Pelajaran Alkitab: Keluaran 4:1-31 – Panggilan Musa dan Tanda-tanda Tuhan

Published On: 25 de Oktober de 2023Categories: Pelajaran Alkitab

Neste estudo bíblico sobre Êxodo 4, encontramos um momento crucial na vida de Moisés. Nesse trecho das Escrituras, somos apresentados à chamada de Moisés por Deus e aos sinais milagrosos que Deus lhe deu para confirmar seu chamado. Esses versículos, Êxodo 4:1-31, revelam lições valiosas sobre a vontade divina, a obediência, a fé e a fidelidade de Deus.

Keengganan Musa (Keluaran 4:1-9)

Di awal Keluaran pasal 4, Musa mendapati dirinya berada di hadapan hadirat Tuhan, dan Tuhan memberinya misi: memimpin umat Israel keluar dari Mesir, tempat mereka telah diperbudak selama bertahun-tahun. Namun, reaksi Musa adalah keragu-raguan dan keengganan. Dia mengajukan sejumlah keberatan, prihatin dengan ketidakpercayaan orang Israel dan kurangnya kefasihan bicaranya.

Di sini kita melihat sebuah contoh bagaimana panggilan Tuhan sering kali menghadapkan kita pada keterbatasan dan kelemahan kita. Musa, meski dipilih Tuhan untuk tugas besar, meragukan dirinya sendiri. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya memercayai Tuhan, bahkan ketika kita merasa tidak mampu. Dalam Keluaran 4:2 , Tuhan bertanya kepada Musa, “Apa yang ada di tanganmu? Dan dia berkata: Sebuah tongkat. Tuhan kemudian mengubah tongkat itu menjadi seekor ular dan kemudian memulihkannya, menunjukkan kekuasaannya atas alam. Ini adalah tanda pertama yang Tuhan berikan kepada Musa untuk meneguhkan panggilannya.

Selanjutnya Allah meminta Musa meletakkan tangannya di dada, dan bila ia melepaskan tangannya, maka itu adalah penyakit kusta. Tapi ketika dia menempatkannya kembali di dadanya, dia disembuhkan. Keluaran 4:6,7 – “Dan Tuhan berfirman kepadanya, Sekarang letakkan tanganmu di dadamu. Dan ketika ia mengambilnya, tampaklah tangannya kena penyakit kusta, putih seperti salju. Dan dia berkata, Letakkan tanganmu lagi di dadamu. Dan dia meletakkan tangannya lagi di dadanya; Kemudian dia mengeluarkannya dari dadanya, dan lihatlah, itu menjadi seperti dagingnya. 

Tanda-tanda ketuhanan ini mengingatkan Musa bahwa Tuhan adalah Tuhan atas segala hal yang mustahil, mampu melakukan mukjizat dan mengatasi segala keterbatasan manusia. Namun, meski menghadapi tanda-tanda ini, keragu-raguan Musa tetap ada.

Argumen Musa (Keluaran 4:10-17)

Seiring dengan berlanjutnya cerita, Musa terus berdebat dengan Tuhan, kini mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemampuannya berbicara di hadapan Firaun dan bangsa Israel. Dia mengaku tidak fasih dan meminta Tuhan mengirimkan orang lain. Namun, Tuhan tidak menerima alasan Musa dan menegaskan kembali seruannya, berjanji untuk menyertai mulutnya dan mengajarinya apa yang harus dia katakan.

Keluaran 4:10-12 – “Kemudian Musa berkata kepada Tuhan, Ah, Tuhanku! Saya bukan orang yang fasih berbicara, baik kemarin maupun lusa, maupun sejak Anda berbicara dengan hamba Anda; karena mulutku berat dan lidahku berat. Dan Tuhan berkata kepadanya, Siapa yang membuat mulut manusia? atau siapakah yang membuat orang bisu, atau orang tuli, atau orang yang melihat, atau orang buta? Bukankah aku Tuhan? Karena itu pergilah sekarang, dan Aku akan berada di dekat mulutmu dan akan mengajarimu apa yang harus dikatakan.”

Menarik untuk disimak bagaimana Tuhan tidak mengingkari kesulitan yang akan dihadapi Musa, namun malah berjanji menyertainya. Seringkali dalam hidup kita, kita dipanggil untuk melakukan tugas-tugas yang tampaknya di luar kemampuan kita, namun Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia adalah penolong dan pemberi kemampuan kita. Ketaatan pada panggilan Tuhan lebih penting daripada kemampuan kita sendiri. Namun kita perlu beriman dan percaya kepada Tuhan.

Dalam Keluaran 4:14, Tuhan bahkan menunjuk Harun, saudara Musa, untuk menjadi juru bicaranya di hadapan Firaun dan rakyatnya. Kolaborasi antara Musa dan Harun ini menggambarkan betapa Allah sering memberi kita dukungan dan pendampingan dalam misi kita. Ini merupakan pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam perjalanan iman kita, namun kita mempunyai saudara-saudari seiman yang mendukung kita.

Misi Musa (Keluaran 4:18-23)

Sepanjang pasal 4 Keluaran, Musa dan Harun bersiap untuk memenuhi misi yang Tuhan berikan kepada mereka. Mereka menemui Yitro, ayah mertua Musa, untuk meminta izin pergi ke Israel. Ini adalah contoh pentingnya ketaatan kepada Tuhan dengan tetap menghormati hubungan keluarga dan kepemimpinan orang-orang di sekitar kita. Yitro memberikan restunya kepada Musa, dan dia berangkat bersama keluarganya ke Mesir.

Keluaran 4:21 membawa pesan penting: “Dan Tuhan berfirman kepada Musa, Ketika kamu kembali ke Mesir, berhati-hatilah agar kamu melakukan di hadapan Firaun semua keajaiban yang telah Aku serahkan ke tanganmu; tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga dia tidak membiarkan bangsa itu pergi.” Di sini, Tuhan mengungkapkan bahwa perlawanan Firaun tidak akan sia-sia, melainkan akan menunjukkan kekuasaan dan kemuliaannya. Hal ini mengingatkan kita bahwa Allah bahkan menggunakan perlawanan untuk mencapai tujuan ilahi-Nya.

Sunat Musa (Keluaran 4:24-26)

Pada titik ini dalam Keluaran 4:24-26, kita menemukan sebuah bagian Alkitab yang menarik dan sering diperdebatkan. Ketika Musa dan keluarganya melakukan perjalanan ke Mesir, Tuhan berusaha untuk membunuhnya. Istrinya, Zipora, mengambil batu tajam dan melakukan penyunatan terhadap putranya dan menyentuh kaki Musa dengan kulupnya. Hal ini menghentikan ancaman ilahi, dan Tuhan mengampuni dia.

Meskipun bagian ini mungkin tampak membingungkan pada pandangan pertama, kita dapat menemukan beberapa penafsiran. Salah satunya adalah Musa lalai menyunat putranya, sebuah tindakan ketaatan kepada Tuhan yang ditetapkan sebagai tanda perjanjian dengan Abraham. Oleh karena itu, Tuhan menunjukkan kepada Musa pentingnya ketaatan pada hukum-Nya. Namun penafsiran ini menimbulkan pertanyaan tentang mengapa Tuhan berusaha membunuh Musa. Penafsiran lain menyatakan bahwa episode tersebut mewakili upacara penyucian spiritual, mempersiapkan Musa untuk peran kepemimpinannya.

Terlepas dari penafsirannya, ayat ini mengingatkan kita akan perlunya ketaatan kepada Allah dan pentingnya tanda-tanda perjanjian. Hal ini juga menyoroti bagaimana Tuhan dapat mengungkapkan diri-Nya dengan cara yang misterius, yang bertentangan dengan pemahaman kita.

Musa dan Harun di hadapan Bangsa Israel (Keluaran 4:27-31)

Musa dan Harun akhirnya bertemu dengan para tua-tua bani Israel dan melaporkan segala firman yang telah Tuhan sampaikan kepada mereka, serta tanda-tanda yang telah Dia berikan kepada mereka. Dan orang-orang beriman dan menyembah Tuhan. Ini adalah momen penting dalam sejarah Israel, menandai awal perjalanannya menuju kebebasan dari perbudakan Mesir.

Meskipun Musa menghadapi keengganan dan hambatan dalam perjalanannya, kita melihat di sini kekuatan ketaatan dan manifestasi tanda-tanda Tuhan. Ketika orang-orang melihat tanda-tanda ini, mereka beriman dan bersujud di hadapan Tuhan. Ini adalah pelajaran yang kuat tentang bagaimana Tuhan menggunakan individu yang taat dan tanda-tanda ketuhanan untuk mengilhami iman dan penyembahan pada orang lain.

Bab 4 Keluaran diakhiri dengan penegasan misi Musa dan Harun. Tuhan memanggil mereka, memberdayakan mereka dan memberikan tanda-tanda agar manusia beriman. Ayat-ayat ini mengungkapkan bahwa meskipun kita menghadapi keragu-raguan, tantangan, dan bahkan misteri dalam perjalanan iman kita, Tuhan memegang kendali dan menggunakan segalanya untuk menggenapi tujuan-Nya.

Kesimpulan

Mempelajari Keluaran 4:1-31 menuntun kita untuk merenungkan tanggapan kita sendiri terhadap panggilan Tuhan. Seperti Musa, kita sering ragu, mempertanyakan kemampuan diri sendiri, dan bahkan menantang Tuhan. Namun, ayat ini mengajarkan kita bahwa ketaatan pada kehendak ilahi adalah hal yang mendasar, bahkan ketika kita menghadapi rintangan yang tampaknya tidak dapat diatasi.

Deus também nos mostra que Ele está disposto a nos capacitar com sinais e maravilhas, e Ele usa as circunstâncias, por mais misteriosas que possam parecer, para cumprir Seus propósitos. Assim, somos encorajados a confiar em Deus, a obedecer a Sua voz e a reconhecer a importância dos sinais da aliança em nossa jornada de fé.

Saat kita terus menyelidiki Kitab Suci, marilah kita mengingat bahwa, seperti Musa, kita dipanggil untuk memenuhi peran yang unik dan penting dalam rencana Allah. Kepercayaan, iman dan ketaatan akan memampukan kita menghadapi tantangan, memenuhi kehendak Tuhan dan menyaksikan kuasa-Nya dalam hidup kita. Kisah Musa menjadi pengingat bahwa Tuhan berdaulat, setia, dan menyertai kita dalam segala keadaan.

Share this article

Written by : Ministério Veredas Do IDE

Leave A Comment