2 Petrus 1:19 – Dan kami mempunyai firman para nabi yang sangat pasti, yang sebaiknya kamu perhatikan.

Published On: 30 de September de 2023Categories: Pelajaran Alkitab

Pelajaran Alkitab: Nubuatan tentang Akhir Zaman

Dalam pembelajaran Alkitab yang mendalam ini, kita akan mengeksplorasi topik nubuatan akhir zaman dengan cermat. Penting untuk dipahami bahwa nubuatan-nubuatan ini bukan sekedar pertanda kekacauan, namun merupakan wahyu ilahi yang menunjukkan kedaulatan Tuhan dan rencana akhir-Nya bagi umat manusia. Walaupun banyak orang yang menganggap ramalan-ramalan tersebut membingungkan, ramalan-ramalan ini merupakan petunjuk yang dirancang untuk menerangi jalan kita dalam kegelapan ketidakpastian.

Inti dari penelitian ini adalah pemahaman tentang tujuan mendasar dari nubuatan akhir zaman. Ini bukan sekedar keingintahuan teologis, namun pesan harapan dan persiapan, yang dirancang untuk memperkuat kepercayaan kita kepada Tuhan, tidak peduli badai apa yang mungkin terjadi. Rasul Petrus, dalam suratnya yang kedua, menyatakan ketegasan perkataan para nabi dan pentingnya memperhatikannya:

“Demikianlah kami berpegang teguh pada sabda para nabi, dan baiklah kalian jika memperhatikannya, seperti pelita yang bersinar di tempat gelap, hingga fajar menyingsing dan bintang fajar terbit di hatimu.” 2 Petrus 1:19 (TB)

Di sini, Petrus mengibaratkan nubuatan seperti pelita yang bersinar dalam kegelapan. Bayangkan diri Anda berada di tengah malam yang gelap gulita, tanpa petunjuk apa pun, melainkan dengan satu lampu menyala. Pelita ini melambangkan nubuatan, menerangi jalan kita yang tidak pasti. Mereka membimbing kita, mengarahkan kita dan menunjukkan kepada kita perjalanan yang harus kita lalui.

Namun, untuk sepenuhnya menghargai pentingnya nubuatan akhir zaman, kita harus melihat lebih dalam tujuan Allah dalam mengungkapkannya. Dalam 2 Petrus 3:9 (NIV) , kita membaca:

“Tuhan tidak menunda dalam memenuhi janjinya, seperti yang dipikirkan sebagian orang. Sebaliknya, Dia sabar terhadapmu, tidak ingin seorang pun binasa, melainkan semua orang bertobat.”

Bagian ini menjelaskan tujuan kasih Allah dalam nubuatan-nubuatan tersebut. Dia tidak mengumumkan akhir zaman untuk menimbulkan rasa takut, namun memanggil kita untuk bertobat dan berdamai dengan-Nya. Ini adalah panggilan ilahi untuk mengubah hidup kita, untuk mencari hubungan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta.

Oleh karena itu, tujuan dari nubuatan tentang akhir zaman ada tiga: untuk menyatakan kedaulatan Tuhan, untuk memperkuat iman kita, dan untuk mendorong kita agar bertobat. Itu bukan sekedar ramalan suram, tapi ajakan bagi kita untuk berjalan bersama Tuhan, dengan harapan masa depan yang gemilang. Oleh karena itu, ketika kita menelusuri nubuat-nubuat ini, semoga pemahaman ini mengilhami kita untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi, mempersiapkan diri kita dengan sukacita dan iman untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang akan datang.

Tanda-tanda Zaman

Alkitab penuh dengan referensi tentang tanda-tanda yang mendahului akhir zaman ini, dan pemahaman kita tentang tanda-tanda tersebut sangat penting untuk mendasari iman kita dan mempersiapkan kita menghadapi apa yang akan datang.

Penting untuk disadari bahwa tanda-tanda ini bukan sekadar peristiwa kacau, melainkan penyingkapan kedaulatan Tuhan atas sejarah umat manusia. Seperti disebutkan sebelumnya, Yesus, dalam Matius 24:6-8 (NIV) , memberi tahu kita tentang tanda-tanda ini:

“Kamu akan mendengar tentang perang dan desas-desus tentang perang, tetapi jangan takut. Hal seperti ini memang perlu terjadi, namun ini bukanlah akhir. Bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Semua ini akan menjadi awal dari rasa sakitnya.”

Kata-kata Yesus ini tidak diberikan kepada kita untuk menimbulkan rasa takut, namun untuk mengingatkan kita akan realita tantangan yang akan dihadapi umat manusia di hari-hari terakhir. Itu adalah alarm bangun tidur yang memberi tahu kita bahwa waktu penyempurnaan sudah dekat.

Namun, penting untuk dipahami bahwa tanda-tanda ini tidak boleh membuat kita putus asa. Sebaliknya, hal-hal tersebut seharusnya memperkuat iman kita dan hubungan kita dengan Tuhan. Dalam Lukas 21:28 (NIV) , Yesus memberikan penghiburan:

“Ketika hal-hal ini mulai terjadi, berdirilah dan angkat kepalamu, karena penebusanmu sudah dekat.”

Tanda-tanda zaman, meski menakutkan, juga merupakan tanda harapan bagi orang beriman. Hal ini mengingatkan kita bahwa Allah memegang kendali, membimbing sejarah menuju penggenapan rencana penebusan-Nya.

Selain itu, tanda-tanda ini mendorong kita untuk hidup dengan tujuan dan kewaspadaan. Seperti yang diingatkan oleh 1 Tesalonika 5:6 (NIV) :

“Kalau begitu, janganlah kita tidur seperti orang lain; sebaliknya, marilah kita berjaga-jaga dan sadar.”

Kewaspadaan ini bukan sekadar waspada terhadap tanda-tandanya, tapi juga menjaga hubungan dengan Tuhan, hidup benar, dan membagikan kasih Kristus kepada sesama.

Kedatangan Kristus

Dalam studi yang menarik tentang nubuatan akhir zaman ini, kita sampai pada salah satu tema yang paling sentral dan menyentuh: “Kedatangan Kristus.” Alkitab penuh dengan janji dan wahyu tentang kedatangan Yesus kembali dalam kemuliaan, dan memahami peristiwa ini sangat penting bagi iman dan harapan kita.

Kedatangan Kristus adalah janji yang mengobarkan api iman Kristiani. Dalam Matius 24:30 (NIV) , Yesus memberi kita visi yang menakjubkan tentang peristiwa ini:

“Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan berdukacita dan mereka akan melihat Anak Manusia datang di awan-awan di langit dengan kuasa dan kemuliaan yang besar.”

Gambaran yang agung dan khidmat ini memberitahu kita tentang keniscayaan peristiwa ini dan betapa besarnya kehadiran Kristus. Dia akan kembali bukan sebagai bayi yang rendah hati di Betlehem, namun sebagai Raja segala raja, yang diselimuti kemuliaan ilahi.

Kedatangan Kristus juga mengingatkan kita akan perlunya kewaspadaan dan persiapan rohani. Dalam Matius 24:44 (NIV) , Yesus memperingatkan kita:

“Oleh karena itu, kamu juga harus bersiap-siap, karena Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak kamu duga.”

Ketidakpastian ini mengingatkan kita akan pentingnya senantiasa hidup dalam kesiapan rohani agar ketika Dia datang kembali, kita siap bertemu dengan-Nya.

Lebih jauh lagi, kedatangan Kristus membawa serta janji penebusan terakhir dan pemulihan segala sesuatu secara menyeluruh. Dalam Wahyu 21:4 (NIV) , kita membaca:

“Dia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. Tidak akan ada lagi kematian, kesedihan, tangisan, kesakitan, karena tatanan lama telah berlalu.”

Visi tentang langit baru dan bumi baru merupakan sumber harapan yang tak tergoyahkan bagi orang-orang beriman. Hal ini mengilhami kita untuk bertahan melalui kesulitan dan kesengsaraan, mengetahui bahwa kemenangan akhir adalah milik Kristus.

Kedatangan Kristus bukan sekadar peristiwa yang akan terjadi di masa depan; itu adalah janji yang membentuk masa kini kita. Itu memanggil kita untuk menjalani kehidupan yang kudus dan penuh kasih, untuk mewartakan Injil, dan untuk membagikan pengharapan yang kita temukan di dalam Dia. Seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 3:13 (NIV) :

“Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kami menantikan langit baru dan bumi baru, yang di dalamnya terdapat kebenaran.”

Kesimpulannya, kedatangan Kristus merupakan puncak dari nubuatan akhir zaman. Hal ini mengingatkan kita akan kedaulatan Allah atas sejarah dan mendorong kita untuk hidup dengan iman, harapan dan persiapan. Semoga pembelajaran ini memperkuat keyakinan kita akan janji kedatangan Kristus dan mengilhami kita untuk hidup dengan sukacita dan pengharapan, mengetahui bahwa Dia akan datang kembali untuk menggenapi semua janji-Nya.

Pengangkatan Gereja

Ini adalah salah satu keyakinan mendasar yang membentuk iman Kristen dan penting bagi pemahaman kita tentang masa depan.

Pengangkatan gereja adalah peristiwa yang mempunyai akar yang kuat dalam Alkitab dan dijelaskan oleh Paulus dalam 1 Tesalonika 4:16-17 (NIV) :

“Sebab, setelah memberi perintah, dengan suara penghulu malaikat dan bunyi sangkakala Allah, Tuhan sendiri akan turun dari surga, dan mereka yang mati di dalam Kristus akan bangkit terlebih dahulu. Setelah itu, kita yang masih hidup akan diangkat bersama-sama di awan menyongsong Tuhan di udara. Jadi kita akan bersama Tuhan selamanya.”

Ayat ini menawarkan kepada kita sebuah visi yang spektakuler dan menghibur tentang berkumpulnya kembali orang-orang percaya dengan Tuhan Yesus di surga. Ini adalah momen kemenangan, ketika mereka yang mati di dalam Kristus akan dibangkitkan, dan mereka yang hidup akan diubahkan, semuanya diangkat untuk menyongsong Tuhan di udara.

Pengangkatan gereja merupakan janji yang menanamkan harapan dan mengingatkan kita akan kesetiaan Tuhan dalam menepati janji-janji-Nya. Ini juga merupakan peristiwa yang mendorong kita untuk hidup dalam pengharapan dan kesucian. Dalam 1 Yohanes 3:2-3 (NIV) , kita membaca:

“Saudara-saudaraku yang terkasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, dan kita belum kelihatan akan menjadi apa kita nanti, tetapi kita tahu bahwa ketika Dia muncul, kita akan menjadi seperti Dia, karena kita akan melihat Dia sebagaimana adanya. Setiap orang yang mempunyai pengharapan ini kepadanya, maka ia menyucikan dirinya, sama seperti ia suci.”

Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa pengharapan akan pengangkatan seharusnya memotivasi kita untuk menjalani kehidupan yang kudus dan murni, bersiap untuk berjumpa dengan Tuhan.

Lebih jauh lagi, pengangkatan gereja juga merupakan pengingat bahwa keberadaan kita di dunia ini hanya sementara dan bahwa tanah air kita yang sebenarnya adalah di surga. Dalam Filipi 3:20-21 (NIV) , Paulus menulis:

“Namun, kewarganegaraan kami adalah di surga, di mana kami menantikan Juruselamat, Tuhan Yesus Kristus. Dengan kuasa yang memampukan Dia untuk menguasai segala sesuatu, Dia akan mengubah tubuh kita yang sederhana menjadi seperti tubuh kemuliaan-Nya. “

Kata-kata ini mengundang kita untuk mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan dan hidup dengan kesadaran akan kewarganegaraan surgawi kita yang sejati.

Pengangkatan gereja adalah peristiwa yang sangat penting dan penuh harapan. Dia mengingatkan kita akan kesetiaan Tuhan, memotivasi kita untuk hidup dalam kekudusan dan membimbing kita untuk memandang ke tanah air surgawi kita.

Pemerintahan Milenial Kristus

“Pemerintahan Milenial Kristus.” Ini adalah salah satu peristiwa paling berdampak dan penuh harapan yang diprediksikan dalam Alkitab, dan memahaminya merupakan hal mendasar bagi iman dan pemahaman kita akan rencana ilahi.

Pemerintahan milenium Kristus, juga dikenal sebagai Milenium, dijelaskan dalam Wahyu 20:4 (NIV) :

“Aku melihat takhta-takhta yang di atasnya duduk orang-orang yang diberi wewenang untuk menghakimi. Dan saya melihat jiwa orang-orang yang dipenggal kepalanya karena kesaksian Yesus dan firman Tuhan. Mereka tidak menyembah binatang itu atau patungnya, dan tidak menerima tandanya pada dahi atau tangan mereka. Mereka bangkit kembali dan memerintah bersama Kristus selama seribu tahun.”

Ayat ini menyajikan kepada kita sebuah skenario keadilan, dimana mereka yang menderita karena imannya kepada Kristus dibangkitkan untuk memerintah bersama Dia selama seribu tahun. Ini adalah masa damai dan kebenaran, di mana Kristus memerintah dengan otoritas ilahi.

Pemerintahan milenial Kristus menyingkapkan kepada kita janji pemulihan dan pembaharuan. Pada masa ini, bumi akan mengalami keadilan dan perdamaian yang sangat dirindukan sepanjang sejarah umat manusia. Yesaya 2:4 (NIV) memberi kita gambaran puitis tentang masa ini:

“Dia akan menjadi hakim di antara bangsa-bangsa dan menyelesaikan perselisihan di antara banyak bangsa. Mereka akan menempa pedangnya menjadi mata bajak dan tombaknya menjadi pisau pemangkas. Suatu bangsa tidak akan lagi mengangkat senjata melawan bangsa lain, dan mereka tidak akan pernah lagi mempersiapkan perang.”

Visi perdamaian dan rekonsiliasi ini mengilhami kita untuk merindukan pemerintahan Kristus dan mengupayakan perdamaian di zaman kita.

Lebih jauh lagi, pemerintahan milenial Kristus juga merupakan kesaksian kesetiaan Allah dalam menggenapi janji-janji-Nya. Seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 3:8-9 (NIV) :

“Jangan lupakan ini, hai saudara-saudaraku: di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun, dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak menunda dalam memenuhi janjinya, seperti yang dipikirkan beberapa orang. Sebaliknya, Dia sabar terhadapmu, tidak ingin seorang pun binasa, melainkan semua orang bertobat.”

Hal ini mengingatkan kita bahwa, meskipun janji-janji Allah tampaknya membutuhkan waktu untuk digenapi, Dia tetap setia dan bertindak pada waktu yang tepat.

Pemerintahan milenial Kristus merupakan janji keadilan, perdamaian dan pemulihan. Ia mengajak kita untuk merindukan dunia yang diubahkan oleh kehadiran Kristus dan percaya pada kesetiaan Tuhan.

Penghakiman terakhir

Penghakiman terakhir.” Peristiwa ini dijelaskan dalam Alkitab sebagai momen ketika seluruh umat manusia akan mempertanggungjawabkan tindakan mereka di hadapan penghakiman Tuhan, dan memahami pentingnya hal ini sangat penting untuk iman dan persiapan rohani kita.

Penghakiman Terakhir adalah tema yang ada di seluruh Alkitab dan disebutkan dalam beberapa bagian. Dalam Wahyu 20:12 (NIV) , kita mempunyai gambaran yang kuat mengenai peristiwa ini:

“Saya juga melihat orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta, dan buku-buku dibuka. Buku lain dibuka, buku kehidupan. Orang mati dihakimi berdasarkan perbuatannya dan berdasarkan apa yang tercatat dalam kitab.”

Gambaran ini membangkitkan pemandangan menakjubkan di mana setiap orang, mulai dari pemimpin besar hingga yang kurang terpandang, dipanggil ke hadapan Tuhan untuk diadili. Tidak ada jalan keluar; semua tindakan akan diteliti secara menyeluruh.

Penghakiman Terakhir mengingatkan kita akan pentingnya keadilan ilahi. Tidak ada tindakan, pemikiran, atau niat yang luput dari perhatian. Dalam Roma 2:5 (NIV) , Paulus memperingatkan kita:

“Tetapi karena keras kepalamu dan hatimu yang tidak bertobat, kamu menimbun murka terhadap dirimu sendiri menjelang hari murka Allah, ketika penghakiman-Nya yang adil akan dinyatakan.”

Hal ini mengingatkan kita bahwa Hari Penghakiman Terakhir bukanlah peristiwa yang bisa dianggap enteng, melainkan dengan rasa takut dan hormat kepada Tuhan.

Lebih jauh lagi, Penghakiman Terakhir juga merupakan momen wahyu. Hal ini tidak hanya akan menyingkapkan nasib kekal setiap orang, namun juga akan menyingkapkan keadilan Tuhan yang tidak memihak. Dalam 2 Korintus 5:10 (NIV) , Paulus mengingatkan kita:

“Sebab kita semua harus menghadap takhta penghakiman Kristus, supaya masing-masing orang dapat menerima apa yang menjadi haknya atas perbuatannya selama dalam tubuh, baik yang baik maupun yang jahat.”

Ayat ini mendesak kita untuk menjalani kehidupan kita dengan kesadaran bahwa tindakan kita memiliki konsekuensi kekal.

Yang terakhir, Penghakiman Terakhir juga menyoroti perlunya kasih karunia Allah dan pengampunan yang Dia berikan melalui Yesus Kristus. Dalam Yohanes 3:17 (NIV) , Yesus mengingatkan kita:

“Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia, bukan untuk menghukum dunia, melainkan agar dunia diselamatkan melalui dia.”

Ini berarti bahwa meskipun Penghakiman Terakhir merupakan peristiwa penghakiman, hal ini juga merupakan kesempatan untuk penebusan melalui iman kepada Kristus.

Penghakiman Terakhir adalah peristiwa khusyuk yang memanggil kita pada tanggung jawab, keadilan ilahi, dan harapan pada rahmat Tuhan. Semoga kita berusaha menjalani kehidupan yang benar, mencari pengampunan dan rekonsiliasi dengan Tuhan, sehingga kita dapat menghadapi Penghakiman Terakhir dengan iman dan percaya pada karya penebusan Kristus.

Yerusalem Baru

“Yerusalem Baru.” Ini adalah tema yang mengungkapkan kepada kita janji akan realitas surgawi dan pemulihan ciptaan secara menyeluruh, dan pemahamannya merupakan hal mendasar bagi harapan dan visi kita akan masa depan.

Yerusalem Baru dijelaskan secara rinci dalam Wahyu 21:2 (NIV) :

“Aku melihat Kota Suci, Yerusalem baru, turun dari surga dari Tuhan, berhias bagaikan pengantin wanita yang berdandan untuk suaminya.”

Gambaran puitis ini menyajikan kepada kita sebuah kota surgawi yang turun dari surga, dipersiapkan dengan kemegahan ilahi. Dia diumpamakan dengan pengantin yang berhias, melambangkan persatuan sempurna antara Tuhan dan umat-Nya. Itu adalah potret keindahan dan restorasi.

Yerusalem Baru adalah janji pembaharuan yang menyeluruh. Dalam Wahyu 21:4 (NIV) , kita membaca:

“Dia akan menghapus segala air mata dari mata mereka. Tidak akan ada lagi kematian, kesedihan, tangisan, kesakitan, karena tatanan lama telah berlalu.”

Ayat ini memberitahu kita tentang penghapusan penderitaan secara menyeluruh dan pemulihan keharmonisan awal ciptaan. Ini adalah realisasi dari visi dunia tanpa rasa sakit, kesedihan atau kematian.

Lebih jauh lagi, Yerusalem Baru menyingkapkan kepada kita kehadiran Allah yang terus-menerus di antara umat-Nya. Dalam Wahyu 21:3 (NIV) , kita membaca:

“Aku mendengar suara nyaring dari takhta itu berkata, ‘Sekarang Kemah Suci Allah ada bersama manusia, yang dengannya Dia akan tinggal. Mereka akan menjadi umatnya, dan Tuhan sendiri akan menyertai mereka dan akan menjadi Tuhan mereka.’”

Hal ini mengingatkan kita bahwa Yerusalem Baru bukan sekadar sebuah tempat, melainkan sebuah keadaan persekutuan yang terus-menerus dengan Allah, tempat Dia berdiam sepenuhnya di antara umat-Nya.

Yerusalem Baru juga menekankan pentingnya iman dan ketekunan. Dalam Wahyu 21:7 (NIV) , kita membaca:

“Siapa yang menang, dia akan mewarisi semuanya ini, dan aku akan menjadi Tuhannya, dan dia akan menjadi anakku.”

Janji ini mendorong kita untuk mempertahankan iman kita, bahkan ketika menghadapi kesulitan, mengetahui bahwa pahala terakhir adalah warisan Yerusalem Baru.

Yerusalem Baru adalah janji pemulihan, persekutuan ilahi, dan pembaruan menyeluruh. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun ada kesengsaraan di dunia ini, ada harapan yang mulia dan kekal menanti kita. Kita harus merindukan Yerusalem Baru dan menjalani hidup kita dengan pengharapan akan masa depan surgawi dimana Allah akan berdiam sepenuhnya bersama umat-Nya.

Mempersiapkan diri kita untuk Akhir Zaman

“Mempersiapkan Akhir Zaman.” Memahami nubuatan hanyalah permulaan; Penting untuk menerapkan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari agar kita siap menghadapi apa yang akan datang.

Mempersiapkan diri untuk akhir zaman dimulai dengan iman yang teguh kepada Kristus. Dalam 1 Petrus 1:13 (NIV) , kita membaca:

“Oleh karena itu, bersiaplah, siap bertindak; waspadalah dan letakkan semua pengharapanmu pada rahmat yang akan menjadi milikmu ketika Yesus Kristus dinyatakan.”

Hal ini mengingatkan kita bahwa persiapan kita dimulai dengan pikiran yang siap, hati yang waspada, dan harapan yang tertanam kuat dalam Kristus.

Doa adalah bagian penting dari proses persiapan ini. Dalam Matius 26:41 (NIV) , Yesus menasihati kita:

“Berjaga-jaga dan berdoa agar tidak terjerumus dalam godaan. Roh sudah siap, tetapi daging lemah.”

Doa memperkuat kita secara rohani dan membantu kita melawan godaan dan kesulitan yang mungkin timbul di masa-masa sulit.

Selain itu, persiapan mencakup upaya terus-menerus untuk mencapai kekudusan. Dalam 1 Tesalonika 4:7 (NIV) , Paulus mengingatkan kita:

“Sebab Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang najis, melainkan apa yang kudus.”

Artinya kita harus berusaha menjalani kehidupan yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah dengan tetap menghindari kenajisan dan dosa.

Persiapan juga mencakup memberitakan Injil. Dalam Matius 24:14 (NIV) , Yesus berkata:

“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan ke seluruh dunia sebagai kesaksian kepada semua bangsa, dan kemudian kesudahannya akan tiba.”

Hal ini mengingatkan kita bahwa kita mempunyai tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada semua orang sehingga setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengetahui keselamatan di dalam Kristus sebelum akhir zaman.

Yang terakhir, persiapan mencakup ketekunan dalam iman. Dalam Ibrani 10:36 (NIV) , kita menemukan nasihat ini:

“Kamu harus bertekun, agar ketika kamu telah melakukan kehendak Tuhan, kamu akan menerima apa yang dijanjikan-Nya.”

Ketekunan ini penting untuk menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam beberapa hari terakhir.

Singkatnya, persiapan menghadapi akhir zaman bukan hanya tentang pengetahuan teoretis, tetapi tentang menjalani kehidupan dalam iman, doa, kekudusan, pewartaan Injil, dan ketekunan. Semoga pelajaran ini memotivasi kita untuk mempersiapkan diri secara rohani menghadapi akhir zaman, dengan percaya pada rahmat Tuhan dan janji akan kehadiran-Nya yang terus-menerus, apa pun yang terjadi di masa depan.

Share this article

Written by : Ministério Veredas Do IDE

Leave A Comment