Perintah untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri, yang diucapkan oleh Yesus dalam Markus 12:30-31, melampaui sekadar kata-kata; ini adalah pedoman untuk menjalani hidup yang penuh dengan kasih sayang dan empati.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Ini adalah perintah yang pertama. Dan yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah lain yang lebih besar dari pada kedua perintah ini. (Markus 12:30-31)
Memahami Kasih untuk Sesama
Mengasihi sesama dimulai dengan pemahaman mendalam tentang apa artinya mengasihi diri sendiri. Ini bukan tentang memanjakan diri secara egois, melainkan mengakui nilai diri dan terus-menerus mencari kesejahteraan. Kasih terhadap diri sendiri yang sehat menjadi dasar untuk memahami secara tulus apa artinya mengasihi sesama.
Yesus, perwujudan kasih, merindukan kita menumbuhkan kasih untuk sesama sebagaimana kita mengasihi diri kita sendiri. Untuk memahami prinsip ini, penting untuk menjelajahi makna kasih. Kasih adalah perasaan yang mendorong kita untuk mencari kesejahteraan orang lain, sebuah konsep yang menemukan ekspresi puncaknya dalam Alkitab, di mana kasih ditetapkan sebagai dasar dari segala perilaku.
Perintah Utama: Mengasihi Allah
Perintah pertama adalah mengasihi Allah di atas segalanya, mengarahkan seluruh keberadaan kita kepada-Nya.
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu. Ini adalah perintah yang pertama. (Markus 12:30)
Dampak dari perintah ini sangat mendalam, karena Yesus mengarahkan kita untuk mengasihi Allah dengan empat elemen esensial: hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan. Mengasihi Allah berarti memberikan nilai tertinggi kepada-Nya, mencari persekutuan yang konstan yang didasarkan pada ketaatan, keikhlasan, dan komitmen terhadap kehendak, kehormatan, dan kemuliaan-Nya di bumi. Pengabdian sejati kepada Allah terwujud melalui kesediaan untuk turut menderita demi kasih kepada-Nya, menegakkan standar keadilan, dan memajukan Kerajaan Surga.
Supaya aku mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan turut merasakan penderitaan-Nya, sambil menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, kalau-kalau aku dapat mencapai kebangkitan dari antara orang mati. (Filipi 3:10-11)
Allah menginginkan kasih yang tulus, murni, dan terinspirasi oleh kasih-Nya sendiri kepada kita. Ikatan yang terbentuk dengan mengasihi-Nya di atas segalanya menghasilkan iman yang tak tergoyahkan dan kesetiaan kepada janji-janji-Nya, bahkan di dunia yang sering kali menolak kita.
Perintah Kedua: Mengasihi Sesama
Dengan mempraktikkan kasih kepada sesama, kita memenuhi perintah kedua yang ditekankan oleh Yesus.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Markus 12:31)
Ketika Yesus memanggil kita untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri, Ia mendorong kita untuk memberikan perhatian, rasa hormat, dan penghargaan yang sama seperti yang kita berikan kepada diri kita sendiri. Ini melibatkan kesiapan untuk berbagi sukacita, meringankan kesedihan, merayakan pencapaian, dan menawarkan dukungan di saat-saat sulit. Perintah ini melampaui batas-batas, menyatukan komunitas, dan meruntuhkan hambatan. Mengasihi sesama tidak memilih siapa yang layak atau tidak; ini adalah ekspresi kemurahan hati yang mengalir secara alami dari hati yang penuh kasih sayang.
Kasih Kristen ini, yang ditujukan baik kepada saudara-saudari dalam Kristus maupun kepada musuh, harus dipandu oleh pengabdian kepada Allah.
Karena itu, selama ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada saudara-saudara seiman kita. (Galatia 6:10)
Paulus mendorong kita untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik, terutama kepada keluarga iman, dengan jaminan bahwa kita akan menerima upah pada waktu yang tepat.
Empati sebagai Ekspresi Kasih
Peran Empati
Empati memainkan peran kunci dalam kasih kepada sesama. Menempatkan diri pada posisi orang lain, memahami perjuangan dan kegembiraan mereka, menciptakan ikatan kemanusiaan yang mendalam. Kasih semacam ini tidak egois; ini adalah penawaran kemurahan hati dan pengertian yang tanpa pamrih.
Ketika kita mempraktikkan kasih kepada sesama, kita tidak hanya memenuhi perintah ilahi, tetapi juga berkontribusi untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih sayang. Praktik ini melampaui kata-kata, terwujud dalam tindakan nyata yang mencerminkan esensi dari perintah suci ini.
Perjalanan Kasih dan Transformasi
Mengasihi sesama seperti diri sendiri adalah perjalanan berkelanjutan yang penuh dengan keaslian, kemurahan hati, dan kasih sayang. Ini adalah ekspresi hidup dari kasih ilahi yang, ketika diterima, mengubah tidak hanya kehidupan orang yang mengasihi, tetapi juga kehidupan orang yang dikasihi. Semoga perintah ini menginspirasi kita untuk membangun ikatan yang lebih kuat, memajukan dunia di mana kasih kepada sesama menjadi kekuatan yang menyatukan hati dan mengubah kehidupan.
Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. (1 Tesalonika 3:12)
Saya mengakhiri studi ini dengan mengajak untuk merenungkan kebaikan yang kita praktikkan hari ini. Semoga konten ini memperkuat komitmen kita terhadap kasih ilahi dalam kehidupan kita.