Di dalam Alkitab, kita menemukan tokoh-tokoh yang memainkan peran penting, meskipun waktu mereka menjadi sorotan relatif singkat. Salah satu tokoh tersebut adalah Obed-edom, seorang Lewi yang kemudian dikenal sebagai “penjaga hadirat Allah”. Meskipun kita tidak tahu banyak tentang kehidupan pribadinya, Kitab Suci mengungkapkan wawasan penting tentang pengalamannya dengan Tuhan dan dampaknya dalam hidupnya. Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menelusuri siapakah Obed-Edom itu dan pelajaran yang dapat kita pelajari dari kisahnya.
Obed-Edom dan Tabut Perjanjian
Obed-Edom pertama kali disebutkan dalam Perjanjian Lama pada masa pemerintahan Raja Daud. Pada saat itu, Tabut Perjanjian, simbol kehadiran Tuhan, sedang dibawa kembali ke Yerusalem. Pada titik tertentu, Raja Daud memutuskan untuk membawa Tabut itu kembali ke Yerusalem. Namun, selama transportasi, insiden tragis terjadi. Uza, salah satu pria yang membawa tabut itu, menyentuhnya dengan tidak tepat, mengabaikan petunjuk yang diberikan Tuhan tentang cara menangani benda suci itu. Akibat kecerobohannya, Tuhan memukulnya dan dia langsung mati .Dan ketika dia sampai di tempat pengirikan Nacom, Uza mengulurkan tangannya ke tabut Allah itu, dan memegangnya; karena lembu membiarkannya menggantung. Kemudian murka Tuhan menyala terhadap Uza, dan Tuhan memukulnya di sana karena ketergesaan ini; dan dia mati di sana dekat tabut Allah. (2 Samuel 6:6-7) .
Peristiwa menakutkan ini membuat Raja Daud ketakutan dan khawatir akan keberadaan Tabut. Dia memutuskan untuk tidak membawa tabut itu ke kota Yerusalem saat itu. Sebaliknya, Raja Daud menyerahkan Tabut itu ke tangan Obed-edom, orang Lewi dari keluarga Kehat.
Obed-Edom diberi tanggung jawab untuk melindungi Tabut di rumahnya. Selama tiga bulan, Tabut Perjanjian tetap berada di rumah Obed-Edom. Selama masa ini, keluarga Obed-Edom diberkati dan makmur. Ini menunjukkan bahwa Tuhan hadir dan memberkati rumah Obed-Edom karena Tabut itu.
Setelah tiga bulan ini, Raja Daud mengetahui bahwa kehadiran Tabut telah membawa berkat bagi keluarga Obed-edom. Ini mendorong Daud untuk membawa Tabut ke Yerusalem, kali ini mengikuti petunjuk ilahi dengan benar. Tabut itu kemudian dibawa ke kota Yerusalem dalam sebuah upacara khidmat, dengan sukacita dan perayaan yang besar. (2Samuel 6:11-15) Kisah ini menunjukkan bagaimana Raja Daud, dihadapkan pada peristiwa tragis yang berkaitan dengan Tabut Perjanjian, berusaha memahami kehendak Tuhan dan mengambil langkah yang tepat untuk menghormati kehadiran ilahi. Sebaliknya, Obed-edom diberkati karena telah menyambut Tabut ke rumahnya dengan baik, menunjukkan pentingnya mengikuti petunjuk Allah.
Obed-Edom dan Berkat Ilahi
Selama periode ini, sesuatu yang luar biasa terjadi di rumah Obed-edom. Kehadiran bahtera membawa berkah yang berarti baginya dan seluruh rumah tangganya. Tabut Tuhan berhasil dalam hidupnya dan dalam semua usahanya. Tabut TUHAN tinggal tiga bulan di rumah Obed-Edom, orang Gat itu; dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya. (2 Samuel 6:11)
Pengalaman ini menunjukkan pentingnya kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Ketika Obed-edom membuka pintu rumahnya ke bahtera, dia juga membuka hatinya ke hadirat Allah. Dan jawaban ilahi tidak lama lagi akan datang. Seperti halnya Obed-edom, ketika kita berserah diri di hadirat Allah dan berusaha untuk hidup dalam kepatuhan terhadap perintah-perintah-Nya, kita mengalami berkat dan perkenanan-Nya.
Obed-edom segera menerima kembali tabut itu di rumahnya. Dia tidak melihat kematian Uzza sebagai halangan atau penyebab ketakutan, tetapi sebagai kesempatan untuk mengalami lebih banyak kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Teks alkitabiah mengungkapkan kepada kita bahwa Obed-Edom tidak hanya melindungi bahtera, tetapi juga mengabdikan dirinya untuk merawatnya dengan rasa takut dan hormat. Dia menyadari kesucian kehadiran Tuhan dan berusaha untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai penjaga bahtera. Sikap dedikasi dan ketundukan di hadapan Tuhan ini membawa hasil yang luar biasa.
Sejak saat itu, berkat Tuhan mulai melimpah di rumah Obed-edom. Keluarganya mengalami kemakmuran, kesehatan dan kedamaian. Kehadiran Tuhan begitu nyata dalam hidupnya sehingga menjadi terkenal di seluruh wilayah. Teks Alkitab menyatakan:
“Demikianlah tabut Allah tinggal bersama keluarga Obed-Edom selama tiga bulan di rumahnya; dan TUHAN memberkati dia dan seisi rumahnya.” (1 Tawarikh 13:14).
Pengalaman Obed-edom merupakan pengingat yang kuat bahwa kehadiran Tuhan dalam hidup kita membawa perubahan dan berkat. Ketika kita berusaha untuk setia dan berdedikasi pada kehadirannya, memberikan ruang di hati dan rumah kita untuknya, dia memanifestasikan dirinya dengan cara yang kuat.
Dampak Obed-Edom pada Masyarakat
Pengaruh Obed-edom tidak terbatas hanya pada rumah tangganya. Kemakmuran dan kesaksian keluarganya menarik perhatian Raja Daud dan seluruh bangsa Israel. Mereka menyaksikan secara langsung kuasa dan berkat dari hadirat Allah dalam hidup mereka.
Kesaksian yang kuat ini menyebabkan Daud memikirkan kembali pendekatannya ke bahtera. Menyadari pentingnya kehadiran Tuhan, Daud mengambil keputusan untuk membawa tabut itu ke Yerusalem sekali lagi. Kali ini, dia dengan ketat mengikuti instruksi ilahi terkait transportasi dan pemujaan yang terkait dengan bahtera.
Obed-Edom tidak hanya membuka jalan bagi berkat Tuhan dalam rumah tangganya, tetapi juga menjadi katalisator transformasi bangsa. Kesaksian mereka akan kesetiaan dan ketaatan mengilhami orang lain untuk mencari kehadiran Allah dalam kehidupan mereka sendiri dan untuk memahami pentingnya memperlakukannya dengan hormat dan suci.
Pemulihan Tabut
Setelah tiga bulan berlindung di rumah Obed-edom, Raja Daud memutuskan untuk membawa kembali tabut itu ke Yerusalem. Kali ini dia dengan hati-hati mempersiapkan perjalanannya, mengikuti petunjuk dalam hukum Tuhan tentang bagaimana tabut itu harus dipindahkan.Lalu Daud berkata, Tidak ada yang bisa mengangkat tabut Tuhan kecuali orang Lewi; karena Tuhan memilih mereka, untuk membawa tabut Allah, dan untuk melayani Dia selamanya (1 Tawarikh 15:2). Selanjutnya, Daud mengumpulkan rombongan besar, termasuk musisi dan pendeta, untuk merayakan kedatangan bahtera.
Saat karavan bergerak menuju Yerusalem, suasana kegembiraan dan perayaan menyelimuti udara. Musisi memainkan alat musik mereka, orang-orang menyanyikan lagu pujian, dan para imam mempersembahkan korban kepada Tuhan. Itu adalah saat pesta besar dan penghormatan di hadapan hadirat Tuhan.
Namun, sesuatu yang luar biasa terjadi di sepanjang jalan. Saat tabut dibawa oleh orang Lewi, Daud dan semua yang hadir, termasuk Obed-edom, menyaksikan manifestasi yang kuat dari kehadiran Tuhan. Teks Alkitab melaporkan:“Maka Daud dan seluruh kaum Israel menari-nari di hadapan TUHAN dengan segala macam alat musik dari kayu aspen, dengan kecapi, dengan gambus, dengan rebana, dengan rebana dan simbal. Tetapi ketika mereka sampai di tempat pengirikan Kidom, Uzza mengulurkan tangannya untuk memegang tabut itu, karena lembu-lembu itu tersandung. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, dan dia memukulnya, karena dia telah mengulurkan tangannya ke tabut; dan mati di sana di hadapan Tuhan. Daud sangat sedih, karena TUHAN, dengan tangan yang begitu kaku, menyerang Uzza; jadi dia menyebut tempat itu Perez-Uzah, demikian sebutannya sampai hari ini. Jadi Daud takut kepada Tuhan pada hari itu dan berkata, Bagaimana saya akan membawa tabut Tuhan kepadaku?” (1 Tawarikh 13:8-12).
Kejadian ini berfungsi sebagai pengingat serius bahwa kehadiran Tuhan tidak bisa dianggap enteng. Tuhan itu suci dan menuntut kepatuhan dan penghormatan dari mereka yang mendekatinya. Kematian Uza adalah pengingat yang menyakitkan tetapi perlu bahwa kita tidak boleh mendekati Tuhan dengan tidak hormat atau tidak taat.
Reaksi David terhadap insiden itu adalah ketakutan dan pencarian hikmat. Dia memahami keseriusan berurusan dengan kehadiran Tuhan dan menyadari kegagalannya sendiri untuk mengikuti instruksi ilahi. Jadi dia memutuskan untuk tidak langsung melanjutkan bahtera, tetapi mencari bimbingan dan hikmat Tuhan.
Pada saat kritis ini, Daud berpaling kepada Obed-edom dan seisi rumahnya. Dia menyadari bahwa kehadiran Tuhan telah menjadi berkat di rumahnya, dan dia ingin berkat yang sama meluas ke seluruh bangsa. Daud berkata kepada Obed-edom, “Maka kata Daud: Tabut Allah itu tidak dapat kami bawa, karena kami tidak menanyakannya dengan benar” (1 Tawarikh 13:13).
Kesimpulan
Kisah Obed-Edom memberi kita pelajaran berharga tentang kehadiran Tuhan. Dia adalah orang yang tidak hanya memiliki hak istimewa untuk menyimpan tabut perjanjian di rumahnya, tetapi juga memahami pentingnya merawat dan menghormati hadirat ilahi. Ketaatan dan dedikasi Anda membuka pintu menuju berkat dan transformasi dalam hidup Anda dan kehidupan orang-orang di sekitar Anda.
Kita dapat belajar dari Obed-edom pentingnya mencari hadirat Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita harus rajin dalam ketaatan dan penghormatan kita, menyadari bahwa kehadiran Tuhan tidak bisa dianggap enteng. Ketika kita membuka hati dan rumah kita ke hadirat Allah, kita mengalami transformasi yang mendalam. Seperti Obed-Edom, kita dapat menikmati berkat dan perkenanan Tuhan di segala bidang kehidupan kita, baik yang berhubungan dengan keluarga, keuangan, kesehatan, maupun hubungan.
Selain itu, sebagaimana kesaksian Obed-Edom berdampak pada masyarakat di sekitarnya, pencarian kita akan kehadiran Tuhan juga dapat memengaruhi dan menginspirasi orang lain di sekitar kita. Ketika kita hidup secara konsisten dengan prinsip dan nilai Kerajaan Allah, kesaksian kita menjadi cahaya yang bersinar yang menarik dan berdampak pada orang-orang di sekitar kita.
Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa kita tidak perlu dikenal atau memiliki posisi menonjol untuk membuat perbedaan. Seperti Obed-Edom, seorang Lewi biasa, kita bisa menjadi agen transformasi dalam konteks kita, hanya dengan mencari kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsipnya.
Semoga kisah Obed-edom menginspirasi kita untuk mencari kehidupan yang intim dan berdedikasi di hadirat Allah. Semoga kita menjadi penjaga kehadiran ilahi, memberi ruang dalam hidup dan rumah kita bagi Dia untuk menyatakan diri-Nya dengan penuh kuasa. Semoga kita hidup dalam ketaatan, penghormatan, dan kesetiaan, menjadi saluran berkat dan kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita.
Semoga teladan Obed-Edom mendorong kita untuk mencari yang terbaik yang Tuhan miliki bagi kita, mengetahui bahwa ketika kita menghargai kehadiran Tuhan di atas segalanya, kita akan diberkati dengan berlimpah. Semoga hidup kita ditandai dengan manifestasi kuasa dan rahmat Tuhan, sehingga semua orang di sekitar kita terpengaruh dan disadarkan untuk mencari kehidupan yang bersekutu dengan Bapa.
Singkatnya, Obed-edom mengajarkan kita bahwa tidak peduli betapapun kecilnya kita di mata dunia, ketika kita membuka diri terhadap hadirat Allah dan merawatnya dengan dedikasi dan rasa hormat, kita diubah dan menjadi agen perubahan di tengah-tengah kita. . Semoga kita mengikuti teladan Obed-edom dan mencari kehidupan yang berkelimpahan dan berkat di hadirat Allah.