Alkitab dipenuhi dengan kisah-kisah yang menginspirasi dan ajaran-ajaran mendalam yang membimbing dan mengajar kita dalam perjalanan rohani kita. Salah satu catatan ini dicatat dalam kitab Lukas 8:5-8. Dalam perikop ini, kita menemukan perumpamaan terkenal tentang penabur, sebuah contoh yang kuat tentang peran iman dalam hidup kita dan dalam cara kita menerima Firman Tuhan.
Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menggali pelajaran yang terkandung dalam Lukas 8:5-8, menyoroti pentingnya hati yang mau menerima untuk menerima Firman Tuhan, pengaruh keadaan di sekitar kita, dan perlunya ketekunan. Mari selami kebenaran yang mengubah hidup ini dan temukan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam perjalanan kita dengan Tuhan.
Penabur dan Benih
Yesus memulai perumpamaan tentang penabur dengan pernyataan berikut: “Penabur keluar untuk menaburkan benihnya” (Lukas 8:5). Di sini, Yesus sedang menggambarkan skenario pertanian yang akrab bagi para pendengarnya, di mana penabur melambangkan Allah dan benih melambangkan Firman Allah yang ditaburkan di dalam hati manusia.
Namun, hasil penaburan tidak seragam. Penabur menaburkan benih di berbagai jenis tanah, melambangkan berbagai kondisi di hati orang-orang yang mendengar Sabda Tuhan. Sebagian hati seperti pinggir jalan, di mana bijinya diinjak-injak dan dimakan burung. Yang lainnya seperti tanah yang berbatu-batu, di mana benih cepat tumbuh, tetapi layu karena tidak berakar. Masih ada orang-orang yang benihnya jatuh di tengah semak duri, tercekik oleh kekhawatiran, kekayaan, dan kesenangan hidup ini. Akhirnya, ada tanah yang subur, hati yang mau menerima Sabda dan menghasilkan buah yang melimpah.
Perumpamaan ini mengajarkan kita bahwa respon terhadap Firman Tuhan tergantung pada kondisi hati kita. Jika kita ingin bertumbuh dalam iman kita dan mengalami kuasa transformasi dari Firman Allah, kita perlu memiliki hati yang terbuka dan mau menerima. Kita harus mau mendengar, memahami dan menerapkan Firman dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pentingnya Penerimaan
Ketika menganalisis perumpamaan tentang penabur, menjadi jelas bahwa penerimaan merupakan faktor penting bagi benih Firman Allah untuk berhasil dalam hidup kita. Namun, penerimaan bukanlah sesuatu yang alami bagi setiap orang. Ada sejumlah pengaruh dan keadaan yang dapat mempersulit kita untuk terbuka terhadap Firman Tuhan.
Yesus menjelaskan dalam Lukas 8:12, “Dan mereka yang di pinggir jalan adalah mereka yang mendengar; kemudian iblis datang dan mengambil firman dari hati mereka, sehingga mereka tidak percaya dan diselamatkan.” Perikop ini menyoroti pengaruh jahat yang dapat menjauhkan Firman Tuhan dari hati kita. Iblis terus-menerus berusaha mengalihkan perhatian, menipu dan membawa kita menjauh dari kebenaran. Namun, ketika kita mempersenjatai diri kita dengan perlengkapan senjata Allah dan berdiri teguh dalam iman kita, kita dapat melawan taktik musuh dan menjaga hati kita tetap menerima Firman.
Selain itu, kekhawatiran akan hidup ini dan pengejaran akan kekayaan dapat mengganggu kita dan mencekik Firman Tuhan di dalam hati kita, seperti yang Yesus sebutkan dalam Lukas 8:14. Ketika perhatian kita terfokus pada hal-hal yang bersifat sementara dan duniawi, kita berada dalam bahaya mengabaikan kebenaran kekal yang terdapat dalam Firman Tuhan. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk memprioritaskan kehidupan rohani kita dan memupuk hati yang condong kepada Tuhan, mengutamakan Dia dalam hidup kita.
Kebutuhan Ketekunan
Di sepanjang perumpamaan tentang penabur, Yesus mengingatkan kita akan pentingnya bertekun dalam iman kita. Dia memberi tahu kita dalam Lukas 8:15, “Tetapi yang jatuh di tanah yang baik adalah mereka yang, dengan hati yang lurus dan baik, setelah mendengar firman itu, mempertahankannya dan menghasilkan buah dengan ketekunan.” Di sini kita melihat bahwa tidaklah cukup hanya mendengar Firman Allah dan menerimanya dengan sukacita; kita harus mempertahankannya dan membiarkannya berbuah dalam hidup kita.
Kehidupan Kristen bukannya tanpa tantangan dan kesengsaraan. Akan ada saatnya kita tergoda untuk menyerah, ketika angin sakal bertiup kencang melawan kita. Namun, dalam situasi-situasi inilah iman kita diuji dan ketekunan menjadi sangat penting.
Melalui ketekunan, kami menunjukkan kepercayaan kami kepada Tuhan dan Firman-Nya, bahkan ketika menghadapi kesulitan. Rasul Yakobus menyemangati kita dengan kata-kata ini: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan; karena ketika dia terbukti, dia akan menerima mahkota kehidupan, yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yang mencintainya.” (Yakobus 1.12b). Oleh karena itu, kita tidak boleh berhenti menghadapi kesulitan, tetapi terus mempercayai dan mengikuti Tuhan, menjaga hati kita terbuka dan menerima Firman-Nya.
Menerapkan Firman dalam Hidup Kita
Perumpamaan tentang penabur mengajarkan kepada kita pelajaran berharga tentang pentingnya penerimaan, pengaruh keadaan, dan perlunya ketekunan dalam perjalanan iman kita. Sekarang kita perlu merenungkan bagaimana kita dapat menerapkan kebenaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pertama, kita harus memeriksa hati kita dan memeriksa kondisi tanah rohani kita. Apakah kita bersedia menerima Sabda Allah, membiarkannya meresap jauh ke dalam hati kita dan mengubah hidup kita? Atau apakah kita membiarkan kekhawatiran, kesenangan sesaat, dan pengaruh negatif menghalangi kita untuk menerima Firman Tuhan?
Selain itu, kita perlu waspada terhadap keadaan di sekitar kita. Musuh selalu waspada, berusaha menjauhkan kita dari kebenaran dan mematahkan semangat kita. Kita harus mempersenjatai diri dengan Firman Tuhan, memperkuat iman kita, dan berdiri teguh melawan tipu muslihat iblis.
Akhirnya, ketekunan sangat penting dalam perjalanan iman kita. Ketika kita menghadapi tantangan dan pencobaan, kita harus ingat bahwa kepercayaan kita ada pada Tuhan dan Firman-Nya. Kita dapat mempercayai kesetiaan dan janji-janji-Nya, bahkan ketika segala sesuatu di sekitar kita tampak tidak pasti.
Dampak Firman Tuhan dalam Kehidupan Kita
Selain mengajarkan kita tentang pentingnya penerimaan dan ketekunan, perumpamaan tentang penabur juga menunjukkan kepada kita pengaruh yang kuat dari Firman Tuhan dalam hidup kita. Ketika diterima dan dipelihara dalam hati yang mau menerima, Sabda Allah memiliki kuasa untuk mengubah, memperbaharui, dan menghasilkan buah yang berlimpah.
Firman Tuhan itu hidup dan efektif, mampu menembus hati kita dan memberi kita kearifan dan hikmat. Pemazmur menyatakan dalam Mazmur 119:105, “Firmanmu itu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku.” Firman Tuhan menerangi jalan kita, membimbing kita melalui ketidakpastian dan tantangan hidup. Itu mengungkapkan kehendak Tuhan kepada kita dan memberi kita arahan dalam keputusan kita.
Selanjutnya, Firman Tuhan berkuasa untuk mengubah pikiran, sikap dan perilaku kita. Rasul Paulus menulis dalam Roma 12:2 , “Dan janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan akal budimu, sehingga kamu dapat membuktikan apa kehendak Allah itu, yang baik dan berkenan dan sempurna.” Ketika kita membiarkan Firman Tuhan tinggal dalam diri kita dengan kaya (Kolose 3:16), itu bertindak sebagai agen transformasi dalam pikiran kita, memperbaharui perspektif kita dan memberdayakan kita untuk menjalani kehidupan yang menyenangkan Tuhan.
Firman Tuhan juga merupakan alat penyembuhan dan penguatan rohani. Pemazmur menyatakan dalam Mazmur 107:20, “Dia mengirim firman-Nya, dan menyembuhkan mereka, dan membebaskan mereka dari kehancuran mereka.” Saat kita terluka, putus asa, atau di tengah pergumulan rohani, Firman Tuhan memberikan penghiburan, dorongan, dan pemulihan. Itu mengingatkan kita akan kasih dan kesetiaan Tuhan, memperbaharui harapan kita dan memperkuat iman kita.
Karena itu, kita harus menghargai dan merenungkan Firman Tuhan setiap hari. Kita harus mempelajarinya, merenungkannya dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemazmur mengungkapkan kecintaannya pada Firman Tuhan dalam Mazmur 119:97: “Oh! Betapa aku mencintai hukummu! Ini adalah meditasi saya sepanjang hari.” Melalui pembelajaran Firman Tuhan yang tekun, kita diperlengkapi untuk menjalani kehidupan yang selaras dengan kehendak Tuhan, dan mengalami pertumbuhan rohani dan transformasi pribadi.
Tanggung Jawab Membagikan Firman Tuhan
Selain menerima Firman Tuhan ke dalam hidup kita, kita memiliki tanggung jawab untuk membagikannya kepada orang lain. Yesus mengajar kita dalam Matius 28:19-20 : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus; mengajar mereka untuk mengamati semua hal yang telah saya perintahkan kepada Anda. Inilah amanat agung yang diberikan Yesus kepada semua pengikut-Nya.
Ketika kita menerima Firman Tuhan ke dalam hati kita dan diubah olehnya, kesaksian kita menjadi alat yang ampuh untuk membagikan pesan Injil kepada orang lain. Yesus menggunakan gambar pelita dalam Lukas 8:16 untuk menekankan bahwa terang harus diletakkan di tempat yang terlihat, bukan tersembunyi. Demikian pula, Firman Tuhan di dalam kita harus bersinar di hadapan orang lain, mengungkapkan kasih dan kebenaran Tuhan.
Saat kita membagikan Firman Tuhan, kita harus melakukannya dengan cinta, kerendahan hati, dan kebijaksanaan. Rasul Paulus menasihati kita dalam Kolose 4:6, “Hendaklah perkataanmu selalu menyenangkan, dibumbui dengan garam, sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus menjawab setiap orang.” Kita harus bersedia untuk membagikan kebenaran, tetapi juga mendengarkan, menghormati, dan menanggapi kebutuhan orang-orang di sekitar kita.
Kita menjadi duta Kristus (2 Korintus 5:20), mewakili Dia dan menyebarkan kabar baik Injil. Ketika kita membagikan Firman Tuhan dengan kasih dan keberanian, kita dapat mempengaruhi kehidupan, membawa harapan bagi yang putus asa, dan membawa orang ke dalam hubungan dengan Tuhan.
Kesimpulan
Perumpamaan tentang penabur dalam Lukas 8:5-8 mengingatkan kita akan pentingnya Firman Tuhan dalam hidup kita, kemampuannya untuk mengubah, dan peran kita dalam membagikannya kepada orang lain. Saat kita berusaha mengembangkan hati yang mau menerima, melawan pengaruh negatif, dan bertekun dalam iman kita, kita dikuatkan oleh Firman Tuhan.
Semoga kita menghargai dan merenungkan Sabda Allah, mengizinkannya mengubah kita dan membimbing kita dalam perjalanan rohani kita. Dan semoga kita setia membagikan Firman dengan cinta dan kebijaksanaan, menerangi dunia dengan pesan Injil.
Semoga perumpamaan tentang penabur menjadi pengingat yang terus-menerus bahwa Firman Tuhan itu hidup, efektif dan mampu menghasilkan buah yang melimpah dalam hidup kita dan hidup orang-orang di sekitar kita.