidang kehidupan. Ini adalah doa yang mengingatkan kita untuk memercayai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari dan memandang kepada-Nya tidak hanya untuk makanan fisik, tetapi juga untuk makanan rohani yang memelihara jiwa kita.
Namun, ungkapan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya hidup secara seimbang dan bijaksana. Tuhan memberi kita apa yang kita butuhkan setiap hari, dan kita harus menjadi penatalayan yang baik dari apa yang Dia percayakan kepada kita.
Pengampunan dan Rahmat Ilahi
Doa Bapa Kami berlanjut dengan kalimat: “Maafkan kami atas hutang kami, seperti kami mengampuni debitur kami.” Di sini, Yesus mengajarkan kepada kita tentang pentingnya pengampunan dan belas kasihan, baik dari Allah kepada kita maupun dari kita kepada orang lain.
Pengampunan adalah prinsip dasar Kerajaan Allah. Kita semua adalah orang berdosa dan membutuhkan pengampunan Allah. Dia mengampuni dosa-dosa kita ketika kita bertobat dan mencari belas kasihan-Nya. Namun, Yesus menunjukkan bahwa kita juga perlu mengampuni mereka yang menyinggung perasaan kita. Dalam Matius 6:14-15 , Dia berkata, “Sebab jika kamu saling mengampuni pelanggaranmu, Bapamu yang di surga juga akan mengampuni kamu. Tetapi jika kamu tidak saling mengampuni, Bapa surgawimu tidak akan mengampuni pelanggaranmu.” Ini adalah nasihat yang jelas bahwa pengampunan sangat penting dalam perjalanan Kristiani kita. Yesus menekankan hubungan antara pengampunan yang kita berikan sebagai manusia kepada orang lain dan pengampunan yang kita terima dari Allah.
Yesus memberi tahu kita bahwa jika kita mengampuni pelanggaran yang dilakukan orang lain terhadap kita, Bapa surgawi kita juga akan mengampuni kita. Pengampunan adalah sikap mendasar dalam kehidupan Kristiani, karena hal itu mencerminkan anugerah dan kasih Allah. Ketika kita mengampuni orang lain, kita meneladani karakter Allah dan menunjukkan kasih-Nya dalam hidup kita.
Kemudian Yesus melanjutkan, “Tetapi jika kamu tidak saling mengampuni, Bapamu yang di sorga tidak akan mengampuni pelanggaranmu” (Matius 6:15). Pernyataan ini mungkin tampak agak kasar, tetapi Yesus menekankan pentingnya saling mengampuni di antara manusia. Dia mengingatkan kita bahwa jika kita tidak mengampuni orang yang bersalah kepada kita, kita juga tidak akan menerima pengampunan Tuhan.
Pengampunan bukan hanya tindakan yang terisolasi, tetapi gaya hidup yang Tuhan harapkan dari kita sebagai anak-anak-Nya. Kita harus memaafkan mereka yang bersalah kepada kita, bahkan ketika itu sulit dan menyakitkan. Pengampunan tidak menyangkal rasa sakit atau meminimalkan kerusakan yang terjadi, tetapi itu adalah pilihan sadar untuk melepaskan rasa sakit dan mencari pemulihan hubungan.
Dalam Matius 18:21-22 , Petrus mendekati Yesus dan bertanya, “Tuhan, berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika dia berdosa terhadapku? Sampai tujuh kali?” Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, bukan sampai tujuh kali, tetapi sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Dalam ayat ini, Yesus menekankan perlunya pengampunan yang terus menerus dan tidak terbatas.
Paulus menasihati kita dalam Efesus 4:32: “Bersikap baik dan penuh kasih sayang satu sama lain, saling mengampuni, sama seperti Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Di sini, kita diingatkan untuk saling mengampuni sama seperti Tuhan telah mengampuni kita melalui Kristus. Pengampunan adalah cerminan kasih dan anugrah Tuhan dalam hidup kita.
Dan dalam Kolose 3:13 , Paulus mendorong kita, “Sabarlah dan ampunilah segala keluhan yang kamu miliki terhadap satu sama lain. Ampunilah seperti Tuhan mengampunimu.” Di sini kita didorong untuk bersabar satu sama lain dan memaafkan keluhan, mengikuti teladan bagaimana Tuhan mengampuni kita.
Ayat-ayat ini menyoroti pentingnya pengampunan dalam perjalanan Kristiani kita. Ketika kita mengampuni orang lain, kita memberi ruang untuk rekonsiliasi, penyembuhan, dan pertumbuhan dalam hubungan, baik dengan manusia maupun dengan Tuhan. Pengampunan adalah ekspresi yang kuat dari kasih Allah dalam diri kita.
Pembebasan dari Pencobaan dan Kejahatan
Bagian terakhir dari Doa Bapa Kami berbunyi: “Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskan kami dari si jahat, karena Milikmu adalah Kerajaan, kekuatan dan kemuliaan selamanya. Amin.” Dalam kalimat ini, Yesus mengajarkan kita untuk mencari perlindungan ilahi terhadap godaan dan serangan si jahat.
Kehidupan Kristen adalah pertempuran rohani, dan kita terus-menerus dihadapkan pada pencobaan yang berusaha menjauhkan kita dari Allah dan menyesatkan kita dari jalan kebenaran. Saat kita berdoa agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan, kita menyadari kelemahan kita dan kebutuhan kita akan kuasa Tuhan untuk menjaga dan menguatkan kita.
“Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” – Pada bagian pertama ini, orang yang berdoa memohon agar Tuhan tidak dituntun ke dalam pencobaan. Ungkapan ini mengakui kelemahan manusia dalam menghadapi keterpurukan dan pengaruh negatif yang dapat menyebabkan seseorang berbuat dosa. Yesus juga mengajarkan hal ini dalam Matius 26:41 , di mana dia berkata, “Berjaga dan berdoalah, jangan sampai kamu masuk ke dalam pencobaan; semangat memang penurut, tetapi daging lemah.”
“tapi bebaskan kami dari kejahatan” – Di sini, doa meminta Tuhan untuk membebaskan kita dari kejahatan dan melindungi kita dari kekuatan jahat. Ini adalah permintaan untuk dijaga dan dibimbing oleh Tuhan di tengah kesulitan dan bahaya. Sebuah ayat yang berkaitan dengan gagasan ini adalah 2 Tesalonika 3:3 , yang berbunyi, “Tetapi Tuhan itu setia; dia akan menegakkanmu dan menjagamu dari si jahat.”
“Engkau adalah Kerajaan, kekuasaan dan kemuliaan selamanya” – Pada bagian ini kita mengakui bahwa Allah adalah Penguasa dan memiliki semua kekuasaan dan kemuliaan selamanya. Pernyataan ini menggarisbawahi supremasi Tuhan atas segala sesuatu. Ayat serupa adalah Wahyu 19:6 , di mana dikatakan, “Dan aku mendengar seperti suara orang banyak, dan seperti air yang deras, dan seperti guruh yang keras, berkata, Haleluya! karena Tuhan Allah Yang Mahakuasa memerintah.”
“Amin” – Penutup doa dengan “Amin” berarti “jadilah” atau “jadilah”. Itu adalah ungkapan iman dan persetujuan dengan apa yang telah didoakan, percaya bahwa Tuhan akan menjawab dan memenuhi kehendak-Nya.
Selanjutnya, kami meminta Tuhan untuk membebaskan kami dari kejahatan dalam segala bentuknya. Kejahatan hadir di dunia, dan kita mungkin menghadapi kesulitan, penganiayaan, dan pengaruh negatif. Namun, kami memiliki janji bahwa Tuhan lebih kuat dari kejahatan apa pun dan bahwa Dia akan melindungi kami dan memimpin kami menuju kemenangan.
Kesimpulan
Doa Bapa Kami adalah hadiah berharga yang ditinggalkan oleh Yesus untuk membimbing kita dalam komunikasi kita dengan Tuhan. Setiap ayat mengandung pelajaran yang mendalam dan praktis untuk kehidupan kita sehari-hari. Dengan mempelajari dan merenungkan doa ini, kita dapat memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, mencari keintiman, ketundukan, ketergantungan, pengampunan dan perlindungan yang lebih besar.
Semoga kita mengadopsi Doa Bapa Kami sebagai model konstan dalam hidup kita, membiarkan kebenarannya mengubah sikap, perkataan dan tindakan kita. Semoga doa menjadi bagian penting dari hubungan kita dengan Tuhan, memampukan kita menjalani kehidupan yang dipenuhi dan selaras dengan kehendak-Nya. Semoga kita mendekati Bapa surgawi kita dengan keyakinan, mengetahui bahwa Dia mendengar kita, mengasihi kita, dan menjawab kita sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna. Amin.