Dalam pembelajaran Alkitab yang mendalam ini, kita akan mempelajari kitab Keluaran pasal 7 dalam Perjanjian Lama untuk memeriksa kuasa Allah yang luar biasa yang diwujudkan melalui Musa dan Harun.Keluaran 7:1-25 menceritakan awal mula wabah penyakit yang menimpa mereka. Mesir dan bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Penguasa alam semesta. Kita akan melihat bagaimana Kitab Suci memerinci kedaulatan ilahi, perlawanan Firaun, manifestasi tanda-tanda dan keajaiban, serta pelajaran-pelajaran abadi yang dapat kita ambil dari kisah ini.
Kedaulatan Tuhan Dinyatakan (Keluaran 7:1-5)
Keluaran pasal 7 dimulai dengan Allah menyatakan kepada Musa ruang lingkup rencana-Nya dan wewenang yang Dia berikan kepada Musa dan Harun. Dalam ayat-ayat ini, Allah berfirman kepada Musa: “Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: Lihatlah, Aku telah menjadikan engkau sebagai allah . Firaun, dan Harun, saudaramu, akan menjadi nabimu.” (Keluaran 7:1) . Pernyataan ini luar biasa, karena Tuhan menunjuk Musa sebagai wakil ilahi-Nya di hadapan Firaun, yang pada saat itu dianggap sebagai dewa di bumi.
Namun, penunjukan ilahi ini tidak berarti bahwa Musa menjadi tuhan, melainkan bahwa ia akan bertindak dengan otoritas dan kuasa Tuhan. Musa dan Harun akan menjadi alat Tuhan untuk menyampaikan kehendak-Nya dan melakukan mukjizat yang akan menunjukkan kedaulatan-Nya atas semua dewa Mesir. Tindakan ilahi ini merupakan ilustrasi yang kuat tentang cara Allah memberdayakan dan menugaskan orang-orang yang Dia pilih untuk memenuhi tujuan-tujuan-Nya.
Di sini kita dapat menemukan persamaannya dengan panggilan semua orang percaya. Kita dipanggil untuk menjadi duta Kristus (2 Korintus 5:20) dan menjalankan otoritas rohani atas kekuatan jahat dalam nama-Nya (Lukas 10:19). Penunjukan Musa mengingatkan kita akan pentingnya memenuhi panggilan kita dengan kerendahan hati, menyadari bahwa Tuhanlah yang memberdayakan kita untuk melaksanakan pekerjaan-Nya.
Perlawanan Firaun yang Keras Kepala (Keluaran 7:6-13)
Meskipun ada pesan ilahi yang jelas dan panggilan Tuhan kepada Musa dan Harun, Firaun menunjukkan perlawanan yang keras kepala. Dia menolak untuk membiarkan bangsa Israel pergi, bahkan ketika menghadapi tanda-tanda dan keajaiban yang Tuhan lakukan melalui hamba-hamba-Nya. Dalam ayat 13, kita melihat bahwa hati Firaun “menjadi keras, dan dia tidak mendengarkan mereka, seperti yang telah difirmankan Tuhan” (Keluaran 7:13, NIV) .
Perlawanan Firaun ini adalah contoh nyata ketegaran dan ketegaran manusia dalam menghadapi kehendak Tuhan. Bahkan ketika dihadapkan dengan bukti kuasa ilahi yang tak terbantahkan, sifat manusia yang berdosa sering kali menolak untuk menyerah. Namun, tanggapan Allah terhadap sikap keras kepala Firaun juga mengungkapkan kedaulatan dan tujuan penebusan-Nya.
Namun, pengerasan hati Firaun juga mengingatkan kita akan pentingnya kebebasan memilih. Tuhan tidak memaksa Firaun untuk bertindak dengan cara tertentu; dia mengeraskan hatinya sendiri. Ini menyoroti tanggung jawab manusia terhadap pilihan yang kita buat. Tuhan mengundang kita untuk memilih kehendak-Nya, namun Dia menghormati kebebasan memilih kita, meskipun itu berarti menolak kehendak-Nya.
Tanda dan Keajaiban Pertama (Keluaran 7:14-25)
Bagian selanjutnya dari Keluaran 7 menyajikan kepada kita tanda-tanda dan keajaiban pertama yang dilakukan oleh Musa dan Harun di hadapan Firaun. Karena taat kepada Tuhan, mereka melemparkan tongkatnya ke tanah, yang berubah menjadi ular. Namun, para penyihir Mesir berhasil melakukan mantra serupa, meskipun ular Musa dan Harun pada akhirnya menang.
Tuhan juga memerintahkan Musa untuk mengulurkan tangannya ke atas air Mesir, mengubahnya menjadi darah. Wabah ini melambangkan penghakiman ilahi atas tanah Mesir. Namun, meski menghadapi tanda-tanda dan wabah ini, Firaun tetap keras kepala, menolak melepaskan bangsa Israel.
Di sini kita melihat awal dari konfrontasi antara kuasa Tuhan dan kuasa Mesir. Kemampuan para ahli sihir di Mesir untuk meniru, sampai taraf tertentu, mukjizat Musa menyoroti realitas pertentangan spiritual. Namun, pertentangan ini tidak dapat menandingi kuasa ilahi dan pada akhirnya dapat diatasi.
Meskipun Firaun menolak, Tuhan menunjukkan penguasaan-Nya atas kekuatan alam dan kemampuan untuk melaksanakan keputusan yang adil. Tulah-tulah ini merupakan kesaksian atas keadilan Tuhan dan komitmen-Nya untuk menggenapi janji-janji-Nya dengan membebaskan umat-Nya dari perbudakan.
Pelajaran Abadi: Kedaulatan, Perlawanan dan Keadilan
Pelajaran dari Keluaran 7:1-25 ini memberi kita pelajaran berharga yang tak lekang oleh waktu yang melampaui konteks sejarah dan dapat diterapkan dalam kehidupan kita saat ini. Kedaulatan Tuhan menjadi tema sentral yang menekankan bahwa Dialah Penguasa Tertinggi yang bertindak sesuai dengan tujuan-Nya. Namun, perlawanan manusia yang keras kepala juga terlihat jelas, yang menyoroti pentingnya mengakui kebebasan memilih dan perlunya menanggapi panggilan ilahi dengan kerendahan hati.
Lebih jauh lagi, keadilan Tuhan terungkap dalam wabah penyakit yang menimpa Mesir. Tulah-tulah ini mewakili komitmen-Nya terhadap keadilan dan kemampuan-Nya untuk menghakimi orang-orang yang menindas umat-Nya. Hal ini mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Tuhan yang adil, membela kaum tertindas dan menepati janji-Nya.
Untuk memperkuat pelajaran ini, kita dapat melihat ayat-ayat Alkitab lain yang memperkuat prinsip-prinsip ini. Misalnya, Amsal 21:1 mengingatkan kita bahwa “hati seorang raja bagaikan aliran air di tangan Tuhan; dia membengkokkannya ke mana pun dia mau” . Hal ini menyoroti kedaulatan Allah atas para pemimpin dan penguasa. Mengenai penolakan yang keras kepala, kita dapat memperhatikan 2 Petrus 3:9 , yang menyatakan bahwa Allah “tidak menghendaki, supaya ada orang yang binasa, tetapi supaya semua orang bertobat . ” Ini menyoroti kesabaran dan keinginan-Nya agar setiap orang memilih jalan hidup.
Terakhir, mengenai keadilan ilahi, Mazmur 103:6 meyakinkan kita bahwa “Tuhan menegakkan keadilan dan membela hak semua orang yang tertindas” . Hal ini memperkuat sifat Tuhan yang benar dan kesediaan-Nya untuk campur tangan demi mereka yang menderita.
Kesimpulan
Mempelajari Keluaran 7:1-25 memberi kita wawasan mendalam mengenai kedaulatan Allah, perlawanan manusia yang keras kepala, dan keadilan ilahi. Pelajaran abadi ini terus bergema dalam kehidupan kita saat ini, mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Penguasa Tertinggi, yang menghormati kebebasan memilih kita, dan bertindak adil dalam membela umat-Nya.
Saat kita terus mempelajari Kitab Suci, penting untuk menerapkan pelajaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus mengakui kedaulatan Tuhan, memilih untuk menaati kehendak-Nya, dan percaya pada keadilan-Nya, mengetahui bahwa Dia setia untuk memenuhi janji-janji-Nya dan membela mereka yang tertindas. Semoga pembelajaran ini menginspirasi kita untuk hidup dengan iman dan kerendahan hati, selalu mencari kehendak Tuhan Yang Maha Esa.