Prinsip Timbal Balik – Setiap kali Anda berbuat baik, itu kembali kepada Anda
Kitab Suci adalah firman Allah yang diwahyukan kepada manusia. Di dalamnya kita menemukan ajaran, pedoman, janji dan peringatan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Salah satu tema sentral dari Alkitab adalah kasih Allah kepada kita dan kasih kita kepada sesama kita. Yesus menyimpulkan semua hukum dan para nabi dalam dua perintah: kasihilah Allah di atas segalanya dan sesamamu seperti dirimu sendiri (Matius 22:37-40).
Tapi apa artinya mencintai sesamamu seperti dirimu sendiri? Bagaimana kita dapat menunjukkan cinta ini dalam praktik? Dan apa manfaat dari menjalani kehidupan cinta dan kebaikan? Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menyelidiki pertanyaan-pertanyaan ini dalam terang Kitab Suci, berusaha memahami apa yang Allah harapkan dari kita dan bagaimana kita dapat menyenangkan Dia dalam sikap kita.
Kita akan mendalami prinsip timbal balik, yang menyatakan bahwa setiap kali kita berbuat baik kepada orang lain, kebaikan itu pada akhirnya akan kembali kepada kita. Prinsip ini merupakan perwujudan kasih dan anugerah Tuhan dalam hidup kita, dan Alkitab mengajarkan kepada kita tentang pentingnya hidup murah hati dan penuh kasih terhadap sesama.
Timbal balik tidak berarti bahwa kita akan menerima sesuatu sebagai imbalan segera atau dalam ukuran yang sama, tetapi menekankan bahwa saat kita menanam benih kebaikan dan kemurahan hati, kita akan menuai buah pada waktu Tuhan. Mari kita telaah petikan tulisan suci yang akan membantu kita lebih memahami asas ini dan memotivasi kita untuk menjalani kehidupan yang penuh kasih dan pelayanan kepada orang lain.
1. Berbuat baik kepada orang lain
Langkah pertama dalam menjalani prinsip timbal balik adalah berbuat baik kepada orang lain. Ketika kita menyampaikan kasih, kebaikan, dan pelayanan kepada orang lain, kita mengikuti teladan Yesus Kristus dan hidup sesuai dengan ajaran Alkitab.
Lukas 6:38 “Berilah, dan kamu akan diberi; takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan diberikan kepadamu; karena dengan ukuran yang sama yang Anda ukur, mereka akan mengukur Anda lagi. Dalam ayat ini, Yesus mendorong kita untuk memberi dengan murah hati dan berbuat baik kepada orang lain. Dia berjanji bahwa kita akan menerima kembali suatu takaran yang baik, yang ditekan, yang digoncang bersama, dan yang meluap. Ini berarti bahwa kemurahan hati Tuhan jauh melebihi kita, dan Dia memberkati kita dengan limpah ketika kita bermurah hati kepada orang lain.
Ayat terkait lainnya:
- Amsal 11:25: “Jiwa yang murah hati akan beruntung, dan siapa yang mendengarkan akan dijawab.”
- Amsal 19:17: “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, dan Ia akan membalasnya.”
Ayat-ayat ini memperkuat gagasan bahwa ketika kita bersimpati dengan mereka yang membutuhkan, ketika kita memberi dan melayani orang lain, Tuhan memberkati dan membalas kita.
2. Panen Kebaikan
Prinsip timbal balik juga berlaku untuk panen kebaikan. Seperti halnya seorang petani menabur benih dan menuai panen yang melimpah, saat kita menabur perbuatan baik, kita akan menuai buah kebaikan dalam hidup kita.
Galatia 6:7-9 “Jangan tertipu: Tuhan tidak diejek; karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Karena siapa yang menabur dalam dagingnya, dari dagingnya akan menuai kebinasaan; tetapi dia yang menabur dalam Roh, dari Roh akan menuai hidup yang kekal. Dan janganlah kita menjadi jemu dalam berbuat baik, karena pada waktunya kita akan menuai jika kita tidak menyerah.” Dalam bentangan ini, rasul Paulus mengingatkan kita bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur. Jika kita menabur benih dalam daging, yaitu jika kita bertindak menurut keinginan egois dan berdosa, kita akan menuai kerusakan dan akibatnya. Namun, jika kita menabur dalam Roh, yaitu jika kita berusaha untuk hidup menurut prinsip-prinsip Jahweh dan mengikuti jalan kebenaran, kita akan menuai hidup yang kekal.
Paulus juga mendorong kita untuk tidak lelah berbuat baik, sekalipun kita tidak langsung melihat hasilnya. Ia mengingatkan kita bahwa, pada waktu yang tepat Tuhan, kita akan menuai buah dari kebaikan dan kesetiaan kita. Karena itu, kita harus bertekun dan terus berbuat baik, percaya bahwa Tuhan setia menepati janji-Nya.
Ayat terkait lainnya:
- Mazmur 126:5-6: “Orang yang menabur dengan air mata akan menuai dengan sukacita. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil membawa benih untuk ditabur, akan kembali dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.”
Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa bahkan ketika kita menghadapi kesulitan dan cobaan sambil menanam benih kebaikan, Tuhan sanggup mengubah air mata kita menjadi sukacita. Dia berjanji kepada kita bahwa mereka yang menabur dengan iman dan ketekunan akan menuai banyak dan bersukacita.
- Amsal 22:9: “Orang yang murah hati akan diberkati, karena ia membagi rotinya dengan orang miskin.”
Ayat ini menekankan bahwa kemurahan hati menghasilkan berkat. Ketika kita berbagi apa yang kita miliki dengan mereka yang membutuhkan, Tuhan memberkati kita sebagai balasannya.
3. Contoh tertinggi dari cinta dan timbal balik
Ungkapan terbesar dari prinsip timbal balik ditemukan dalam pribadi Yesus Kristus. Dia adalah contoh tertinggi dari cinta, kemurahan hati dan pelayanan kepada orang lain. Dalam kehidupan dan kematian-Nya, Yesus mendemonstrasikan kasih Allah dengan cara yang tak tertandingi.
Yohanes 15:13 “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”
Yesus memberikan teladan kasih yang utama dengan mengorbankan hidup-Nya sendiri untuk kita di kayu salib. Dia memberikan segalanya karena cinta untuk kita, teman-teman-Nya. Tindakan kasih dan pengorbanan tanpa syarat ini adalah inti dari Injil dan menyatakan kepada kita kemurahan hati Allah.
Efesus 5:2: “Hiduplah dalam kasih, sama seperti Kristus juga mengasihi kamu dan menyerahkan diri-Nya untuk kita, sebagai persembahan dan korban kepada Allah untuk bau yang harum.” Ayat ini menasihati kita untuk mengikuti teladan Kristus dan berjalan dalam kasih, sama seperti Dia mengasihi kita dan menyerahkan diri-Nya untuk kita. Kita harus mempersembahkan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, hidup demi orang lain.
1 Yohanes 3:16: “Dengan inilah kita mengenal kasih, bahwa Kristus telah menyerahkan nyawanya untuk kita; dan kita harus menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara.” Ayat ini meneguhkan teladan kasih dan pengorbanan Yesus, menantang kita untuk mengikuti jejak-Nya dan rela menyerahkan hidup kita dalam pelayanan dan kasih bagi sesama.
4. Janji imbalan
Alkitab meyakinkan kita bahwa ketika kita hidup dengan prinsip timbal balik dan berbuat baik kepada orang lain, Tuhan tidak hanya memberkati kita dengan limpah, tetapi juga menjanjikan upah yang kekal. Pahala ini melampaui berkat duniawi dan meluas ke kehidupan kekal bersama Tuhan.
Matius 10:42 “Dan siapa pun yang memberikan bahkan secangkir air dingin kepada salah satu dari anak-anak kecil ini atas nama seorang murid, sungguh Aku berkata kepadamu, dia tidak akan kehilangan upahnya.”
Dalam ayat ini, Yesus menunjukkan bahwa tindakan kebaikan dan pelayanan sekecil apa pun kepada orang lain tidak akan luput dari perhatian-Nya. Mereka yang murah hati dan memperhatikan mereka yang membutuhkan akan menerima upah kekal mereka.
Matius 6:4: “agar sedekahmu diberikan secara rahasia; dan Ayahmu yang melihat secara sembunyi-sembunyi akan memberimu upah di depan umum.” Bagian ini mengajarkan kita bahwa ketika kita melakukan perbuatan baik secara diam-diam, Tuhan, yang melihat apa yang kita lakukan secara diam-diam, akan membalas kita secara terbuka.
Wahyu 22:12: “Dan lihatlah, Aku segera datang, dan upahku ada padaku, untuk memberi kepada masing-masing menurut perbuatannya.” Janji Yesus ini mengingatkan kita bahwa Dia akan datang kembali dan membawa upah untuk membalas setiap orang sesuai dengan perbuatannya. Ini menunjukkan bahwa tindakan kebaikan dan pelayanan kita tidak sia-sia, tetapi memiliki makna yang kekal.
Apa itu cinta sesama?
Kasih kepada sesama merupakan ungkapan kasih Allah dalam diri kita. Itu adalah perasaan dan tindakan yang mencari kebaikan orang lain, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Itu adalah refleksi dari kasih karunia Allah, yang terlebih dahulu mengasihi kita ketika kita masih berdosa (Roma 5:8). Cinta sesama tidak didasarkan pada kualitas atau kekurangan orang lain, tetapi pada gambar Allah yang dibawanya. Kasih kepada sesama tidak membeda-bedakan orang, tetapi memperlakukan setiap orang dengan hormat dan bermartabat, sebagai anak-anak Allah.
Kasih kepada sesama memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara, sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan yang muncul. Kita dapat mengasihi sesama kita dengan kata-kata dorongan, dengan gerakan kasih sayang, dengan tindakan kemurahan hati, dengan doa syafaat, dengan pengampunan dan rekonsiliasi, dengan koreksi persaudaraan, dengan pelayanan yang rendah hati, dengan kerja sama timbal balik, dengan membela keadilan, dengan membagikan Injil. , dll. .
Cinta sesama tidak terbatas pada teman dan keluarga kita, tetapi meluas ke orang asing, yang membutuhkan, musuh dan mereka yang menganiaya kita.
“Kamu telah mendengar yang dikatakan, Kasihilah sesamamu, dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu, Kasihilah musuhmu, berkatilah mereka yang mengutukmu, berbuat baiklah kepada mereka yang membencimu, dan berdoalah bagi mereka yang memanfaatkanmu dengan jahat, dan menganiayamu; agar kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga; Karena dia menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Karena jika Anda mencintai orang yang mencintai Anda, apa yang akan Anda dapatkan? bukankah pemungut cukai juga sama? Dan jika Anda hanya memberi hormat kepada saudara Anda, apa lagi yang Anda lakukan? bahkan tidak pemungut cukai begitu? Karena itu jadilah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” (Matius 5:43-48).
Kasih kepada sesama adalah perintah dari Allah dan tanda murid Yesus yang sejati. Barangsiapa mengasihi Allah, ia juga harus mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:21). Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak dapat mengasihi Allah yang tidak dilihatnya (1 Yohanes 4:20). Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia tinggal di dalam terang dan tidak tersandung (1 Yohanes 2:10). Barangsiapa tidak mengasihi saudaranya, ia berada dalam kegelapan dan tidak tahu ke mana ia pergi (1 Yohanes 2:11). Barangsiapa mengasihi saudaranya, ia menggenapi hukum Kristus (Galatia 6:2). Siapapun yang tidak mengasihi saudaranya adalah seorang pembunuh dan tidak memiliki hidup yang kekal (1 Yohanes 3:15).
Bagaimana kita dapat mengembangkan kasih bagi orang lain?
Mengasihi sesama kita bukanlah sesuatu yang alami atau mudah bagi kita. Kita cenderung pada keegoisan, ketidakpedulian, iri hati, kemarahan, balas dendam dan kekerasan. Oleh karena itu, kita membutuhkan pertolongan Tuhan untuk mengembangkan cinta sesama di dalam hati kita. Berikut adalah beberapa tips alkitabiah untuk ini:
– Sadarilah bahwa kita dikasihi oleh Tuhan. Langkah pertama untuk mencintai sesamamu adalah memahami betapa kamu dicintai oleh Tuhan. Dia menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:27), memilih kita sebelum dunia dijadikan (Efesus 1:4), menebus kita dengan darah Anak-Nya (Efesus 1:7), mengadopsi kita sebagai anak-anak-Nya (Efesus 1:5), memeteraikan kita dengan Roh Kudus-Nya (Efesus 1:13), memberkati kita dengan segala berkat rohani (Efesus 1:3), dan menyiapkan tempat bagi kita dalam kemuliaan kekal (Yohanes 14:2-3) . Ketika kita mengenali kasih Allah bagi kita, kita terdorong untuk mengasihi orang lain juga, karena kita tahu bahwa mereka juga adalah sasaran kasih-Nya.
– Mintalah Tuhan untuk memenuhi kita dengan kasih-Nya. Cinta sesama bukanlah buah dari usaha manusia kita, tetapi dari Roh Kudus yang tinggal di dalam kita. Dialah yang mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita (Roma 5:5). Dialah yang menghasilkan buah kasih di dalam diri kita, bersama dengan sukacita, kedamaian, kesabaran, kebaikan, kebaikan, kesetiaan, kelembutan dan pengendalian diri (Galatia 5:22-23). Oleh karena itu, kita perlu meminta kepada Tuhan untuk memenuhi kita dengan Roh dan kasih-Nya setiap hari, agar kita dapat melimpahkan kasih itu kepada sesama.
– Mempraktikkan kasih kepada sesama dalam hal-hal kecil. Cinta sesama tidak terbatas pada gerakan besar atau pengorbanan heroik. Dia mengungkapkan dirinya dalam hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, dalam kesempatan yang kita miliki untuk berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita. Kita dapat berlatih mengasihi sesama kita dengan bersikap baik satu sama lain (Efesus 4:32), saling menanggung dalam kasih (Efesus 4:2), saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus mengampuni kita (Efesus 4:32), membangun satu sama lain dengan kata-kata yang melayani kasih karunia (Efesus 4:29), saling melayani dalam kasih (Galatia 5:13), saling memikul beban (Galatia 6:2), saling memberi tumpangan (Ibrani 13:2), berdoa satu sama lain (Yakobus 5:16), dll.
– Tirulah teladan Yesus dan hamba-hambanya. Cara terbaik untuk belajar mengasihi sesamamu adalah dengan memandang Yesus dan mengikuti jejaknya. Dia adalah model kasih kita yang sempurna. Dia mengasihi murid-muridnya sampai akhir (Yohanes 13:1). Ia membasuh kaki murid-muridnya sebagai hamba yang hina (Yohanes 13:4-17). Dia dengan rela menyerahkan dirinya di kayu salib untuk dosa-dosa kita (Yohanes 10:18). Dia berdoa untuk musuh-musuhnya pada saat kematiannya (Lukas 23:34). Dia memaafkan algojo mereka dan menyambut mereka ke surga (Lukas 23:43). Dia bangkit dari kematian dan menampakkan diri kepada murid-muridnya dengan kata-kata damai (Yohanes 20:19-21).
– Selain Yesus, kita dapat terinspirasi oleh teladan banyak hamba Allah lainnya yang menunjukkan kasih kepada sesamanya dalam situasi sulit.
Kita dapat berpikir tentang Abraham, yang berdoa untuk Sodom dan Gomora, bahkan mengetahui kerusakan mereka (Kejadian 18:22-33).
Yusuf, yang memaafkan saudara-saudaranya yang menjualnya sebagai budak dan memberi mereka makanan pada saat kelaparan (Kejadian 45:1-15).
Musa, yang menanggung sungut-sungut orang Israel dan menjadi perantara bagi mereka di hadapan Allah beberapa kali (Bilangan 14:11-20).
Daud, yang menyelamatkan nyawa Saul, musuhnya, ketika dia memiliki kesempatan untuk membunuhnya (1 Samuel 24:1-22).
Ester, yang mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan bangsanya dari pemusnahan (Ester 4:15-17).
Daniel, yang tetap setia kepada Tuhan bahkan di bawah ancaman singa (Daniel 6:10-23).
Paulus, yang memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain dengan kasih dan dedikasi, menghadapi banyak penganiayaan dan penderitaan (2 Korintus 11:23-28).
– Ketika kita meniru contoh kasih kepada sesama kita, kita sedang melakukan kehendak Allah dan memuliakan nama-Nya. Kami juga menabur benih yang baik yang akan menghasilkan buah keadilan dan kedamaian. Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain selalu kembali kepada kita, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kekekalan.
Tuhan tidak melupakan perbuatan kasih kita dan akan membalas kita sesuai dengan kasih karunia-Nya (Ibrani 6:10). Oleh karena itu, kita tidak boleh lelah berbuat baik, karena pada waktunya kita akan menuai, jika kita tidak tawar hati (Galatia 6:9).
Kesimpulan
Dalam pendalaman Alkitab ini, kita mengeksplorasi prinsip timbal balik, yang mengajarkan kita bahwa setiap kali kita berbuat baik kepada orang lain, kebaikan itu akan kembali kepada kita. Melalui perikop Alkitab, kami melihat pentingnya berbuat baik, menabur kebaikan dan melayani orang lain, mengikuti teladan Yesus Kristus.
Sementara timbal balik tidak selalu berarti pembalasan langsung atau sama, kita dapat yakin bahwa Allah setia pada janji-janji-Nya. Dia mendorong kita untuk bertekun dalam berbuat baik, bahkan ketika kita menghadapi kesulitan atau tidak segera melihat hasil. Pada waktu yang tepat, Tuhan akan memberkati kita dan memberi upah kepada kita sesuai dengan janji-janji-Nya.
Semoga kita menjalani kehidupan yang penuh kasih, kemurahan hati, dan pelayanan kepada orang lain, percaya bahwa Tuhan akan menghormati komitmen kita untuk menabur kebaikan. Dengan melakukannya, kita akan mengalami sukacita menjadi alat di tangan Tuhan untuk memberkati kehidupan orang lain dan bersaksi tentang kasih-Nya yang mengubahkan.
Semoga kita terus mencari Tuhan dalam doa dan pembelajaran Kitab Suci setiap hari, agar kita dapat bertumbuh dalam pemahaman kita akan kehendak-Nya dan menjadi lebih efektif dalam menabur kebaikan dan melayani sesama.
Doa
Bapa Surgawi, terima kasih telah mengajari kami pentingnya menabur kebaikan dan melayani orang lain. Tolong kami untuk hidup sesuai dengan prinsip timbal balik, percaya bahwa meskipun kami tidak melihat hasil langsung, Engkau setia pada janji-janji-Mu. Beri kami keberanian dan kekuatan untuk bertahan dalam berbuat baik, bahkan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Semoga kami menjadi alat kasih dan kebaikan-Mu di dunia ini, bersaksi tentang kasih-Mu yang mengubahkan. Dalam nama Yesus, amin.