Matius 10:39 – Barangsiapa menemukan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; dan siapa
Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menggali makna yang dalam dari Matius 10:39 , di mana Yesus berkata, “ Siapa pun yang menemukan nyawanya akan kehilangan nyawanya; dan siapa pun yang kehilangan nyawanya demi aku akan menemukannya.” Kata-kata ini memiliki dampak yang kuat pada kehidupan Kristen kita, mengungkapkan prinsip-prinsip penting untuk pemuridan dan perjalanan iman. Sepanjang pelajaran ini, kita akan memeriksa setiap aspek dari perikop ini, berusaha memahami apa yang Yesus maksudkan dengan “menemukan kehidupan,” “kehilangan hidup,” dan “kehilangan hidup demi Yesus.”
Arti dari “Temukan Hidupmu”
Saat kita merenungkan apa artinya “menemukan hidupmu”, kita harus melihat konteks di mana Yesus membuat pernyataan ini. Dia mengajar murid-muridnya sebelum mengutus mereka untuk memberitakan Injil Kerajaan. Menemukan kehidupan di sini bukan tentang kehidupan fisik atau sekadar keberadaan, tetapi tentang pencarian kepuasan dan makna dalam keberadaan kita. Banyak orang hidup untuk mencari tujuan dan kebahagiaan, berusaha mengisi hidup mereka dengan hal-hal materi, pencapaian pribadi, atau hubungan.
Alkitab memperingatkan agar tidak mengandalkan kekayaan atau kesenangan sementara untuk menemukan makna dan tujuan (1 Timotius 6:17). Yesus ingin kita menemukan hidup yang sejati, yang hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang pribadi dan mendalam dengan-Nya (Yohanes 14:6). Kehidupan yang penuh ini adalah kehidupan yang intim dengan Tuhan, kehidupan yang diubahkan oleh kuasa Roh Kudus, dan kehidupan yang dijalani menurut prinsip-prinsip Kerajaan Allah.
Makna “Kehilangan Hidupmu”
Sekarang, mari kita periksa apa artinya “kehilangan nyawa”. Gagasan kehilangan nyawa mungkin tampak menakutkan pada pandangan pertama, tetapi di sini Yesus tidak berbicara tentang kehancuran atau pemusnahan, tetapi tentang penolakan dan penyerahan total kepada-Nya. Kehilangan nyawa berarti meninggalkan pengejaran egois akan kendali dan otonomi, menyerahkan diri kita pada kehendak Tuhan di semua bidang kehidupan kita.
Yesus mengilustrasikan prinsip ini melalui teladan-Nya sendiri, karena Ia sendiri “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28). Kehilangan nyawa seseorang juga mengacu pada kerendahan hati yang mengakui kebutuhan kita akan seorang Juruselamat, menyadari bahwa kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri dengan usaha kita sendiri (Efesus 2:8-9). Itu adalah pengakuan bahwa kehidupan yang benar dan berkelimpahan hanya ditemukan ketika kita menyerahkan kendali kepada Ketuhanan Yesus dalam hidup kita.
Makna “Kehilangan Nyawamu Demi Yesus”
Sekarang, mari selami bagian ketiga dari perikop ini, di mana Yesus memberi tahu kita tentang “kehilangan nyawamu demi Aku.” Ini melibatkan kesediaan untuk memprioritaskan Yesus di atas segalanya dalam hidup kita. Mengasihi Yesus berarti mengasihi Dia di atas segalanya, menempatkan Dia di pusat keputusan, pikiran, dan tindakan kita.
Kehilangan nyawa demi Yesus berarti rela menghadapi kesukaran, penganiayaan, bahkan mati syahid demi iman kita (Lukas 9:23-24). Yesus memperingatkan kita bahwa dunia akan membenci kita, tetapi dia mendorong kita untuk tabah dan setia, karena upah hidup kekal jauh lebih besar daripada penderitaan sementara (Yohanes 15:18-21).
Mengasihi Yesus juga memotivasi kita untuk menaati perintah-perintah-Nya (Yohanes 14:15). Ini bukanlah ketaatan legalistik, tetapi tanggapan rasa syukur dan kasih atas pengorbanan yang Ia lakukan bagi kita di kayu salib. Dengan kehilangan hidup kita demi Yesus, kita menjadi murid-Nya yang sejati, bersedia mengikuti Dia dalam keadaan apa pun, percaya pada rencana dan tujuan-Nya bagi hidup kita.
Pesan dari Matius 10:39
Berdasarkan pemahaman kita tentang tiga bagian perikop ini, kita dapat membedakan pesan utama dari Matius 10:39. Yesus memanggil kita untuk penyerahan total kepada-Nya, penyerahan hidup kita tanpa syarat. Ketika kita mencoba menemukan kepuasan dan makna dalam hal-hal dunia ini, kita berakhir dengan perasaan hampa dan tidak puas. Tetapi ketika kita melepaskan kendali dan mempercayai Yesus sepenuhnya, kita menemukan kehidupan sejati—kelimpahan dan kehidupan kekal.
Pesan ini bukan sekedar ajakan, tapi tantangan. Itu menghadapi prioritas kita, ambisi kita, dan motivasi kita. Itu berarti mengesampingkan keinginan egois kita sendiri untuk merangkul tujuan yang lebih besar yang Tuhan miliki bagi kita. Itu adalah panggilan untuk menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti Yesus (Lukas 9:23).
Di sini, Yesus mengingatkan kita bahwa kehidupan yang otentik hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang intim dengan-Nya. Dia adalah sumber kehidupan sejati, dan ketika kita memilih Dia di atas segalanya, Dia mengubah hidup kita dan membawa kita ke dalam kepenuhan kehendak-Nya.
Bagaimana Menerapkan Matius 10:39 dalam Hidupku
Menerapkan Matius 10:39 dalam kehidupan kita sehari-hari adalah proses penyerahan diri dan pencarian kehendak Tuhan yang berkelanjutan. Berikut adalah beberapa cara praktis untuk menjalankan asas-asas dalam petikan ini:
1. Carilah Tuhan dalam Doa dan Mempelajari Firman: Menemukan kehidupan di dalam Yesus dimulai dengan pencarian yang tulus akan Dia. Luangkan waktu setiap hari untuk berdoa dan belajar Alkitab, mencari tahu lebih banyak tentang karakter dan kehendak Allah.
2. Menolak Keegoisan dan Menyerah kepada Tuhan: Kehilangan nyawa berarti meninggalkan keinginan egois kita dan memilih kehendak Tuhan di semua bidang kehidupan kita, baik dalam keputusan pribadi, profesional, atau keuangan.
3. Mengutamakan Yesus dalam Segala Hal: Mengasihi Yesus di atas segalanya berarti mengutamakan Dia dalam hati dan pikiran kita. Dia harus menjadi pusat motif dan tindakan kita.
4. Rangkullah Salib Setiap Hari: Kehidupan Kristiani bukannya tanpa tantangan, tetapi saat kita memikul salib kita setiap hari dan percaya kepada Yesus, kita menemukan kasih karunia dan kekuatan yang menopang kita.
5. Menyaksikan Kasih Yesus: Kehilangan nyawa demi Yesus juga berarti menjadi saksi kasih dan keselamatan-Nya bagi orang lain. Menjalani kehidupan yang mencerminkan karakter Kristus adalah cara yang ampuh untuk memberitakan Injil.
6. Bertekun dalam Kesulitan: Menghadapi penganiayaan dan kesulitan adalah bagian dari mengikuti Yesus. Bertekunlah, mengetahui bahwa pahala kehidupan kekal jauh lebih besar daripada penderitaan sementara apa pun.
7. Tingkatkan Persekutuan dengan Gereja: Kehidupan Kristiani bukanlah perjalanan yang sepi. Kembangkan persekutuan dengan orang percaya lainnya, mencari dorongan dan dukungan timbal balik dalam perjalanan iman.
8. Berusaha untuk Bertumbuh dalam Kekudusan: Saat kita menyerahkan hidup kita kepada Yesus, Dia memberdayakan kita untuk menjalani kehidupan yang kudus dan benar. Berusahalah untuk bertumbuh dalam ketaatan dan ketergantungan pada Tuhan.
Hidup dalam Kristus: Sebuah Perjalanan Transformatif
Menyelesaikan pelajaran Alkitab ini membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang Matius 10:39. Menemukan kehidupan sejati di dalam Yesus membutuhkan penolakan, penyerahan dan penyerahan diri kepada ketuhanan-Nya. Kehilangan nyawa seseorang demi Yesus bukanlah kerugian tetapi keuntungan abadi. Ini adalah awal dari perjalanan transformatif, di mana pencarian makna dan pemenuhan menemukan tujuannya dalam hubungan yang intim dengan Pencipta alam semesta.
Saat kita menerapkan Matius 10:39 dalam hidup kita, kita diundang untuk meninggalkan cara-cara egois kita dan memeluk jalan Kristus. Ini adalah perjalanan yang menantang namun bermanfaat saat kita menemukan kehidupan sejati yang melampaui keberadaan duniawi ini.
Semoga kita, sebagai pengikut Yesus, hidup dengan semangat dan tujuan, rela menyerahkan hidup kita demi cinta Dia dan Kerajaan-Nya. Kiranya teladan pelayanan dan pengorbanan Kristus menjadi mercusuar yang memandu kehidupan kita sehari-hari, hingga hari kita bertemu dengan Dia muka dengan muka dan menikmati kepenuhan hidup kekal di hadirat-Nya.
“Karena setiap orang yang ingin menyelamatkan nyawanya akan kehilangan nyawanya; tetapi setiap orang yang kehilangan nyawanya demi aku dan demi Injil akan menyelamatkannya.” (Markus 8:35)
“Hendaklah dalam dirimu ada pikiran, yang juga terdapat dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi menjadikan dirinya tidak berharga, dan mengambil rupa seorang hamba, dibuat jika mirip dengan laki-laki; dan ditemukan dalam mode sebagai manusia, dia merendahkan dirinya, menjadi taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.” (Filipi 2:5-8)
“Jangan mencintai dunia atau hal-hal di dunia. Jika seseorang mencintai dunia, kasih Bapa tidak ada padanya.” (1 Yohanes 2:15)
“Dan lihatlah, aku datang segera, dan upahku ada bersamaku untuk memberi masing-masing sesuai dengan pekerjaannya.” (Wahyu 22:12)
“Dan dunia lenyap, dan nafsunya; tetapi dia yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2:17)
Kesimpulan
Dalam Matius 10:39, Yesus memberikan undangan dan tantangan yang kuat kepada semua orang yang mengikuti Dia. Menemukan kehidupan sejati bukanlah pencarian akan hal-hal yang berlalu dan kosong dari dunia ini, tetapi penyerahan total kepada-Nya, merangkul tujuan kekal yang Tuhan miliki untuk hidup kita.
Kehilangan nyawa demi cinta Yesus adalah jalan menuju kehidupan yang diubahkan, penuh makna dan tujuan. Itu adalah pengakuan bahwa Yesus adalah sumber kehidupan sejati, dan ketika kita memprioritaskan Dia dalam segala hal, kita dipenuhi dengan sukacita dan damai sejahtera-Nya.
Semoga kita merangkul panggilan Yesus dalam Matius 10:39, hidup setiap hari untuk Dia dan Kerajaan-Nya. Dengan kehilangan hidup kita demi Dia, kita akan menemukan kehidupan sejati, yang melampaui kehidupan duniawi ini dan menetap dalam kekekalan bersama Tuhan dan Juruselamat kita.
Semoga pelajaran Alkitab ini menjadi panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Tuhan, mencintai Dia di atas segalanya dan melayani Dia dengan sepenuh hati. Semoga perjalanan iman kita ditandai dengan penyerahan sepenuh hati, ketekunan melalui kesulitan, dan pertumbuhan terus-menerus dalam kekudusan, hingga hari kita bertemu muka dengan muka dengan Juruselamat terkasih kita, Yesus Kristus. Amin.
Share this article
Written by : Ministério Veredas Do IDE
Latest articles
November 3, 2024