Pelajaran Alkitab Yohanes 4:31-42: Makanan Yesus dan Penuaian Rohani

Published On: 21 de Mei de 2024Categories: Pelajaran Alkitab

Dalam pelajaran Alkitab ini, kita mempelajari Yohanes 4:31-42, sebuah kutipan yang mengungkapkan kedalaman misi Yesus dan pentingnya makanan rohani. Setelah bertemu dengan wanita Samaria, Yesus menggunakan metafora pertanian untuk mengajar murid-murid-Nya tentang pentingnya panen rohani dan perlunya melakukan kehendak Allah. Episode ini tidak hanya menjelaskan “makanan” Yesus yang sebenarnya, namun juga menyoroti kolaborasi penting antara mereka yang menabur dan mereka yang menuai dalam pekerjaan Tuhan.

Bagian ini juga menekankan kekuatan transformatif dari kesaksian pribadi dan wahyu langsung tentang Yesus sebagai Juruselamat dunia. Melalui kata-kata dan tindakan Yesus, kita melihat seruan yang jelas bagi semua umat beriman untuk berpartisipasi dalam misi evangelisasi, menanggapi kebutuhan akan pekerja di bidang spiritual. Dengan menelusuri ayat demi ayat, kita akan lebih memahami bagaimana setiap aspek dialog ini berkontribusi terhadap pemahaman misi Yesus dan peran para murid dalam menyebarkan Injil.

Yohanes 4:31 “Sementara itu murid-muridnya memohon kepadanya, katanya, Rabi, makanlah.”

Dalam ayat ini, murid-murid Yesus, yang khawatir akan rasa lapar-Nya, bersikeras agar Dia makan. Adegan itu terjadi setelah Yesus berbicara dengan wanita Samaria. Desakan para murid mencerminkan kepedulian manusiawi mereka terhadap kebutuhan jasmani, tanpa menyadari makna spiritual dari misi Yesus.

Yohanes 4:32 “Tetapi Ia berkata kepada mereka: Aku mempunyai makanan untuk dimakan yang tidak kamu ketahui.”

Yesus menanggapinya dengan pernyataan yang “membingungkan” para murid. Dia berbicara tentang makanan rohani yang belum mereka pahami. “Makanan” ini mengacu pada pemenuhan kehendak Tuhan dan pekerjaan penuaian jiwa secara rohani, seperti yang diilustrasikan dalam Ulangan 8:3, di mana dikatakan bahwa “manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan yang keluar darinya.” mulut Tuhan.”

Yohanes 4:33 “Kemudian murid-murid berkata satu sama lain: Apakah aku membawakan seseorang untuk dimakan?”

Para murid, yang masih berpikir secara harfiah, berspekulasi apakah seseorang telah membawakan makanan kepada Yesus. Mereka tidak mengerti bahwa Dia sedang membicarakan sesuatu yang jauh lebih dalam dan spiritual. “Kesalahpahaman” ini menyoroti perbedaan antara keprihatinan Yesus di dunia dan misi surgawinya.

Yohanes 4:34 “Kata Yesus kepada mereka: Tujuanku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”

Di sini, Yesus menjelaskan bahwa “makanan”-Nya adalah untuk melaksanakan kehendak Allah. Misi Yesus adalah untuk menggenapi rencana ilahi, termasuk keselamatan umat manusia. Ayat ini menggemakan Yohanes 6:38, di mana Yesus menyatakan bahwa Dia turun dari surga untuk melakukan kehendak Bapa, bukan kehendak-Nya.

Yohanes 4:35 “Tidakkah kamu berkata, Masih ada empat bulan lagi sampai panen tiba? Lihatlah, Aku berkata kepadamu, Angkatlah matamu dan lihatlah tanah itu, yang sudah putih untuk dituai.”

Yesus menggunakan metafora pertanian untuk mengajarkan tentang pentingnya misi penginjilan. Beliau menantang para murid untuk melihat ladang rohani yang sudah siap untuk dituai. Dalam Matius 9:37-38, Yesus juga mengatakan bahwa tuaian itu banyak, tetapi yang memanen sedikit, sehingga memerlukan lebih banyak pekerja untuk melakukan pekerjaan itu.

Yohanes 4:36 “Dan siapa yang menuai, menerima upah dan mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal; supaya orang yang menabur dan orang yang menuai sama-sama bergembira.”

Ayat ini menyoroti upah kekal bagi mereka yang bekerja keras dalam panen rohani. Baik yang menabur maupun yang menuai, sama-sama menikmati kebahagiaan dan pahala. Hal ini berkaitan dengan 1 Korintus 3:8, di mana Paulus berbicara tentang persatuan dan kerja sama dalam pekerjaan Tuhan, dengan mengatakan bahwa “siapa yang menanam dan siapa yang menyiram adalah satu”.

Yohanes 4:37 “Sebab benarlah pepatah ini: Yang satu menabur, yang lain menuai.”

Yesus meneguhkan sebuah pepatah terkenal yang menggambarkan kolaborasi dalam pekerjaan rohani. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang mempunyai peran berbeda dalam Kerajaan Allah, namun mereka semua berkontribusi pada tujuan yang sama. Paulus memperkuat gagasan ini dalam 1 Korintus 3:6, di mana ia menyebutkan bahwa ia menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah memberi pertumbuhan.

Yohanes 4:38 “Aku mengutus kamu untuk menuai di tempat kamu tidak bekerja; yang lain bekerja, dan kamu ikut serta dalam pekerjaan mereka.”

Di sini, Yesus mengingatkan para murid bahwa mereka menuai hasil kerja orang lain sebelum mereka. Para nabi dan Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalannya, dan sekarang para murid memasuki pekerjaan yang sedang berlangsung ini. Dalam Ibrani 11, kita melihat daftar pahlawan iman yang usahanya telah memberikan kontribusi terhadap rencana Allah selama berabad-abad.

Yohanes 4:39 “Dan banyak orang Samaria di kota itu yang percaya kepada-Nya, melalui perkataan perempuan itu, yang memberi kesaksian, Dia memberitahukan kepadaku segala yang telah kulakukan.”

Kesaksian wanita Samaria mempunyai dampak yang kuat, membuat banyak orang percaya kepada Yesus. Hal ini menunjukkan kekuatan kesaksian pribadi dalam evangelisasi. Dalam Markus 5:19, Yesus memberi tahu pria yang sudah bebas dari setan untuk memberi tahu keluarganya apa yang Tuhan lakukan baginya, dengan menekankan nilai kesaksian.

Yohanes 4:40 “Maka ketika orang Samaria datang kepadanya, mereka memohon agar dia tinggal bersama mereka; dan dia tinggal di sana selama dua hari.”

Orang Samaria, yang tertarik dengan kesaksian wanita tersebut dan kehadiran Yesus, meminta Dia untuk tetap bersama mereka. Yesus menerima undangan tersebut, menunjukkan kesediaan-Nya untuk menjangkau dan melayani semua orang, apa pun latar belakang mereka. Hal ini mencerminkan ajaran Yohanes 3:16 yang menyatakan bahwa Allah begitu mengasihi dunia sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya untuk menyelamatkan semua orang yang percaya.

Yohanes 4:41 “Dan lebih banyak lagi yang percaya kepadanya karena perkataannya.”

Kehadiran Yesus dan pesan-Nya menghasilkan jumlah orang percaya yang semakin besar. Ayat ini menyoroti efektivitas pengajaran langsung Yesus dan bagaimana firman-Nya mengubah kehidupan. Dalam Roma 10:17, Paulus berkata bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Allah, menunjukkan pentingnya pemberitaan Injil.

Yohanes 4:42 “Dan mereka berkata kepada perempuan itu: Bukan lagi karena perkataanmu itulah kami percaya; karena kami sendiri telah mendengarnya, dan kami tahu bahwa inilah sesungguhnya Kristus, Juruselamat dunia.”

Orang Samaria mengungkapkan bahwa iman mereka kini didasarkan pada pengalaman langsung dengan Yesus, bukan hanya kesaksian wanita tersebut. Hal ini menggarisbawahi pertumbuhan iman pribadi dan wahyu Yesus sebagai Juruselamat dunia. Dalam Kisah Para Rasul 4:12, Petrus menyatakan bahwa tidak ada nama lain yang dapat menyelamatkan kita, dengan menekankan keunikan Kristus dalam keselamatan.

Kesimpulan: Refleksi Yohanes 4:31-42

Perikop dari Yohanes 4:31-42 mengajak kita untuk merenungkan prioritas dalam kehidupan rohani kita. Yesus menunjukkan kepada kita bahwa ada “makanan” yang lebih dalam dan lebih penting daripada makanan fisik: melakukan kehendak Tuhan dan ikut serta dalam panen rohani. Penuaian ini mengacu pada pekerjaan penginjilan, di mana setiap orang percaya dipanggil untuk menabur dan menuai jiwa-jiwa bagi Kerajaan Allah.

Kesaksian wanita Samaria adalah pengingat yang kuat bahwa Tuhan dapat menggunakan kita semua untuk memberi dampak pada kehidupan. Tidak peduli masa lalu atau kegagalan kita; yang penting adalah perjumpaan transformatif dengan Yesus dan kesediaan untuk berbagi pengalaman ini dengan orang lain.

Para murid, yang awalnya prihatin dengan kelaparan fisik Yesus, mendapat pelajaran berharga tentang urgensi dan pentingnya misi Tuhan. Demikian pula, kita ditantang untuk melihat dan melihat peluang di sekitar kita, menyadari bahwa panen sudah siap. Setiap orang yang kita temui mungkin merupakan jiwa yang mencari kebenaran dan keselamatan.

Saat kita merenungkan bagian ini, semoga kita mengevaluasi kembali prioritas kita dan berusaha, di atas segalanya, untuk melakukan kehendak Tuhan. Semoga kita terinspirasi untuk memberikan kesaksian dengan berani, mengetahui bahwa Roh Kudus bekerja bersama kita dan ada sukacita serta pahala yang besar dalam berpartisipasi dalam pekerjaan ilahi. Panenannya berlimpah, dan kita semua dipanggil untuk menjadi pekerja di ladang Tuhan.

Share this article

Written by : Ministério Veredas Do IDE

Leave A Comment

Latest articles