Perikop dalam Matius 16:24, di mana Yesus mengatakan kepada para murid-Nya untuk menyangkal diri, memikul salib mereka dan mengikuti Dia, adalah panggilan yang mendalam dan menantang. Kata-kata ini mencerminkan sifat pemuridan Kristen sejati dan mengungkapkan prinsip-prinsip penting untuk kehidupan beriman. Dalam pelajaran Alkitab ini, kita akan menyelidiki arti dan penerapan pesan ini, memeriksa ayat-ayat terkait lainnya yang akan membantu kita lebih memahami ajaran Yesus.
Penyangkalan Diri
Yesus memulai instruksinya dengan kata-kata: “Maka kata Yesus kepada murid-muridnya, Jika ada orang yang mau mengikuti saya, biarkan dia menyangkal dirinya, dan memikul salibnya, dan mengikuti saya;” (Matius 16:24). Pernyataan ini mungkin tampak paradoks pada pandangan pertama, namun ketika kita memeriksanya lebih dalam, kita menemukan kebenaran spiritual yang sangat penting.
Penyangkalan diri tidak berarti meremehkan atau membenci identitas kita sendiri, tetapi melepaskan sifat egois dan egois kita. Itu adalah undangan untuk memprioritaskan kepentingan Tuhan dan orang lain di atas kepentingan kita sendiri. Panggilan ini membutuhkan transformasi internal, di mana keinginan dan ambisi pribadi kita tunduk pada kehendak ilahi. Itu berarti memilih untuk meninggalkan kesenangan dan keuntungan duniawi demi kepentingan kerajaan Allah dan tujuan ilahi.
Dalam kitab Ibrani, kita menemukan sebuah kutipan yang mengilustrasikan kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-janji-Nya: “Oleh karena itu, karena ingin agar Allah menunjukkan lebih banyak lagi kepada ahli waris janji itu tentang ketetapan dari keputusan-Nya, Ia menyela dirinya dengan sebuah sumpah; bahwa dengan dua hal yang tidak dapat diubah, di mana Tuhan tidak mungkin berbohong, kita dapat memperoleh penghiburan yang teguh, yang berlindung dalam mempertahankan harapan yang ditetapkan di hadapan kita; yang kita miliki sebagai sauh jiwa, yang pasti dan teguh, dan yang masuk ke dalam tabir, di mana Yesus, pendahulu kita, telah masuk untuk kita, mengangkat imam besar untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek” (Ibrani 6:17-20 ) .
Ayat ini menggarisbawahi ketidakberubahan dan kesetiaan Tuhan dalam menepati janjinya. Dia meyakinkan kita bahwa saat kita menaruh kepercayaan kita pada Tuhan dan berpegang teguh pada harapan yang Dia tawarkan kepada kita, kita akan memiliki sauh bagi jiwa kita. Jangkar ini pasti dan kokoh, menembus melampaui tabir, menunjukkan akses yang kita miliki kepada Allah melalui Yesus Kristus, pendahulu dan imam besar kekal kita.
Kata-kata dari kitab Ibrani ini melengkapi instruksi Yesus tentang menyangkal diri. Saat kita meninggalkan keegoisan kita dan menaruh harapan dan kepercayaan kita pada Tuhan, kita menemukan penghiburan dan keamanan dalam kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan. Sosok imam besar, menurut urutan Melkisedek, menunjuk pada supremasi dan keabadian imamat Yesus Kristus, yang membuka jalan menuju persekutuan dengan Allah.
Jadi, saat kita mempelajari instruksi Yesus dan kata-kata dalam kitab Ibrani, kita memahami bahwa menyangkal diri sendiri adalah undangan yang mendalam untuk meninggalkan sifat egois kita dan mengejar kehidupan yang berpusat pada Tuhan dan orang lain. Ini adalah perjalanan transformasi batin, di mana kita menemukan kenyamanan dan keamanan dalam kesetiaan Allah yang tidak berubah, melabuhkan jiwa kita dalam harapan yang diajukan oleh-Nya.
Pikul Salibmu
Bagian kedua dari ayat dalam Matius 16:24 mengatakan, “pikullah salibmu” . Ungkapan yang digunakan oleh Yesus ini merujuk langsung pada penyaliban, simbol penderitaan dan pengorbanan yang ekstrem. Pada saat itu, salib adalah bentuk hukuman yang kejam dan memalukan, yang terkenal dengan kekejaman dan aibnya.
Dengan memanggil kita untuk memikul salib kita, Yesus mengajak kita untuk rela menghadapi kesulitan dan penganiayaan demi Injil. Ini menyiratkan kesediaan untuk menanggung konsekuensi mengikuti Kristus, bahkan jika itu berarti menghadapi penolakan, penentangan, atau bahkan kematian fisik.
Memikul salib juga berkaitan dengan penyerahan total kepada Tuhan. Sama seperti Yesus menyerahkan nyawanya di kayu salib untuk kita, kita harus rela menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Itu adalah ekspresi dari iman yang radikal dan tanggapan terhadap kasih Allah yang tak bersyarat bagi kita.
Untuk membantu kita memahami panggilan ini, kita menemukan sebuah ayat dalam Roma 8:13: “Sebab jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuh, kamu akan hidup.” Ayat ini menekankan pentingnya hidup selaras dengan Roh, membiarkan Dia membimbing pilihan dan tindakan kita.
Dengan hidup menurut keinginan daging yang egois, kita ditakdirkan untuk kematian rohani. Namun, jika dengan kuasa Roh Kudus kita mematikan perbuatan tubuh, meninggalkan kecenderungan berdosa dan mengejar kehidupan yang taat kepada Tuhan, maka kita akan benar-benar hidup.
Gabungan perkataan Yesus tentang memikul salib kita dan ayat dalam Roma 8:13 menunjukkan kepada kita bahwa mengikuti Kristus berarti penyerahan total, siap menghadapi kesulitan dan meninggalkan keinginan egois kita. Ini adalah perjalanan pembaruan batin, dibimbing oleh Roh Kudus, dan tanggapan terhadap kasih dan pengorbanan Yesus demi kita.
Saat kita merenungkan kebenaran ini, kita diingatkan akan ayat-ayat lain yang mendorong kita untuk melanjutkan perjalanan ini. Misalnya, dalam Filipi 3:8 , rasul Paulus menulis, “Sesungguhnya aku menganggap rugi segala sesuatu karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku; yang untuknya aku telah kehilangan semua hal ini, dan menganggapnya sebagai sampah, agar aku dapat memperoleh Kristus, ”
Dalam ayat ini, Paulus mengungkapkan sudut pandangnya tentang urusan dunia dibandingkan dengan mengenal Kristus Yesus, Tuhanmu. Paulus menyatakan bahwa ia menganggap segala sesuatu sebagai kerugian karena keagungan pengenalan akan Kristus. Ini berarti bahwa dia mengakui bahwa semua pencapaian, kekayaan, dan kesenangan duniawi tidak berarti dibandingkan dengan berharganya mengenal Yesus secara pribadi. Baginya, tidak ada yang sebanding dengan keintiman dan hubungan dengan Tuhan.
Paulus juga menunjukkan bahwa dia menderita kehilangan semua hal ini. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam memilih untuk mengikuti Kristus dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Injil, ia harus meninggalkan banyak hal yang dinilai oleh masyarakat, seperti status, posisi sosial dan bahkan identitasnya yang dulu sebagai seorang penganiaya umat Kristiani.
Dia melangkah lebih jauh dengan mengklaim bahwa dia menganggap semua hal ini sebagai sampah, yang berarti bahwa dia memandangnya sebagai sesuatu yang hina, tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan harta karun mengenal Kristus. Paulus rela menyerahkan segala sesuatu yang bernilai dunia sebagai ganti persekutuan dengan Yesus dan berbagi hidup dan mati dengan-Nya.
Perikop ini menantang kita untuk memeriksa prioritas kita dan menghargai pengetahuan tentang Kristus di atas segalanya. Paulus mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan dan kepuasan sejati berasal dari hubungan dengan Yesus, dan bahwa apa pun yang ditawarkan dunia ini cepat berlalu dan tidak dapat dibandingkan dengan nilai kekal dari mengenal Dia.
Oleh karena itu, kita dapat belajar dari Paulus untuk menempatkan Yesus sebagai pusat kehidupan kita, meninggalkan hal-hal dunia yang mengganggu kita dan mencari persekutuan yang lebih dalam dengan-Nya. Saat kita melakukan ini, kita akan menemukan sukacita dan kepuasan yang hanya dapat ditemukan di dalam Kristus.
mengikuti Yesus
Bagian ketiga dari ayat tersebut menyatakan, “… dan ikutilah Aku” (Matius 16:24c). Mengikuti Yesus berarti mengikuti jejaknya, meniru karakternya dan hidup sesuai dengan ajarannya. Itu adalah undangan untuk hidup sebagai murid, di mana kita terus mencari persekutuan yang intim dengan Tuhan.
Mengikuti Yesus melibatkan penyerahan total pada kepemimpinannya. Dia adalah Tuan dan Juruselamat kita, dan kita harus mengakui otoritasnya di semua bidang kehidupan kita. Ini membutuhkan komitmen setiap hari untuk mencari dan menaati kehendak Tuhan, mengizinkan Roh Kudus untuk membimbing kita di setiap langkah.
Sementara mengikuti Yesus adalah panggilan yang menuntut, itu juga merupakan undangan untuk mengalami kehidupan yang penuh dan berkelimpahan di hadirat-Nya. Dengan mengikuti Kristus, kita menemukan pengampunan, penebusan, dan tujuan sejati. Ini adalah perjalanan transformasi berkelanjutan di mana kita dibentuk menjadi serupa dengan Kristus dan diberdayakan untuk memengaruhi dunia di sekitar kita dengan kasih Allah.
Yesus menekankan pentingnya melayani dan mengikuti Dia. Dia mengklaim bahwa mereka yang melayani Dia harus mengikuti Dia dengan cermat, berada di tempat Dia berada. Ini berarti bersedia untuk berkomitmen pada kehidupan pemuridan, menempatkan Yesus sebagai pusat dan model kehidupan mereka. “ Jika ada yang melayani saya, ikuti saya; dan di mana aku berada, di situ juga hambaku berada. Dan siapa yang melayani aku, dia akan dihormati oleh Bapakku.” – (Yohanes 12:26)
Selanjutnya, Yesus berjanji bahwa mereka yang melayani Dia akan dihormati oleh Allah Bapa. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai dan memberi upah kepada mereka yang mendedikasikan hidup mereka untuk melayani Yesus dan melakukan kehendak-Nya. Kehormatan ini dapat memanifestasikan dirinya dalam banyak cara, seperti berkat rohani, pertumbuhan dalam iman, dan sukacita di hadirat Allah.
Ayat ini menuntun kita untuk memeriksa sikap pelayanan kita kepada Yesus. Dia mengundang kita tidak hanya untuk mengikuti Dia secara dangkal, tetapi untuk memberikan diri kita sepenuhnya kepada Dia, menempatkan Dia sebagai Tuhan atas hidup kita dan berusaha untuk melayani Dia dengan ketulusan dan pengabdian. Dan saat kita melakukannya, kita dapat percaya bahwa Tuhan akan menghormati dan memberkati kita dalam perjalanan iman kita.
Kesimpulan
Panggilan Yesus untuk menyangkal diri, memikul salib kita dan mengikuti Dia adalah undangan radikal untuk kehidupan pemuridan yang otentik. Meskipun menantang, ini merupakan perjalanan transformatif, di mana kita ditarik ke dalam keintiman yang lebih dalam dengan Tuhan dan diberdayakan untuk hidup sesuai dengan tujuan kekal-Nya.
Dengan menyangkal diri, kita menyadari bahwa hidup bukanlah tentang diri kita sendiri, tetapi tentang hidup untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Saat kita memikul salib kita, kita merangkul penderitaan dan pengorbanan yang datang dengan mengikuti Kristus, percaya pada kasih karunia dan kuasa Allah untuk menopang kita. Dan dengan mengikuti Yesus, kita menemukan jalan pengharapan, transformasi dan kepenuhan hidup.
Semoga kita menerima panggilan Yesus ini dalam kehidupan kita sehari-hari, berusaha untuk hidup dalam penyerahan total pada kehendak-Nya dan membiarkan Dia membimbing setiap langkah kita. Semoga Roh Kudus memberdayakan kita untuk menyangkal diri, memikul salib kita dan mengikuti Yesus sehingga kita dapat mengalami kehidupan yang berkelimpahan dan mempengaruhi dunia di sekitar kita dengan kasih dan anugerah Tuhan.
Dan dia berkata kepada mereka, Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada setiap makhluk. Barangsiapa percaya dan dibaptis akan diselamatkan; tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. – Markus 16:15-16