Matius 13:31-32 – Kerajaan Sorga seumpama biji sesawi yang dimiliki manusia

Published On: 8 de Juni de 2023Categories: Pelajaran Alkitab

Dalam Injil Matius, kita menemukan serangkaian perumpamaan yang diucapkan Yesus, yang merupakan pelajaran berharga tentang Kerajaan Allah. Salah satu perumpamaan ini ditemukan di (Matius 13:31-32) – “ Dia mengusulkan perumpamaan lain kepada mereka, katanya, Kerajaan Surga seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditabur seseorang di ladangnya; Yang memang paling kecil dari semua benih; tetapi ketika tumbuh, ia menjadi tumbuhan terbesar, dan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang dan bersarang di cabang-cabangnya.” Dalam ayat ini Yesus berbicara tentang pertumbuhan Kerajaan, menggunakan ilustrasi biji sesawi. Dalam penelaahan Alkitab ini, kita akan menyelidiki perumpamaan ini secara rinci, memeriksa makna rohaninya dan implikasinya bagi kehidupan kita sebagai pengikut Kristus.

Kerajaan Allah dan Pertumbuhannya

Di ayat 31, Yesus memulai dengan mengatakan, “Kerajaan surga seumpama benih sesawi yang ditabur orang di ladangnya.” Perumpamaan ini mengungkapkan kebenaran penting tentang Kerajaan Allah: dimulai dari yang kecil, tetapi tumbuh dengan luar biasa. Benih sesawi adalah salah satu benih terkecil yang bisa ditanam di daerah itu, tetapi ketika tumbuh menjadi pohon yang kokoh.

Ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa Kerajaan Allah memiliki permulaan yang sederhana, tetapi potensi pertumbuhannya sangat besar. Ketika Yesus memulai pelayanannya di bumi, dia hanya memiliki dua belas murid, tetapi pengajaran dan pekerjaannya menyebar dengan cepat, menjangkau banyak orang dan mengubah kehidupan. Saat ini, Kerajaan Allah terus berkembang seiring semakin banyak orang dijangkau oleh Injil dan menjadi murid Kristus.

Perumpamaan ini juga menantang kita untuk memeriksa kehidupan rohani kita sendiri. Seperti biji sesawi, hubungan kita dengan Tuhan mungkin dimulai dengan rendah hati, tetapi saat kita memelihara iman kita, itu tumbuh semakin kuat. Kita harus rela membiarkan Kerajaan Allah bertumbuh dalam diri kita, membiarkannya memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan dan pengaruh kita.

Dampak Kerajaan Allah pada Masyarakat

Dalam ayat 32, Yesus melanjutkan perumpamaan itu, dengan mengatakan, “Meskipun benih itu terkecil dari semua benih, ketika tumbuh menjadi tumbuh-tumbuhan terbesar dan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang dan membuat sarang di cabang-cabangnya. .” Uraian ini menunjukkan kepada kita bahwa, meskipun awalnya sederhana, pohon sawi menjadi sumber perlindungan dan perbekalan bagi burung-burung di udara.

Ini mengungkapkan kepada kita bahwa Kerajaan Allah bukan hanya sesuatu yang terjadi pada tingkat individu, tetapi juga memiliki dampak perubahan pada masyarakat. Matius 5:14-16: “Kamu adalah terang dunia. Sebuah kota yang terletak di atas bukit tidak dapat disembunyikan; mereka juga tidak menyalakan pelita dan meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, dan itu menerangi semua orang yang ada di dalam rumah. Biarlah terangmu bersinar di hadapan manusia, sehingga mereka dapat melihat perbuatan baikmu dan memuliakan Bapamu yang di surga.” Ayat ini menekankan pentingnya menjadi terang di dunia, membagikan karya baik Tuhan dan mengasihi orang lain untuk melihat dan tertarik pada terang Anda. Dia menyoroti kebutuhan untuk menjadi contoh transformasi dalam masyarakat, seperti yang disebutkan dalam kutipan.

Saat Kerajaan Allah bertumbuh dalam diri kita dan komunitas iman kita, itu menjadi sumber harapan, penghiburan, dan pemeliharaan bagi orang-orang di sekitar kita. Orang harus tertarik dengan cinta, kedamaian dan keadilan yang berasal dari Kerajaan Allah dalam hidup kita.

Selain itu, sama seperti burung mencari perlindungan di dahan pohon sawi, orang harus mencari perlindungan dan perlindungan di komunitas iman kita. Kita, sebagai murid Kristus, dipanggil untuk menyambut, merawat dan mengasihi sesama, menunjukkan kasih Allah secara nyata dan nyata.

Perumpamaan ini juga menantang kita untuk menghargai pengaruh yang kita berikan pada dunia di sekitar kita. Apakah kita tumbuh seperti pohon sawi, menawarkan perlindungan dan penyediaan rohani bagi mereka yang mencari Tuhan? Atau apakah kita mengasingkan diri dan menutup diri dari dampak transformasi Kerajaan Allah? Kita perlu membiarkan Kerajaan tumbuh dalam diri kita dan melalui kita sehingga kita dapat membuat perbedaan dalam masyarakat kita.

Sifat Kerajaan Allah

Saat kita melihat perumpamaan tentang sawi, penting juga untuk mempertimbangkan sifat Kerajaan Allah. Kerajaan bukanlah dominasi duniawi atau politik, melainkan pemerintahan Allah di dalam hati kita dan di semua bidang kehidupan. Itu adalah kerajaan spiritual, di mana Tuhan memerintah dengan cinta, keadilan, dan kekuasaan.

Lukas 17:21 , Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dan berkata: “Mereka bahkan tidak akan mengatakan: Lihat di sini! atau: Halo! Karena lihatlah, Kerajaan Allah ada di dalam dirimu.”

Ayat ini menekankan bahwa Kerajaan Allah bukanlah alam fisik atau kasat mata, melainkan realitas spiritual yang hadir di dalam hati manusia. Dia menyoroti bahwa Kerajaan Allah tidak dapat dibatasi pada tempat tertentu, juga tidak terbatas pada institusi duniawi. Pemerintahan Allah dimanifestasikan melalui pemerintahan-Nya yang penuh kasih, adil dan berkuasa dalam kehidupan manusia dan di semua bidang kehidupan.

Ketika mempertimbangkan perumpamaan tentang sawi, di mana benih kecil tumbuh menjadi pohon besar, ayat ini membantu kita memahami bahwa pertumbuhan Kerajaan Allah bukanlah tentang penaklukan wilayah fisik, melainkan tentang kekuatan pesan dan pemerintahan yang mengubahkan. Tuhan di dalam hati kita dan di dalam kehidupan orang-orang di sekitar kita. Ayat tersebut menekankan bahwa kehadiran Kerajaan Allah merupakan pengalaman batin dan pribadi, yang mempengaruhi dan mempengaruhi segala sesuatu di sekitar kita.

Ketika Yesus membandingkan Kerajaan Allah dengan biji sesawi, dia menekankan bahwa Kerajaan itu dimulai tanpa terasa, tetapi pertumbuhannya luar biasa. Sama seperti biji sesawi berkembang menjadi pohon besar, Kerajaan Allah meluas dan memanifestasikan dirinya dengan cara yang terlihat dan berdampak. Saat kita menyerah pada aturan Tuhan dalam hidup kita, kita mengalami transformasi batin dan menjadi saksi hidup dari kuasa dan realitas Kerajaan.

Perumpamaan ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya memupuk hubungan yang intim dengan Tuhan, membiarkan Kerajaan-Nya bertumbuh dalam diri kita. Ketika kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, kita menemukan tujuan, arah dan kepenuhan hidup (Matius 6:33) – “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” .

 Kita perlu memelihara iman kita melalui doa, membaca Firman, dan memupuk persekutuan terus-menerus dengan Roh Kudus. Saat kita tunduk pada aturan Tuhan, kita diubah dan diberdayakan untuk hidup sesuai dengan nilai dan prinsip Kerajaan.

Panggilan untuk Melipatgandakan

Perumpamaan tentang sawi juga menyerukan penggandaan dan reproduksi. Biji sawi tersebut ketika tumbuh menghasilkan biji sawi yang lebih banyak, yang selanjutnya dapat ditanam dan tumbuh menjadi pohon sawi lainnya. Siklus pertumbuhan dan penggandaan ini merupakan aspek mendasar dari Kerajaan Allah.

Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk memuridkan dan membagikan Injil kepada orang lain. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid, baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus; Mengajari mereka untuk mematuhi semua hal yang telah saya perintahkan kepada Anda; dan lihatlah, aku selalu bersamamu, bahkan sampai akhir zaman. Amin.” (Matius 28:19-20). Sama seperti pohon sawi menyediakan perlindungan dan perbekalan bagi burung-burung di udara, kita harus membagikan kasih Allah dan Injil kepada mereka yang mencari pengharapan dan keselamatan.

Perumpamaan tentang sawi menantang kita untuk menilai kesediaan dan kesiapan kita untuk melipatgandakan Kerajaan Allah dalam lingkup pengaruh kita. Kita dipanggil untuk menanam benih Injil, berinvestasi dalam kehidupan orang lain, dan membantu mereka tumbuh dan menjadi dewasa dalam iman mereka. Ini membutuhkan komitmen, dedikasi, dan cinta pengorbanan untuk orang lain.

Kerajaan Allah dan Tujuan Individu

Selain berbicara tentang pertumbuhan dan pengaruh Kerajaan Allah, perumpamaan tentang biji sawi juga mengingatkan kita akan tujuan pribadi masing-masing kita di dalam Tuhan. Sama seperti biji sesawi yang berpotensi menjadi pohon yang subur, kita masing-masing memiliki panggilan dan tujuan tertentu dalam Kerajaan Allah.

Allah menciptakan kita dengan kemampuan, karunia, dan talenta yang unik, dan Dia ingin kita menggunakan kemampuan itu untuk kemuliaan-Nya dan untuk kebaikan orang lain (1 Petrus 4:10). Kita masing-masing dapat membuat perbedaan yang signifikan dalam Kerajaan Allah, tidak peduli seberapa kecil kita terlihat di mata dunia.

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk memupuk kehidupan yang akrab dengan Tuhan, mencari tahu tujuan dan arah yang Dia miliki untuk kita. Saat kita tunduk pada kehendaknya dan menyerah pada rencananya, dia akan memberdayakan dan membimbing kita untuk memenuhi tujuan yang dia miliki untuk kita.

Iman sebagai Benih Kerajaan Allah

Perspektif menarik yang bisa kita petik dari perumpamaan tentang sawi adalah peran iman sebagai benih Kerajaan Allah. Sama seperti benih sesawi yang ditaburkan di ladang, iman ditaburkan di dalam hati kita melalui pekerjaan Roh Kudus.

Iman adalah kunci untuk memasuki Kerajaan Allah dan mengalami perubahan hidup yang ditawarkannya “Karena oleh kasih karunia kamu telah diselamatkan, melalui iman; dan itu bukan dari dirimu sendiri, itu adalah pemberian Tuhan. Bukan hasil karya, jangan sampai ada orang yang menyombongkan diri;” (Efesus 2:8-9). Ketika kita menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan kita, benih iman ditanam di dalam hati kita, dan ketika kita memelihara iman itu melalui hubungan kita dengan Allah dan mempelajari Firman, iman itu tumbuh dan berkembang, menghasilkan buah dalam hidup kita.

Kita harus memahami bahwa iman bukan hanya kepercayaan intelektual, tetapi kepercayaan yang hidup dan aktif kepada Tuhan. Kita perlu memercayai janji-janji-Nya, bergantung pada kasih karunia-Nya, dan mencari kehendak-Nya di setiap bidang kehidupan kita. Saat iman tumbuh dalam diri kita, itu menjadi kekuatan pendorong yang mendorong pertumbuhan dan dampak Kerajaan Allah.

Kesimpulan: 

Perumpamaan tentang sawi mengingatkan kita bahwa Kerajaan Allah terus tumbuh dan berkembang. Dimulai dengan rendah hati dan kecil, Kerajaan Allah menjadi pengaruh yang mengubahkan dalam kehidupan mereka yang menerimanya dan membiarkannya mengatur hidup mereka.

Semoga kita menjadi seperti biji sesawi, membiarkan Kerajaan Allah tumbuh di dalam kita dan melalui kita. Semoga kita menjadi pohon buah-buahan, menawarkan perlindungan, bekal, dan harapan bagi orang-orang di sekitar kita. Dan semoga kita memupuk iman yang hidup dan aktif, memercayai Allah dan berusaha memenuhi tujuan yang Dia miliki bagi kita masing-masing.

Kerajaan Allah adalah sesuatu yang kuat dan transformatif. Semoga kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, mengetahui bahwa semua hal lain akan ditambahkan kepada kita (Matius 6:33). Semoga kita hidup dalam penyerahan penuh kepada Tuhan, membiarkan Kerajaan-Nya tumbuh di dalam kita dan memanifestasikan dirinya melalui kita, untuk kemuliaan nama-Nya.

Share this article

Written by : Ministério Veredas Do IDE

Leave A Comment