Matius 7:7 – Mintalah dan itu akan diberikan kepadamu; cari dan Anda akan menemukan; ketuk dan itu akan dibukakan untukmu
Doa adalah praktik penting dalam kehidupan seorang Kristen. Melalui komunikasi dengan Tuhan kita menjalin hubungan yang intim dengan-Nya, mencari arahan, penghiburan, dan menerima berkat-berkat-Nya. Sebuah ayat yang menekankan kekuatan doa dan mendorong kita untuk sungguh-sungguh mencari Tuhan adalah Matius 7:7: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; cari dan Anda akan menemukan; ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu”. Dalam pendalaman Alkitab ini, kita akan menelusuri makna ayat ini, aplikasi praktisnya dalam kehidupan kita sehari-hari, dan hubungannya dengan ayat-ayat lain yang menekankan pentingnya doa.
Arti dari “Mintalah maka akan diberikan kepadamu”
Dalam konteks Khotbah di Bukit, Yesus menasihati para pengikut-Nya untuk percaya kepada Allah dan mencari pemeliharaan-Nya. Ketika Dia berkata, “Mintalah dan itu akan diberikan kepadamu,” Dia mengundang kita untuk menyampaikan permintaan dan kebutuhan kita kepada Tuhan dalam doa. Kata-kata ini adalah ajakan untuk mendekati-Nya dalam iman dan berani meminta, mengetahui bahwa Dia adalah Bapa yang penuh kasih dan murah hati.
Janji bahwa kita akan menerima apa yang kita minta tidak berarti bahwa Allah secara otomatis akan memberikan apa pun yang kita minta, terlepas dari motif atau kehendak-Nya. Kuncinya adalah menyelaraskan permintaan kita dengan kehendak Tuhan dan memercayai kasih dan hikmat-Nya untuk menanggapi yang terbaik bagi kita.
Yesus mendorong kita untuk meminta dalam doa, mengetahui bahwa Allah adalah Bapa yang pengasih yang ingin memberkati kita. Namun, Dia juga mengundang kita untuk mencari hubungan yang intim dengan Tuhan dan mempercayai kehendak-Nya yang berdaulat, bahkan ketika jawaban-Nya tidak langsung atau tidak sesuai dengan harapan kita.
Saat kita mendekati Allah dalam doa, penting untuk menyadari bahwa Dia mengetahui kebutuhan kita bahkan sebelum kita memintanya. Dalam Matius 6:8 , Yesus mengajar kita, “Sebab Bapamu tahu apa yang kamu butuhkan sebelum kamu meminta.” Itu mengingatkan kita bahwa Tuhan mengetahui kebutuhan kita dan ingin kita mempercayai-Nya dalam segala keadaan.
Namun, doa bukan hanya cara untuk mendapatkan sesuatu dari Tuhan. Itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan hubungan yang mendalam dengan-Nya. Ketika kita mencari Tuhan dalam doa, kita mendekat kepada-Nya dan diubahkan di hadirat-Nya. Iman kita dikuatkan, persekutuan kita dengan-Nya diperdalam, dan kita diberdayakan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Selanjutnya, Yesus mengajak kita untuk mencari, bukan hanya meminta. Mencari melibatkan sikap tekun terus menerus mencari Tuhan, mengetahui kehendak-Nya, dan mencari wajah-Nya. Meskipun sangat membesarkan hati mengetahui bahwa Allah mengundang kita untuk meminta dan mencari dalam doa, kita juga harus ingat bahwa jawaban-Nya mungkin tidak langsung atau sejalan dengan keinginan pribadi kita. Dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Dia mengetahui apa yang terbaik bagi kita, bahkan ketika kita tidak memahami jalan-Nya.
Jawaban Tuhan atas doa kita bisa “ya”, “tidak” atau “tunggu”. Terkadang Dia mengabulkan apa yang kita minta, karena itu sesuai dengan kehendak-Nya dan akan memberkati kita. Di lain waktu, Dia mungkin berkata “tidak” kepada kita, karena Dia tahu bahwa apa yang kita minta bukanlah yang terbaik bagi kita atau tidak sesuai dengan rencana tertinggi-Nya.
Mungkin juga ada saatnya Tuhan meminta kita untuk menunggu. Ini membutuhkan kesabaran dan kepercayaan pada waktu-Nya yang sempurna. Terkadang Dia sedang mempersiapkan kita, membentuk kita dan bekerja di dalam kita sebelum mengabulkan apa yang kita minta. Penantian bisa menjadi waktu pertumbuhan rohani dan penguatan iman kita.
Dalam semua ini kita harus mengandalkan kebaikan dan hikmat Tuhan. Meskipun jawaban-Nya mungkin bukan yang kita harapkan atau inginkan, kita dapat yakin bahwa Dia selalu bekerja untuk kebaikan kita dan kemuliaan-Nya. Dalam Roma 8:28 , Paulus menulis, “Kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan, bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan tujuannya.”
Oleh karena itu, saat kita mempelajari Matius 7:7 dan merenungkan janji Yesus ini, marilah kita didorong untuk mencari Tuhan dalam doa dengan iman, kerendahan hati, dan ketundukan. Marilah kita mencari kehendak-Nya di atas kehendak kita sendiri dan percaya bahwa Dia adalah Bapa yang penuh kasih yang mendengarkan kita dan menanggapi sesuai dengan apa yang terbaik bagi kita. Doa adalah hak istimewa yang memungkinkan kita untuk bersekutu dengan Pencipta alam semesta dan mengalami kasih, anugerah, dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita.
carilah dan Anda akan temukan
Selain mengajak kita untuk meminta, Yesus juga mendorong kita untuk mencari. Ini adalah panggilan untuk tekun mencari Tuhan dan kehendak-Nya dalam hidup kita. Mencari menyiratkan tindakan aktif, upaya terus menerus untuk mengetahui lebih banyak tentang Tuhan, Firman-Nya dan pimpinan-Nya bagi kita.
Ketika kita mencari Tuhan dengan segenap hati kita, kita menemukan bahwa Dia siap untuk mengungkapkan diri-Nya kepada kita. Kita dapat menemukan hikmat, bimbingan, dan penghiburan-Nya pada saat dibutuhkan. Dalam kitab Yeremia 29:13 , kita membaca: “Dan kamu akan mencari Aku dan menemukan Aku ketika kamu mencari Aku dengan segenap hatimu”. Ayat ini melengkapi pesan dari Matius 7:7, menekankan bahwa pencarian yang tulus akan menghasilkan menemukan Tuhan dan mengalami kehadiran-Nya dalam hidup kita.
Kadang-kadang, pencarian itu tampak seperti perjalanan yang panjang dan menantang, tetapi Tuhan berjanji akan memberi upah kepada mereka yang dengan sungguh-sungguh mencari Dia. Dalam kitab Ibrani 11:6 , kita menemukan janji lain yang membesarkan hati: “Tanpa iman tidak mungkin menyenangkan dia; karena dia yang mendekati Tuhan harus percaya bahwa dia ada dan bahwa dia adalah pemberi upah bagi mereka yang dengan rajin mencarinya.” Iman yang teguh itu mendorong kita untuk terus mencari Tuhan dan percaya bahwa Dia akan membalas pencarian kita.
Ketuk dan itu akan terbuka untuk Anda
Selain meminta dan mencari, Yesus mengajak kita untuk mengetuk. Mengetuk adalah tindakan bertekun dalam doa, bahkan ketika jawaban tidak segera datang. Itu adalah undangan untuk mendekati Tuhan dengan ketekunan, keyakinan, dan kerendahan hati.
Dengan mengetuk pintu Tuhan dalam doa, kita menyadari ketergantungan kita kepada-Nya dan kebutuhan kita akan campur tangan-Nya dalam hidup kita. Namun, kita tidak selalu menerima jawaban langsung atas doa-doa kita. Terkadang Tuhan sedang bekerja di dalam kita, membentuk karakter kita dan memperkuat iman kita sebelum mengabulkan apa yang kita minta.
Namun, kita dapat yakin bahwa ketika kita mengetuk pintu Tuhan dengan iman yang teguh, Dia akan membukakannya bagi kita. Yesus sendiri menyatakan dalam Matius 7:8: “Karena setiap orang yang meminta, menerima; dan apa yang dia cari, dia temukan; dan siapa yang mengetuk, pintu akan dibukakan”. Kata-kata ini mendorong kita untuk percaya bahwa Allah mendengar doa kita dan bertindak atas nama kita, pada waktu yang tepat dan dengan cara yang paling sesuai bagi kita.
Ayat-ayat Lain tentang Doa
Selain Matius 7:7, Alkitab penuh dengan ayat-ayat yang menyoroti pentingnya doa dan memotivasi kita untuk mencari Tuhan dalam persekutuan yang terus-menerus. Mari jelajahi beberapa ayat yang melengkapi ajaran Yesus tentang meminta, mencari, dan mengetuk.
1. Filipi 4:6-7 – Damai Tuhan Yang Melampaui Segala Pengertian
Filipi 4:6-7 memberi kita janji berharga dan bimbingan penting mengenai doa. Paulus menulis kepada orang Filipi, mendorong mereka untuk tidak kuatir tentang apapun. Sebaliknya, dia mendesak mereka untuk membawa semua kekhawatiran mereka ke hadapan Tuhan dalam doa dan permohonan, disertai dengan ucapan syukur. Perintah Paulus jelas: kita harus mempersembahkan segala sesuatu kepada Allah dalam doa, mengungkapkan rasa syukur dan keyakinan kita akan penyediaan dan pemeliharaan-Nya.
“Jangan cemas tentang apa pun; sebaliknya, dengan doa dan permohonan, dengan ucapan syukur, biarkan permintaan Anda diketahui di hadapan Tuhan dalam segala hal. Dan damai sejahtera Tuhan, yang melampaui segala akal, akan menjaga hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (Filipi 4:6,7)
Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tertarik pada setiap aspek kehidupan kita. Dia ingin kita berbagi keprihatinan, keinginan, dan kebutuhan kita dengan-Nya. Dan saat kita melakukannya, Dia berjanji bahwa damai sejahtera-Nya, yang melampaui segala akal manusia, akan memelihara hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus. Kedamaian ilahi ini melampaui pemahaman manusia dan memberi kita perasaan tenang dan percaya diri, bahkan dalam menghadapi keadaan yang menantang.
Oleh karena itu, ketika kita menghadapi kecemasan, ketidakpastian atau kekhawatiran, kita harus mengingat janji Filipi 4:6-7. Daripada resah, kita harus berpaling kepada Tuhan dalam doa, percaya bahwa Dia mendengar dan menjawab permohonan kita. Kita harus membawa segalanya ke hadapan-Nya, berterima kasih kepada-Nya atas kesetiaan dan penyediaan-Nya, dan kita akan mengalami damai sejahtera-Nya yang melampaui segala akal, menjaga hati dan pikiran kita di dalam Kristus Yesus.
2. Yakobus 5:16 – Kekuatan Doa Syafaat
Yakobus 5:16 menyoroti pentingnya doa syafaat dan berbagi pergumulan kita satu sama lain. Yakobus memerintahkan kita untuk saling mengaku dosa dan saling mendoakan untuk mendapatkan kesembuhan. Dia menunjukkan bahwa doa yang sungguh-sungguh dari orang benar memiliki kekuatan dan keefektifan yang besar.
Doa syafaat mencakup menempatkan kebutuhan dan kesulitan orang lain di hadapan Allah. Ketika kita berdoa untuk satu sama lain, kita berperan sebagai pendoa syafaat, bertindak atas nama mereka yang membutuhkan penyembuhan, bimbingan, atau perbekalan ilahi. Itu adalah tindakan cinta dan kasih sayang, menunjukkan kepedulian kita terhadap orang lain dan keinginan kita untuk mencari campur tangan Tuhan dalam hidup mereka.
“Akui kesalahanmu satu sama lain, dan saling mendoakan, agar kamu sembuh. Doa yang dipanjatkan oleh orang yang saleh dapat memberikan pengaruh yang besar.” (Yakobus 5:16)
Selanjutnya, Yakobus mengingatkan kita akan pentingnya saling pengakuan dosa. Sewaktu kita berbagi pergumulan dan kelemahan kita satu sama lain, kita dapat menerima dukungan, semangat, dan doa yang tulus. Transparansi dan persekutuan yang tulus dalam komunitas iman sangat penting untuk pertumbuhan spiritual dan penyembuhan emosional.
Oleh karena itu, doa syafaat tidak hanya membawa manfaat bagi orang yang kita doakan, tetapi juga mempererat ikatan antar anggota tubuh Kristus. Saat kita berdoa untuk satu sama lain, kita saling menunjukkan kasih dan kepedulian dan mengalami kekuatan doa yang mengubahkan dalam hidup kita sendiri.
3. 1 Tesalonika 5:16-18 – Doa sebagai Gaya Hidup
1 Tesalonika 5:16-18 adalah perikop yang menantang kita untuk hidup dalam doa yang terus-menerus dan sukacita yang terus-menerus. Paulus menginstruksikan jemaat Tesalonika untuk selalu bersukacita, berdoa tanpa henti, dan mengucap syukur dalam segala keadaan, karena ini adalah kehendak Allah bagi mereka di dalam Kristus Yesus.
Doa tidak boleh dilihat sebagai peristiwa satu kali atau aktivitas sporadis dalam hidup kita, tetapi sebagai gaya hidup yang berkelanjutan. Kita harus terus-menerus terhubung dengan Tuhan, mencari kehadiran, bimbingan dan persekutuan-Nya. Doa bukan hanya sarana untuk mendapatkan jawaban atau solusi atas masalah kita, tetapi merupakan ungkapan hubungan kita dengan Bapa surgawi kita.
“Bersukacitalah selalu. Berdoa tanpa henti. Mengucap syukurlah dalam segala hal, karena itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:16-18)
Paulus juga mendorong kita untuk memiliki sikap syukur dalam segala keadaan. Alih-alih berfokus pada kesulitan dan tantangan, kita harus belajar mengenali kebaikan Tuhan di tengah pencobaan. Syukur membantu kita menjaga hati berpaling kepada Tuhan, mengakui kesetiaan, kasih dan perhatian-Nya, terlepas dari keadaan yang kita hadapi.
Menjalani kehidupan dengan doa dan rasa syukur yang terus-menerus membantu kita tetap selaras dengan kehendak Tuhan. Ini memungkinkan kita untuk mengalami kedamaian, sukacita, dan arahan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Doa yang terus menerus membuat kita tetap terhubung dengan hati Tuhan, membentuk kita menurut gambar-Nya, dan memberdayakan kita untuk menghadapi tantangan hidup dengan keyakinan dan harapan.
4. Efesus 6:18 – Doa sebagai Senjata Rohani
Efesus 6:18 memperkenalkan kita pada doa sebagai senjata rohani yang ampuh dalam peperangan rohani yang kita hadapi. Paulus menginstruksikan jemaat Efesus untuk berdoa setiap saat dalam Roh dengan ketekunan dan permohonan untuk semua orang kudus.
“Berdoa selalu dengan segala doa dan permohonan dalam Roh, dan berjaga-jaga dengan segala ketekunan dan permohonan untuk semua orang kudus,” (Efesus 6:18)
Doa adalah sarana yang dengannya kita mendekati Tuhan dan mencari campur tangan ilahi-Nya. Ini adalah saluran komunikasi langsung dengan Pencipta alam semesta. Ketika kita berdoa dalam Roh, kita membiarkan Roh Kudus membimbing kita, menginspirasi kita, dan membantu kita untuk berdoa sesuai dengan kehendak Allah.
Paulus juga mendorong kita untuk berdoa dengan tekun, tanpa menyerah atau kehilangan harapan. Peperangan rohani dapat menjadi sengit dan menantang, tetapi doa menguatkan kita dan memampukan kita untuk berdiri teguh dalam iman. Kita harus berdoa tidak hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk orang percaya lainnya, mengambil kebutuhan mereka di hadapan Allah dan bersyafaat atas nama mereka.
Dengan menggunakan doa sebagai senjata spiritual, kita terlibat dalam perang melawan kekuatan roh jahat dan mewartakan kemenangan Kristus dalam hidup kita dan hidup orang lain. Doa memberdayakan kita untuk melawan musuh, mengatasi godaan, dan menjalani kehidupan sesuai dengan tujuan Allah.
Singkatnya, doa adalah alat ampuh yang Allah berikan kepada kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mencari kehendak-Nya, dan mengalami damai sejahtera-Nya. Itu adalah ajakan untuk menjalin hubungan yang dalam dan bermakna dengan Bapa surgawi kita. Dengan berserah diri pada doa, kita menemukan sukacita mencari Tuhan dan hidup dalam persekutuan terus-menerus dengan-Nya. Semoga kita merangkul azan, mengakui pentingnya dan mencari Tuhan dengan segenap hati kita, mengetahui bahwa Dia mendengar kita dan menanggapi dengan cinta dan rahmat.
Ayat-ayat tambahan ini memperkuat pentingnya doa dalam kehidupan kita sehari-hari. Mereka mengingatkan kita bahwa doa adalah sarana yang dengannya kita mendekatkan diri kepada Tuhan, menemukan kedamaian, penyembuhan, arahan, dan terlibat dalam tujuan Tuhan bagi kita dan orang lain.
Pentingnya Sikap Hati dalam Berdoa
Saat kita mempelajari Matius 7:7, penting untuk dipahami bahwa sikap hati selama doa memainkan peranan penting. Ini bukan hanya tentang mengulangi kata-kata kosong atau mencari keuntungan untuk diri sendiri, tetapi tentang mendekati Tuhan dalam kerendahan hati, iman, dan ketundukan.
Dalam Markus 11:24 , Yesus menekankan pentingnya iman ketika dia berkata, “Karena itu Aku berkata kepadamu, apa pun yang kamu minta dalam doa, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, dan itu akan menjadi milikmu.” Iman sangat penting dalam doa, karena memungkinkan kita untuk sepenuhnya mempercayai Tuhan, bahkan ketika keadaan tampak tidak menguntungkan. Memiliki iman berarti percaya bahwa Allah mendengar dan akan menjawab menurut kehendak-Nya yang sempurna.
Lebih lanjut, Yesus mengajar kita tentang pentingnya kerendahan hati dalam Lukas 18:9-14, melalui perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Sementara orang Farisi berdoa dengan sombong, meninggikan dirinya sendiri, pemungut cukai mendekati Tuhan dengan rendah hati, menyadari kebutuhannya akan pengampunan dan belas kasihan. Yesus menyimpulkan dengan mengatakan, “Aku berkata kepadamu, orang ini pergi ke rumahnya dibenarkan daripada yang lain” (Lukas 18:14b). Oleh karena itu, doa kita harus disertai dengan kerendahan hati, mengakui ketergantungan kita sepenuhnya kepada Tuhan.
Sikap tunduk juga mendasar. Yesus mengajar kita untuk berdoa dalam model yang dikenal sebagai Bapa Kami, dalam Matius 6:9-13. Dalam model doa ini, kita mengenali kekudusan Allah, mencari kehendak-Nya dan tunduk padanya. Ketika kita mendekati Tuhan dengan sikap tunduk, kita siap menerima jawaban-Nya, meskipun berbeda dari yang kita harapkan.
Doa bukan sekedar daftar permintaan yang kita persembahkan kepada Tuhan, tetapi juga momen persekutuan dan dialog dengan-Nya. Sama seperti hubungan yang sehat membutuhkan komunikasi yang konstan, kita juga harus berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa.
Dalam 1 Tesalonika 5:17, Paulus memerintahkan kita untuk “berdoa tanpa henti”. Ini tidak berarti bahwa kita harus berdoa 24 jam sehari, tetapi kita harus memupuk sikap komunikasi terus-menerus dengan Tuhan, mengakui kehadiran-Nya dalam semua aspek kehidupan kita. Kita dapat berdoa setiap saat dan dalam segala keadaan, berbagi pikiran, kegembiraan, tantangan, dan kebutuhan kita dengan-Nya.
Selain itu, doa seharusnya tidak hanya menjadi monolog, tetapi dialog yang tulus dengan Tuhan. Saat kita berbicara dengan-Nya, kita juga harus mendengar suara-Nya dengan membaca Firman Tuhan dan dipimpin oleh Roh Kudus. Doa dan perenungan Firman Tuhan berjalan beriringan, memperkuat hubungan kita dengan-Nya dan memungkinkan kita untuk memahami kehendak-Nya.
Doa: Instrumen Transformasi Pribadi dan Kolektif
Doa bukan hanya cara untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan, tetapi juga cara untuk mengubah dan membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus. Melalui doa, kita diberdayakan untuk hidup sesuai dengan tujuan Allah dan mengalami kuasa transformasi-Nya dalam hidup kita.
Dalam Roma 12:2, Paulus menasihati kita, “Jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan akal budimu, sehingga kamu dapat membuktikan kehendak Allah yang baik, berkenan dan sempurna.” Doa adalah sarana yang dengannya kita memperbarui pikiran kita, melepaskan standar dan nilai dunia serta merangkul kehendak Tuhan.
Melalui doa, hubungan kita dengan Tuhan dikuatkan, dimampukan untuk menolak godaan, bertumbuh dalam kekudusan, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini adalah proses transformasi yang berkelanjutan di mana kita menyerah pada pekerjaan Roh Kudus di dalam kita, membiarkan Dia membentuk kita dan memampukan kita untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Tuhan.
Sementara doa individu sangat penting, penting juga untuk menyoroti kekuatan doa bersama. Ketika kita bersatu dalam doa dengan orang percaya lainnya, doa kita menjadi lebih kuat.
Yesus berkata dalam Matius 18:19-20, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika dua dari Anda setuju di bumi tentang apa pun yang mereka minta, itu akan diberikan kepada mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Ketika kita bersatu dalam doa, memanggil nama Yesus, Dia berjanji untuk hadir dan menjawab permohonan kita.
Doa bersama memperkuat persekutuan di antara orang percaya, mendorong dan membangun satu sama lain, dan memperkuat kekuatan doa syafaat. Sewaktu kita berdoa bersama, kita dikuatkan dalam iman kita dan menyaksikan kuasa Allah bekerja sebagai jawaban atas doa-doa kita.
Jadi janganlah kita meremehkan kekuatan doa bersama. Marilah kita mencari kesempatan untuk berkumpul bersama dalam doa dengan orang percaya lainnya, baik di gereja, kelompok belajar Alkitab atau persekutuan doa. Bersatu dalam doa, kita dapat mengalami kuasa Allah yang mengubahkan dalam hidup kita dan di tengah-tengah kita.
Kesimpulan
Melalui Matius 7:7, kita diingatkan akan ajakan Yesus untuk mencari Tuhan dalam doa. Kita dapat meminta, mencari, dan mengetuk dengan yakin, mengetahui bahwa Allah mendengar dan menjawab doa-doa kita. Namun, kita harus mendekati Tuhan dengan iman, kerendahan hati, dan ketundukan, mengakui kedaulatan-Nya dan percaya pada kehendak-Nya yang sempurna.
Doa bukan hanya cara untuk mendapatkan jawaban dari Tuhan, tetapi sarana persekutuan dan transformasi pribadi. Melalui doa, kita mengalami kehadiran Allah, menemukan kedamaian, arahan, dan kekuatan, dan dibentuk menjadi gambar Kristus. Doa juga merupakan praktik kolektif, memperkuat persekutuan di antara orang percaya dan memperkuat kekuatan syafaat.
Karena itu, semoga kita mencari Tuhan dalam doa yang tak henti-hentinya, percaya pada kesetiaan dan kasih-Nya. Biarlah janji di Matius 7:7 menjadi pengingat terus-menerus bahwa ketika kita mencari Tuhan dengan sepenuh hati, kita menemukan jawaban-Nya yang murah hati dan mengubah hidup. Semoga doa menjadi bagian utama dari kehidupan kita sehari-hari, memampukan kita untuk hidup sesuai dengan tujuan Tuhan dan mengalami kuasa-Nya di semua bidang kehidupan kita.
Share this article
Written by : Ministério Veredas Do IDE
Latest articles
Oktober 10, 2024