Yohanes 12:3 – Pelajaran Alkitab: Maria Mengurapi Kaki Yesus
Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan mendalami kisah mengharukan tentang Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu murni. Peristiwa ini, yang dicatat dalam Kitab Suci, lebih dari sekedar catatan sejarah sederhana; ini adalah pelajaran yang kuat tentang pengabdian, kerendahan hati, dan kasih kepada Kristus. Melalui pembelajaran ini, kita akan menelusuri makna spiritual dari tindakan luar biasa ini dan implikasinya bagi kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.
Yohanes 12:3 (KJV) “Kemudian Maria, mengambil setengah kati minyak narwastu murni, yang sangat berharga, meminyaki kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya; dan rumah itu dipenuhi bau balsam.”
Ayat ini membawa kita ke inti cerita, di mana Maria menunjukkan pengabdiannya kepada Yesus dengan mengurapi Dia dengan minyak wangi yang berharga. Rumah yang dipenuhi aroma balsem menciptakan lingkungan yang penuh makna spiritual. Kajian ini akan mendalami setiap aspek peristiwa ini, mulai dari makna pengurapan hingga reaksi para murid, dorongan Yesus, hikmah pelayanan yang rendah hati, dan dampak dari wangi pengabdian. Mari kita jelajahi bagaimana kita dapat menerapkan pelajaran-pelajaran ini dalam kehidupan kita sendiri ketika kita berupaya menjadi murid Kristus yang lebih bersemangat dan rendah hati.
Kami mengundang Anda untuk memulai perjalanan refleksi dan pembelajaran ini sambil mengkaji kisah Maria dan ajaran berharga yang dikandungnya. Semoga pembelajaran Alkitab ini mengilhami kita untuk mencintai dan menyembah Kristus dengan hati yang tulus dan menjalani kehidupan yang memancarkan aroma pengabdian, sehingga berdampak positif pada dunia di sekitar kita.
Makna Mendalam Pengurapan Yesus oleh Maria
Pengurapan Yesus oleh Maria dengan wewangian narwastu murni merupakan peristiwa yang sangat simbolis dalam Alkitab. Mari kita memperdalam pemahaman kita tentang makna di balik sikap cinta dan pemujaan ini dengan menyelidiki implikasi spiritualnya.
Maria memilih minyak narwastu murni, suatu wewangian yang langka dan berharga, untuk mengurapi kaki Yesus. Pilihan ini bukan suatu kebetulan; dia melambangkan kemurnian cinta dan pengabdian Maria kepada Kristus. Spikenard dikenal dengan aromanya yang tahan lama dan tajam, melambangkan keabadian hubungan antara Maria dan Yesus. Oleh karena itu, pemilihan narwastu murni menyoroti sifat abadi cinta Maria kepada Tuhannya.
Yohanes 12:3 (KJV) “Kemudian Maria, mengambil setengah kati minyak narwastu murni, yang sangat berharga, meminyaki kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya; dan rumah itu dipenuhi bau balsam.”
Tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus juga membawa simbolisme mendalam terkait ketundukan dan penerimaan peran-Nya sebagai Juruselamat. Dalam budaya Yahudi pada saat itu, mencuci kaki seseorang adalah tugas yang dilakukan oleh para pelayan, untuk menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormat. Maria tidak hanya mengurapi kaki Yesus, tetapi juga menyekanya dengan rambutnya, menunjukkan kesediaannya untuk melayani Mesias dengan cara yang intim dan rendah hati. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dalam hubungan kita dengan Kristus, menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, bersedia melayani Dia dengan segenap hati.
Selain itu, wewangian yang disiramkan Maria kepada Yesus menandakan kematian dan penguburan-Nya. Yesus menyebutkan bahwa dia melakukannya “pada hari penguburanku.” Tindakan kenabian Maria ini menunjuk pada pengorbanan Kristus yang sudah dekat di kayu salib, di mana Dia akan diurapi untuk menjadi Penebus umat manusia. Oleh karena itu, pengurapan Yesus dengan minyak wangi menjadi simbol persiapan rohani bagi pengorbanan Kristus, mengingatkan kita akan pentingnya salib dalam iman Kristen kita.
Matius 26:12 (NIV) “Dengan menuangkan minyak wangi ini ke tubuhku, dia melakukannya untuk persiapan penguburanku.”
Selain itu, pengurapan Yesus oleh Maria adalah contoh penting dalam memprioritaskan ibadah di atas aspek praktis kehidupan. Meskipun Yudas Iskariot dan yang lainnya mengkritik anggapan bahwa minyak wangi itu “buang-buang”, Yesus menilai tindakan Maria sebagai bukti cinta sejati. Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam pencarian spiritual kita harus memprioritaskan ibadah kepada Tuhan dan hubungan kita dengan-Nya di atas urusan duniawi. Maria memilih untuk menyembah Yesus daripada mengkhawatirkan nilai material dari parfum, mengajarkan kita pentingnya menginvestasikan sumber daya spiritual kita di hadirat Tuhan.
Matius 6:33 (ARA) “Tetapi carilah dahulu kerajaannya dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”
Tidak diragukan lagi ini adalah episode yang sangat penting dalam Alkitab, penuh dengan simbolisme spiritual. Ini mewakili cinta Maria yang murni dan abadi kepada Kristus, kerendahan hatinya dalam melayani, dan pemahamannya tentang pengorbanan Yesus yang akan segera terjadi di kayu salib. Lebih jauh lagi, ini mengajarkan kita pentingnya memprioritaskan ibadah dan hubungan kita dengan Tuhan di atas urusan duniawi. Semoga kita, seperti Maria, belajar dari ayat ini dan mengungkapkan kasih dan pengabdian kita kepada Yesus dengan cara yang mendalam dan bermakna.
Reaksi Para Murid
Reaksi para murid terhadap tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi narwastu yang berharga merupakan elemen penting dari kisah ini dan menawarkan wawasan berharga bagi pemahaman rohani kita. Meneliti berbagai reaksi murid-murid memungkinkan kita untuk mengeksplorasi tema penilaian, kemurahan hati, dan motivasi yang tulus.
Yohanes 12:4-6 (NIV) “Kemudian salah seorang murid-Nya, Yudas Iskariot, yang akan mengkhianati Dia, berkata: ‘Untuk apa pemborosan ini? Minyak wangi ini bisa saja dijual dengan harga yang mahal, dan uangnya dapat diberikan kepada orang miskin.’ Dia mengatakan hal ini bukan karena dia peduli terhadap orang miskin, tetapi karena dia adalah seorang pencuri; sebagai bendahara, dia mencuri apa yang ditaruh di sana.”
Reaksi awal para murid dipersonifikasikan oleh Yudas Iskariot, yang ketika menyaksikan tindakan Maria, langsung menyatakan ketidakpuasannya, menganggap pengurapan sebagai “pemborosan”. Namun, Yudas tidak benar-benar peduli terhadap orang miskin, seperti pengakuannya, namun memikirkan keserakahannya sendiri. Dia adalah bendahara kelompok tersebut dan lebih mementingkan potensi nilai uang dari parfum tersebut dibandingkan dengan penyembahan kepada Yesus.
Episode ini mengingatkan kita bahwa penilaian yang tergesa-gesa dan penilaian yang salah terhadap tindakan orang lain dapat dimotivasi oleh kepentingan egois. Yesus memanggil kita untuk memeriksa hati kita sendiri sebelum menilai orang lain untuk memastikan bahwa motivasi kita murni dan sejalan dengan kasih-Nya.
Matius 7:1-2 (ARA) “Jangan menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan kriteria yang Anda gunakan untuk menilai, Anda akan dihakimi; dan dengan ukuran yang kamu ukur, itu juga akan diukurkan kepadamu.”
Di sisi lain, reaksi para murid juga menyoroti pentingnya kemurahan hati dan kepedulian yang tulus terhadap mereka yang membutuhkan. Pernyataan Yudas bahwa minyak wangi dapat dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin menimbulkan pertanyaan yang valid mengenai penggunaan sumber daya secara bertanggung jawab. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh teks itu sendiri, motivasi Yudas adalah keserakahan, bukan kebajikan.
Ayat ini mendorong kita untuk mencari peluang kemurahan hati dalam hidup kita, namun dengan hati yang tulus tanpa keegoisan. Kita harus ingat bahwa kemurahan hati yang berkenan kepada Tuhan bukan sekedar persembahan materi, tapi juga kesediaan memberi dengan hati yang penuh belas kasihan.
2 Korintus 9:7 (NIV) “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Reaksi para murid terhadap pengurapan Yesus oleh Maria mengingatkan kita akan pentingnya memeriksa motivasi kita, menghindari penilaian yang terburu-buru dan mencari kemurahan hati yang sejati dalam tindakan kita. Kita harus belajar dari kritik Yudas yang tidak berdasar dan sebaliknya kita harus mengikuti teladan Maria, yang menunjukkan kasih tulus dan pengabdian kepada Yesus.
Dorongan Yesus
Dorongan yang diberikan Yesus sebagai tanggapan atas pengurapan kaki-Nya oleh Maria merupakan bagian penting dari kisah alkitabiah ini. Tanggapannya mengungkapkan pemahamannya yang mendalam tentang makna spiritual dari tindakan Maria dan memberi kita pelajaran berharga tentang pentingnya pengabdian yang tulus dan pengakuan atas nilai individu.
Yohanes 12:7 (NIV) “Yesus menjawab, ‘Biarkan dia sendiri; dia menyimpannya untuk hari pemakamanku.’”
Tanggapan Yesus sungguh mengejutkan, mengingat kritik para murid sebelumnya, khususnya Yudas. Dia tidak hanya membela Maria, tetapi juga memuji tindakannya, menyatakan bahwa dia telah menyimpan parfum untuk hari pemakamannya. Hal ini mengungkapkan kedalaman pemahaman Yesus tentang tujuan rohani pengurapan Maria.
Yesus menyadari bahwa tindakan Maria bukanlah sebuah “sia-sia”, seperti yang dikatakan beberapa orang, namun sebuah ekspresi cinta dan pengabdian yang tulus. Dia menghargai tindakan Maria sebagai penghormatan awal atas pengorbanan-Nya yang sudah dekat di kayu salib. Hal ini mengajarkan kita bahwa Tuhan sangat menghargai tindakan kita yang didorong oleh cinta dan pengabdian yang tulus, meskipun tindakan tersebut mungkin tampak tidak dapat dipahami oleh orang lain.
Ayat ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mengenali nilai intrinsik setiap individu. Yesus tidak hanya memuji tindakan Maria, namun juga mengakui peran pentingnya dalam persiapan rohani untuk penyaliban-Nya. Paus menghargai Maria sebagai murid dan sahabat, menekankan bahwa setiap orang memiliki tempat yang unik dan penting dalam kerajaan Allah, tanpa memandang asal usul atau posisi sosial mereka.
1 Korintus 12:18 (NIV) “Tetapi sesungguhnya Allah mengatur anggota-anggotanya, menempatkan masing-masing anggota dalam tubuh menurut kehendaknya.”
Dorongan Yesus juga mengingatkan kita bahwa dalam perjalanan rohani kita, terkadang kita akan menghadapi kritik dan kesalahpahaman dari orang lain. Namun, sebagaimana Maria mendapat penerimaan dan dorongan dari Yesus, kita dapat percaya bahwa Tuhan menghargai dan memahami upaya tulus kita untuk melayani dan menyembah Dia.
Lebih jauh lagi, pengakuan Yesus bahwa Maria telah menyimpan minyak wangi untuk hari penguburan-Nya menunjukkan pentingnya persiapan rohani dalam hidup kita. Sama seperti Maria mempersiapkan sesuatu yang istimewa bagi Yesus, kita juga harus siap secara rohani menghadapi tantangan dan momen penting dalam perjalanan kita bersama Kristus.
2 Timotius 2:21 (NIV) “Barangsiapa menyucikan dirinya dari hal-hal itu, ia akan menjadi bejana kehormatan, disucikan, berguna bagi Tuhan, diperlengkapi untuk setiap pekerjaan baik.”
Dorongan Yesus pada saat pengurapan kaki-Nya oleh Maria menyoroti kedalaman pemahaman rohani-Nya, nilai pengabdian yang tulus, dan pengakuan-Nya terhadap nilai individu setiap orang. Ayat ini mendorong kita untuk melanjutkan upaya rohani kita, percaya pada kasih dan penerimaan Tuhan, bahkan ketika kita menghadapi kritik dari luar, dan untuk bersiap secara rohani menghadapi momen-momen penting dalam perjalanan kita bersama Kristus.
Pelajaran dalam Pelayanan yang Rendah Hati
Pelajaran tentang pelayanan yang rendah hati yang dapat kita ambil dari peristiwa ketika Maria mengurapi kaki Yesus sangatlah penting dan relevan bagi kehidupan rohani kita. Dalam konteks ini, tindakan Maria tidak hanya menunjukkan pengabdian yang tulus, namun juga menonjolkan hakikat pelayanan Kristiani dan kerendahan hati yang harus menyertainya.
Yohanes 13:14-15 (ARA) “Sekarang jika Aku, sebagai Tuhan dan Guru, telah membasuh kakimu, maka kamu pun harus saling membasuh kaki. Sebab aku telah memberikan kepadamu sebuah contoh, sehingga seperti yang telah kulakukan kepadamu, kamu juga harus melakukan hal yang sama.”
Yesus, Putra Allah dan Guru Agung, memberikan contoh luar biasa tentang pelayanan yang rendah hati dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan ini sangat kontras dengan ekspektasi budaya pada masa itu, yang menganggap mencuci kaki adalah tugas yang diberikan kepada budak atau pelayan. Yesus mendobrak hambatan budaya ini untuk memberikan pelajaran yang mendalam: pemimpin sejati adalah orang yang melayani.
Dengan demikian, pelajaran pelayanan yang rendah hati dimulai dari Yesus, yang merupakan inkarnasi dari kerendahan hati Ilahi. Beliau mengingatkan kita bahwa, sebagai pengikut-Nya, kita harus bersedia melayani satu sama lain dengan kasih dan kerendahan hati, tanpa memandang kedudukan atau status sosial kita.
Filipi 2:5-7 (NIV) “Hendaklah kamu mempunyai pola pikir yang sama seperti dalam Kristus Yesus, yang walaupun Dia adalah Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai sesuatu yang harus dipertahankan; tetapi mengosongkan diri-Nya sendiri, menjadi seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”
Pelajaran tentang pelayanan yang rendah hati juga mengajarkan kita pentingnya mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Maria tidak hanya mengurapi kaki Yesus, tetapi juga menyekanya dengan rambutnya. Sikap intim ini menunjukkan kesediaannya untuk tunduk dan melayani Yesus secara mendalam. Ia mengingatkan kita bahwa pelayanan yang tulus bukan sekedar tindakan lahiriah saja, namun sikap hati yang mengutamakan orang lain.
Filipi 2:3-4 (ARA) “Janganlah kamu berbuat apa-apa karena memihak atau menyombongkan diri, tetapi karena kerendahan hati, dan menganggap orang lain lebih baik dari pada dirimu sendiri. Hendaknya masing-masing orang tidak memikirkan apa yang menjadi miliknya, tetapi memikirkan apa yang menjadi milik orang lain.”
Lebih jauh lagi, pelajaran tentang pelayanan yang rendah hati juga menyoroti perlunya melayani dengan sukacita dan tanpa mengharapkan pengakuan atau imbalan duniawi. Maria tidak akan mengurapi kaki Yesus dengan mengharapkan pujian; dia melakukannya karena cinta dan pengabdian. Demikian pula kita harus melayani dengan hati bersyukur dan gembira, mengetahui bahwa Tuhan melihat dan menghargai tindakan kita.
Kolose 3:23-24 (NIV) “Apa pun yang kamu lakukan, lakukanlah dengan segenap hatimu, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, karena kamu tahu, bahwa kamu akan menerima upah warisan dari Tuhan. Kristuslah Tuhan yang kamu layani.”
Pelajaran pelayanan rendah hati yang kita petik dari tindakan Maria mengurapi kaki Yesus mengingatkan kita akan pentingnya mengikuti teladan Kristus, yang melayani dengan kerendahan hati dan kasih. Kita harus bersedia melayani satu sama lain dengan kerendahan hati, mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita sendiri, dan melakukannya dengan sukacita dan rasa syukur, tanpa mencari pujian atau imbalan duniawi. Dengan cara ini, kita dapat mencerminkan karakter Kristus dalam hidup kita dan memberikan dampak positif pada dunia di sekitar kita.
Parfum Pengabdian
Aroma pengabdian, yang hadir dalam kisah Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu murni, merupakan simbolisme yang kaya dan membawa implikasi spiritual yang mendalam. Aspek narasi ini tidak hanya memperkuat makna cerita, namun juga memberi kita pelajaran berharga tentang bagaimana pengabdian kita kepada Tuhan dapat berdampak pada lingkungan kita dan menyaksikan kasih karunia-Nya kepada orang lain.
Yohanes 12:3 (KJV) “Kemudian Maria, mengambil setengah kati minyak narwastu murni, yang sangat berharga, meminyaki kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya; dan rumah itu dipenuhi bau balsam.”
Minyak wangi narwastu murni yang Maria pilih untuk meminyaki kaki Yesus mempunyai nilai yang sangat besar, tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga secara simbolis. Spikenard, yang dikenal karena aromanya yang persisten dan menyenangkan, sering dikaitkan dengan kemurnian dan pengabdian. Melambangkan keharuman rohani ibadah kita kepada Tuhan yang harus berkesinambungan dan langgeng merasuki kehidupan kita dan lingkungan sekitar kita.
Sama seperti wewangian Maria memenuhi rumah dengan aromanya yang berharga, pengabdian kita kepada Tuhan harus melampaui tembok gereja kita dan menjangkau setiap tempat di mana kita tinggal dan berinteraksi. Penyembahan kita kepada Tuhan harus menular seperti aroma narwastu, menginspirasi orang lain untuk mendekat dan mengenal Kristus
2 Korintus 2:15 “Sebab bagi Allah kita adalah bau harum Kristus, di antara mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa.”
Ayat ini menyoroti bagaimana kehidupan kita, yang dipenuhi dengan pengabdian dan kasih kepada Allah, dapat menjadi kesaksian yang harum akan Injil Kristus. Sama seperti Maria memenuhi rumah dengan aroma balsam, kehidupan kita dapat mengisi lingkungan kita dengan kasih, rahmat, dan kebenaran Yesus, menarik orang lain menuju pengetahuan dan keselamatan melalui Dia.
Aroma pengabdian juga mengingatkan kita bahwa ibadah kita kepada Tuhan harus otentik dan penuh cinta. Maria memilih narwastu murni, yang terbaik yang dimilikinya, untuk mengungkapkan kasihnya kepada Yesus. Demikian pula, pengabdian kita kepada Tuhan harus tulus, tanpa kemunafikan atau motif egois. Tuhan lebih menghargai kualitas ibadah kita daripada kuantitas sumber daya kita.
Matius 22:37 (ARA) “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”
Wangi devosi yang dilambangkan oleh pilihan Maria untuk meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu murni, mengajarkan kita untuk beribadah kepada Allah secara otentik dan terus-menerus, memberi pengaruh pada lingkungan kita dengan keharuman rohani kasih kita kepada Kristus, dan lebih menghargai kualitas devosi kita. daripada jumlah sumber daya kita.
Kesimpulan: Suatu Tindakan Cinta dan Penyembahan
Ketika kita sampai pada kesimpulan dari studi Alkitab tentang Maria yang mengurapi kaki Yesus, penting bagi kita untuk merenungkan pelajaran rohani mendalam yang ditawarkan kisah ini kepada kita. Tindakan Maria bukan sekedar peristiwa bersejarah, namun sebuah demonstrasi cinta dan kekaguman yang mengharukan kepada Kristus yang terus bergema di hati dan pikiran kita.
Yohanes 12:3 (KJV) “Kemudian Maria, mengambil setengah kati minyak narwastu murni, yang sangat berharga, meminyaki kaki Yesus dan menyeka kaki-Nya dengan rambutnya; dan rumah itu dipenuhi bau balsam.”
Tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu murni mengingatkan kita bahwa pengabdian kita kepada Tuhan harus diungkapkan dengan cinta dan hormat yang mendalam. Sama seperti Maria memilih parfum terbaik untuk Kristus, kita ditantang untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan, tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam ibadah, pelayanan dan hubungan kita dengan-Nya.
Peristiwa ini juga mengajak kita untuk memeriksa hati dan motivasi kita sendiri. Meskipun beberapa orang, seperti Yudas, mungkin mengkritik tindakan kita, Tuhan menghargai pengabdian dan kasih yang tulus dalam tindakan kita. Oleh karena itu, kita harus melayani Tuhan dengan hati yang tulus dan dimotivasi oleh kasih, apapun pendapat orang lain.
Reaksi Yesus terhadap pengurapan Maria mengajarkan kita bahwa Dia sangat memahami tindakan kasih dan penyembahan kita, bahkan ketika orang lain mungkin tidak sepenuhnya memahaminya. Dia menghargai pelayanan yang rendah hati dan pengabdian yang tulus, mengakui makna spiritual di balik tindakan kita.
Yang terakhir, kisah ini mendorong kita untuk menjadi keharuman Kristus bagi dunia di sekitar kita, sama seperti keharuman Maria memenuhi rumah. Kehidupan kita harus mencerminkan kasih, anugerah, dan kebenaran Yesus, menarik orang lain untuk mengetahui dan menerima keselamatan yang Dia tawarkan.
Dalam kajian ini, kita belajar bahwa pengurapan Yesus oleh Maria bukan sekadar tindakan tunggal, melainkan teladan pengabdian, kerendahan hati, dan kasih kepada Tuhan. Semoga kita mengikuti teladan Maria dan melayani Yesus dengan hati yang bersyukur dan penuh hormat, mengungkapkan kasih dan pemujaan kita dengan cara yang mendalam dan bermakna. Semoga hidup kita menjadi kesaksian akan kasih Kristus, memenuhi dunia dengan keharuman rahmat ilahi.