Awal dari Segala Sesuatu
Kejadian, yang dikenal sebagai kitab permulaan, adalah kitab pertama dalam Alkitab Suci. Dalam Kejadian 1, kita menemukan uraian terperinci tentang penciptaan alam semesta dan umat manusia, yang digambarkan dengan penuh makna oleh penulis yang diilhamkan. Pasal ini mengungkapkan kuasa penciptaan Allah dan kedaulatan-Nya atas segala yang ada.
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (Kejadian 1:1-2, TB)
Hari-Hari Penciptaan
Hari Pertama: Cahaya Mengusir Kegelapan
Pada awalnya, bumi tidak berbentuk dan kosong, diselimuti kegelapan. Dengan kuasa firman-Nya, Allah memulai karya penciptaan.
Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nya terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu Siang, dan gelap itu dinamai-Nya Malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (Kejadian 1:3-5, TB)
Pada hari pertama, Allah menciptakan terang—bukan cahaya matahari (yang diciptakan pada hari keempat)—melainkan terang yang mengusir kegelapan, menetapkan tatanan awal. Frasa “Berfirmanlah Allah” muncul berulang kali (ayat 3, 6, 9, 11, 14, 20, 24, 26), menegaskan kuasa penciptaan firman Allah. Segala yang ada bergantung pada kehendak Allah, yang adalah asal dari alam semesta, alam, hewan, dan manusia.
Hari Kedua: Memisahkan Air
Berfirmanlah Allah: “Jadilah cakrawala di tengah-tengah air untuk memisahkan air dari air.” Maka Allah menjadikan cakrawala dan memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Allah menamai cakrawala itu Langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. (Kejadian 1:6-8, TB)
Pada hari kedua, Allah menciptakan cakrawala, atau ruang yang kita kenal sebagai atmosfer. Penghalang ini memisahkan air di permukaan bumi dari air di langit (awan), semakin menata ciptaan.
Hari Ketiga: Daratan, Laut, dan Tumbuhan
Berfirmanlah Allah: “Berkumpullah air yang di bawah langit itu pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.” Dan jadilah demikian. Allah menamai yang kering itu Darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya Laut. Allah melihat bahwa itu baik. Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, pohon-pohon buah yang menghasilkan buah yang berbiji, masing-masing menurut jenisnya di atas bumi.” Dan jadilah demikian. Bumi menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji menurut jenisnya, dan pohon-pohon yang menghasilkan buah yang berbiji menurut jenisnya. Allah melihat bahwa itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. (Kejadian 1:9-13, TB)
Pada hari ketiga, Allah menata air dan daratan, membentuk benua, pulau, dan laut. Ia juga memerintahkan bumi untuk menghasilkan tumbuhan: rumput, tanaman berbiji, dan pohon buah-buahan, masing-masing menurut jenisnya, meletakkan dasar bagi kehidupan.
Hari Keempat: Cahaya di Langit
Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang di cakrawala langit untuk memisahkan siang dari malam, dan jadilah tanda-tanda untuk menunjukkan masa-masa, hari-hari, dan tahun-tahun, dan jadilah penerang di cakrawala langit untuk menerangi bumi.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni benda penerang yang lebih besar untuk menguasai siang, dan benda penerang yang lebih kecil untuk menguasai malam, serta bintang-bintang. Allah menetapkan benda-benda penerang itu di cakrawala langit untuk menerangi bumi, untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat. (Kejadian 1:14-19, TB)
Pada hari keempat, Allah menciptakan matahari, bulan, dan bintang-bintang, menetapkan pemisahan antara siang dan malam serta menentukan siklus waktu: hari, tahun, dan musim. Benda-benda penerang ini tidak hanya menerangi bumi tetapi juga berfungsi sebagai tanda bagi umat manusia.
Hari Kelima: Makhluk Laut dan Langit
Berfirmanlah Allah: “Hendaklah air berlimpah dengan makhluk-makhluk yang hidup, dan hendaklah burung-burung terbang di atas bumi melintasi cakrawala langit.” Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala makhluk hidup yang bergerak, yang berlimpah-limpah di dalam air menurut jenisnya, dan segala burung yang bersayap menurut jenisnya. Allah melihat bahwa itu baik. Allah memberkati mereka, firman-Nya: “Berbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air di laut, dan hendaklah burung-burung bertambah banyak di bumi.” Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. (Kejadian 1:20-23, TB)
Pada hari kelima, Allah memenuhi laut dengan makhluk hidup dan langit dengan burung, masing-masing menurut jenisnya. Ia memberkati mereka agar bertambah banyak, memenuhi bumi dengan kehidupan.
Hari Keenam: Hewan Darat dan Penciptaan Manusia
Berfirmanlah Allah: “Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk hidup: ternak, binatang melata, dan binatang liar menurut jenisnya.” Dan jadilah demikian. Allah menjadikan binatang liar menurut jenisnya, ternak menurut jenisnya, dan segala binatang melata di muka bumi menurut jenisnya. Allah melihat bahwa itu baik. Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu berfirman kepada mereka: “Berbiaklah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala makhluk hidup yang bergerak di bumi.” Berfirmanlah Allah: “Lihatlah, Aku telah memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji yang ada di seluruh bumi, dan segala pohon yang berbuah dan yang menghasilkan biji; itulah yang menjadi makananmu. Dan kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernafas, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau untuk makanan.” Dan jadilah demikian. Allah melihat segala yang telah dijadikan-Nya itu, dan sesungguhnya sangat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. (Kejadian 1:24-31, TB)
Pada hari keenam, Allah menciptakan hewan darat dan, sebagai puncak penciptaan, membentuk manusia menurut gambar dan rupa-Nya. Penggunaan “Baiklah Kita” (jamak) menunjukkan keterlibatan Trinitas—Bapa, Putra, dan Roh Kudus—dalam penciptaan manusia. Allah memberkati manusia, memberikan mereka kuasa atas bumi dan penyediaan untuk kebutuhan mereka.
Hari Ketujuh: Istirahat Allah
Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Pada hari ketujuh Allah telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu. Lalu Ia beristirahat pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itu Ia beristirahat dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. (Kejadian 2:1-3, TB)
Pada hari ketujuh, Allah “beristirahat,” bukan karena lelah, tetapi karena penciptaan telah selesai. Ia menguduskan hari ini, menandakan penyelesaian karya penciptaan-Nya.
Jejak Allah dalam Penciptaan
Penciptaan mencerminkan tanda tangan Allah melalui keteraturan dan harmoninya. Angka tiga, yang sering dikaitkan dengan Trinitas (Bapa, Putra, dan Roh Kudus), muncul dalam berbagai aspek realitas:
- Air terdiri dari tiga atom (dua hidrogen, satu oksigen).
- Bumi adalah planet ketiga dalam tata surya.
- Manusia terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh.
- Waktu dibagi menjadi masa lalu, sekarang, dan masa depan.
- Ruang diukur dengan lebar, tinggi, dan kedalaman.
- Materi terdiri dari proton, neutron, dan elektron.
- Materi ada dalam bentuk padat, cair, dan gas.
- Musik terdiri dari melodi, harmoni, dan ritme.
Kemunculan angka tiga ini dapat dilihat sebagai cerminan Sang Pencipta. Segala sesuatu dalam penciptaan—dari alam hingga manusia—membawa tanda Allah, yang menghembuskan nafas kehidupan ke dalam lubang hidung manusia, membuat kita bergantung kepada-Nya untuk keberadaan.
Kesimpulan: Allah, Pencipta yang Berdaulat
Kejadian 1 mengajarkan bahwa Allah adalah Pencipta yang berdaulat atas segala yang ada. Tidak ada yang tercipta tanpa firman-Nya, dan segalanya tetap di bawah kendali-Nya. Ia merancang alam semesta dengan tujuan, menginginkan umat manusia hidup dalam persekutuan dengan-Nya, menikmati hidup dan sukacita-Nya. Sebagai pembawa gambar Allah, kita dipanggil untuk mengakui otoritas-Nya dan bergantung pada kasih karunia-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.